Jumat, 10 Juni 2016

Tenarnya Seorang Selebritis

Tenarnya Seorang Selebritis

Cerita Dewasa -Asal anda Tau.. kehidupan artis indonesia memang seperti itu. Banyak hal hal yang tidak terjadi… malah merka lakukan seolah olah dunia ini tanpa ada orang lain.  seorang gadis cantik berkacamata hitam keluar dari tangga otomatis, memasuki sebuah ruangan yang ramai pengunjung. Ia berjalan menuju tempat yang lebih tertutup, guna menghindari sapaan. Di samping memang sudah reserve sebelumnya. Dua gadis yang tak kalah cantik tersenyum melihat kedatangan gadis tersebut, lantaran cukup lama menunggu. Mereka saling sapa dan mencium pipi, sebagaimana sahabat yang jarang berjumpa, terpisah oleh kesibukan dunia. Setelah memesan minum, curhat ria pun di mulai. Suasana dihiasi pantulan cahaya warna-warni bak pelangi, serta alunan musik R&B.

Cerita Panas -“Tasya, gimana…lo kok jarang keliatan di TV ? sambil main layar lebar khan bisa ?” tanya Angel, seraya melipat Oakley gayanya.
“Iya nih BT, padahal gw udah minta ke om Pram…tapi dia bilang giliran, nanti kalo ada sinetron yang turun rating dan di-close katanya” sahut Tasya.

Cerita Sex -“Yaah hahaha, dimanfaatin lo sama dia…jangan mau ! Badan kita abis digeber, dijual ke pejabat. Eeeh…dikasih cuma satu jalur pendapatan, rugi dong !”.
“Iya ya”.
“Ya iyalah…kaya gue dong, bawa acara juga…iklan juga, jadi banyak. Masa depan cinta habis… balesannya, harus dapet duit banyak dong…iya “ga sih ?”. Tasya terdiam sejenak, dihisapnya sebatang rokok dalam-dalam.

Agen Judi Bola -“Kalo gue malah sinetron mulu nih, pengen juga layar lebar. Iya juga sih,
“gak sebanding sama pengorbanan kita ditidurin haha.” canda Donna.
Wajah mereka bertiga yang sempat mendung, mendadak cerah dengan guyonan kotor. Obrolan makin seru, mengupas bagaimana mereka di ranjang dengan para maling berdasi (pejabat korup), produser serta orang penting lain dibalik layar kaca. Tentu bukan publik tak mengetahui hal remeh tersebut. Bukan rahasia umum, artis-artis pendatang baru yang bukan background IKJ / ISI, tidak mumpuni skill acting bisa masuk layar kaca. Jika tidak punya relasi atau orang tua artis, harus bagaimana…? Pastilah lewat jalur singkat dengan jadi “wanita simpanan”.

Mereka berpamitan karena waktu telah menunjuk tengah malam. Disamping, Tasya terus muntah lantaran minum terlalu banyak akibat menelan perkataan. Angel dan Donna sendiri masih dalam batas sadarnya, terhindar dari kondisi Tasya.
“Pak Ano, titip Tasya yah…” pesan Donna pada supir Tasya, ketika memapah di depan pintu utama bersama Angel.

Bapak tua itu mengangguk tersenyum, senyum yang sama sekali tidak menutup buruk di wajah. Dengan sisa tenaga, Tasya melempar senyum pada kedua sahabatnya, Mercedes C Class pun hilang dari pandangan. Angel mengeluarkan Black Berry dari tas tangannya, lantas menekan beberapa tombol.
“Bang Dikin, Angel di depan…jemput yah !” suruh artis berdarah Indo itu, menunggu dengan mimik gelisah tersembunyi.

“Dikin ? siapa tuh ? supir baru ?” tanya Donna, Angel bersikap seolah-olah tak dengar.
Orang yang baru saja ditelepon Angel adalah supir pribadinya, Sulaiman. Tapi justru jadi buah pertanyaan bagi Donna, setahu dia Angel bisa setir, tak perlu supir. Dan darimana datangnya pula Sulaiman ini ? sejak kapan…?.

“Ckit !” Captiva Chevrolet silver berhenti di depan mereka. Angel menghampiri kendaraan operasional ke-artisannya. Ia pamit lagi terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam mobil.
“Loe “ga pulang ? udah malem gini ?” tanya Angel sebelum pergi.
“Sebentar, masih mau ngedance hehehe”.

“Gila lo hehe, ok deh…yuk daah” Angel melambaikan tangan pada Donna yang terus melirik ke pria berwajah aneh di sebelahnya. Seperti pernah lihat, namun entah dimana.
Baca Juga Sexy Wife 13 Finale
Mobil Angel pun melaju, hilang dalam gelap dan heningnya malam. Wajah Donna mendadak berubah sewaktu HP-nya berdering, ia tahu dari siapa dan apa maunya. Tertera “Old pervert bastard” di layar HP.
“Apa sih Pak ?”.

“Non Donna, cepet doong ! Bapak udah ngaceng nih, ga tahan pengen nyoblos vaginah Non nyang wangi entu !” pinta suara di HP lancang.
“Sabar dikit kenapa, belum selesai…nanti 10 menit lagi, Klik !”. Donna mematikan HP dengan geram. Ternyata ia juga menyimpan suatu hal yang tidak diceritakan pada kedua sahabatnya.
Donna meninggalkan lokasi dengan wajah BT. Ia kembali ke atas untuk menghilangkan tekanan masalah yang membelit. bergabung di kerumunan penikmat dunia malam, langsung bergoyang. Beberapa pria tampan mendekat, mengajaknya ikuti irama lagu.

Puas nge-dance floor kurang lebih ¼ jam, Donna pergi ke parkiran bawah gedung untuk pulang, sebelumnya sempat menenggak jack daniel seteguk agar lebih berani menghadapi seseorang yang berniat busuk. Pria-pria tampan di sekelilingnya menawarkan tumpangan, Donna tersenyum seraya menunjukkan kunci mobil, tanda dia tak butuh kebaikan yang juga berujung kotor. Di tempat sepi itu, mobil diparkir sudut seperti sengaja. Seorang pria paruh baya diri di luarnya, gairahsex.com membuka pintu belakang dengan seringai penuh kemesuman. Mata Pak tua itu tak pernah jemu melirik kaki yang putih lagi jenjang, lantaran rok mini hitam. Waktu Donna mengangkat kaki untuk masuk mobil, sempat-sempatnya paha dielus. Sang artis pun mendengus kesal tanpa melawan, Pak tua tertawa senang. Dia mengekor ikut masuk ke dalam. Dengan tenang, pesinetron itu membuka sedikit jendela, menyiapkan sebatang rokok dan menyelipkan diantara jari-jemari. Si Orang tua meraih zippo di saku bajunya, menyalakan api untuk sang artis.

“Non Donna lama bener, sengaja yah…mau bikin ngaceng ? biar entotan Bapak lebih bergairah…”.
“Bapak aja yang ngeres, di bilang aku masih ada keperluan !” ujar Donna ketus, padahal memang benar jika bisa ia ingin berlari sejauh mungkin.

“Yaah…nyang ngeres sama Non pan enak, Huak.hak.hak.hak !”. (Muka vaginah…pikiran jorok…ketawa jelek, lengkap derita gw !), batin Donna.
“Iya deh maap, jangan marah dong maniis…” rayu si tua bangka, jarinya melata di paha bagai ular mencari sarangnya.
“Aku lagi ga mood Pak Donna tidak menepis, hanya melipat kaki sebagai penolakan halus.
“Jangan gitu dong Noon…udah ngaceng dari tadi ini, masa “ga dikasih jatah !”.
“Sepong aja yah ? Terus kita langsung pulang !” tawar Donna, si Bapak terdiam tetapi tangan tetap rajin menggerayang.

“Ya udah, isep nih kontol !”, suruh si Bapak, menarik lepas celana berikut kolornya.
Wajah Donna mendekati penis si Bapak yang telah mengacung sempurna. Hidungnya mencium aroma tak sedap seketika, ia refleks menjauh untuk cari udara segar. Karena ingin cepat selesai, Donna memaksakan diri. Ditangkapnya penis dengan mulut, silih berganti menghisap sekali penis sekali rokok, bahkan asap sengaja dihembus kesitu. Kalau sudah begitu, pasti penis si Bapak berkedut. Apalagi Donna mengulum batangnya sambil menatap seksi, tak terbayang kenikmatan yang dirasa si Bapak. Jari-jari ambil kesempatan elus paha raba pantat, membuat sepongan terpotong deheman nikmat. Terutama saat jari menelusup celana dalam meraba bibir vagina. Pasti Donna spontan akan
“Emmh.Nng, Ssssh…leeeh.Hhh !”, lantaran nikmat diobok.
“Non, Non…udah dulu !”, si Bapak mendorong kepala Donna agar berhenti, meraih rokok Donna dan melempar puntungnya keluar jendela. Tangan masuk ke rok hendak merenggut segitiga pengaman di dalamnya.

“Pak, aah..katanya cuma nyepong !”. Donna menahan laju tangan, enggan digarap.
“Non berani ya ngelarang Bapak ?!”, si Bapak bertanya dengan tatapan tajam.
Donna ciut seketika mendengar itu, sadar aib yang diketahui pria dihadapannya. Ia ingat kejadian itu, awal terjadinya pemerasan…
Awal KEDEKATAN MEREKA
“Pak, pulsa donk !”. Donna keluar dari BMW seri 3 yang dikendarainya, menuju kios HP tak jauh dari rumah.

“Eh Non Donna, mau syuting yah ?”, Bapak itu mengambil HP yang biasa digunakan untuk transfer pulsa.
“Iya nih, lagi kejar tayang”, Donna menyahut tapi mata tidak balik membalas tatapan si Bapak. Konsentrasi mengetik cepat sebuah SMS balasan.
“Nyang cepe” ceng ya Non ?”.
“Iya, ketiga-tiganya no-ku yah cepet…sama nomer mami sekalian, tau khan ?”.
“Tau dong…masa nomer mertua ga tau, Huak hak hak hak”.
“Hehehe, enak aaaja mertua…Huuw”.
“Huak hak hak hak, canda Non…ngkali aje dikabulin”.
“Udah ah Pak, becanda aja…450 khan ? buru-buru nih, thata…”, Donna melambaikan tangan dan tersenyum dengan manisnya.

(“Pengen gua, jilat muka nyang manis ntu sama vaginah lu skalian…Sluurph !”), si Bapak membatin, tatapannya tajam bagai elang mengincar ular.

Bapak yang disapa Donna adalah Tuken, salah seorang warga kurang mampu di komplek. Pengangguran sebabnya, penyakit masyarakat yang menjamur di Indonesia karena SDM tak terserap dan diperhatikan oleh pihak pemerintah. Donna sendiri hanya sesekali isi pulsa pada Tuken, jika kepepet saja. Sebagai artis, tentu HP tidak sembarangan, salah satunya T*LKOMS*L prabayar.

Di samping komplek tersebut ada sebuah perkampungan. Kecuali rumah petak kecil yang dibuat kios Tuken, terhalang tembok komplek. Jadi bisa dibilang Tuken beruntung iya, apes juga. Harga jual tanah rumah seharga komplek, tapi otomatis kena tagihan 2 RT / RW. Biaya hidup pun ikut orang komplek. Dari mulai belanja sehari-hari, air bersih sampai tagihan listrik yang membuat Tuken kelabakan. Modal kios dari sang Istri, saat ini mereka pisah ranjang. Istrinya seringkali menangkap basah dia sedang main ABG ciblek kampung sebelah yang minta pulsa gratis, asal mau digrepeh atau sekedar isep-jilat. Di kios itulah Tuken kini tinggal, kedinginan sendirian, sebuah ruang berukuran 3 x 4. Sementara Istri minggat pulang kampung, balik ke rumah orang tuanya.

“Eh, eh jangan…jangan !”.
Donna meraih HP dan merekam adegan oral pada pria itu walaupun dilarang. Pria itu adalah Pram Prawira, produser per-film-an Indonesia yang bobrok mutu. Om Pram begitu dia biasa disapa, takut rekaman terbongkar suatu waktu. Terpaksa Donna hanya memenuhi layar kamera dengan penis, wajahnya, serta adegan tanpa terlihat Om Pram sedikitpun.
“Kenapa sih, pake kamu rekam segala ? Euuuhh…” tanya Om Pram seraya melenguh, menikmati service mulut yang diberikan Donna.

“Biar…Mmh, kalo Donna lagi kangen sama Om, tinggal puter rekaman ini” rayu sang artis, mengingat banyaknya barang baru dengan kata lain saingan.
“Nakal kamu ya, Ooooh…”. Mereka berlanjut ke hubungan badan.
SI PEMERKOSA

“Pemirsa, baru saja beredar gambar-gambar porno artis di internet…adegan syur yang direkam melalui media HP itu tersebar di internet….bla bla bla bla bla”, suara penyiar berita televisi swasta.
(Dasar artis skarang, eh…Non Donna ada “ga ya…nyang kayak gini ?), Tuken membatin. Ide cabul datang tanpa diundang, langsung saja dia menelpon seseorang.
“John, lu mau ga gua kasih proyek buat bayar utang lu…?”
“Hah…busyet, iya dah “nti gua kasih lebihan buat beli rokok. Jadi bgini…bla bla bla”, Tuken menjelaskan rencana busuknya.
………………..
“Ok !”, dia mengakhiri pembicaraan, lalu senyum-senyum sendiri seperti orang gila yang dilanjut tawa serak khas pria buruk muka.
“Huak hak hak…Huaaaak hak hak hak hak hak”.

“Iya Pak, ini lagi di jalan…sebentar lagi ko”, Donna panik karena telat syuting dan kena semprot sutradara.
“Pak Tuken, tolong pulsa…biasa..”, Donna mengeluarkan O2 dari tas tangannya karena ikut berdering.
Tuken bukannya menyiapkan HP transfer pulsa, malah seperti miskol ke seseorang.
“Iya Om…Ooh, iya…nanti malam di Shang Ri La Hotel…iya…oke !”. Donna kembali memasukkan HP ke tas.

“Iya Pak, maaf…bukan saya ngacuhin Bapak…tadi ada telpon dari Om Pram”.
Breng…Brreng !!, sebuah kendaraan roda dua mendekati Donna. Tass !!.
“Copeet ! jambret ! Pak Tuken, tolong Pak !” Donna kalut, kejadian berlangsung cepat disaat ia dalam pembicaraan penting.

Tuken pura-pura panik, lari keluar kios tapi tidak mengejar si pelaku. Memang motor telah jauh, suasana sepi mendukung kejahatan tersebut. Donna hanya bisa menangis pasrah, omelan sutradara terdengar hampa karena baru saja kehilangan salah satu benda kesayangan. Apalagi disitu banyak file pribadi yang Aib alias fatal. Donna berpikir ingin lapor polisi, namun ragu juga semisal tertangkap. Polisi akan lihat isi HP karena berhak sebagai penelitian barang bukti. Ia akan malu juga, hal ini jadi buah simalakama baginya. Dengan pikiran bercampur aduk, Donna pergi meninggalkan Tuken yang baru saja diketahui, dialah otak kejahatan yang sebenarnya.

“Huak hak hak hak, baguus…baguus !”, Tuken mengangguk senang sambil mengelus janggut, yang membuatnya bagai pinang dibelah dua dengan kambing bandot.
Pria yang tadi mengendarai motor telah kembali memperlihatkan hasil copetan. Mereka tertawa gila bersama. Tuken memberikan beberapa lembar lima ribu sebagai janji uang rokok, yang dibarter dengan HP Donna
“Buat paan si Beh ntu Hape ?”.

“Ya buat gw jual murah lagi lah…” tipu Tuken, padahal bukan.
(Nanti lu minta jatah vaginah Non Donna lagi, ta u-u ya…).
“Mirip pemain sinetron ya tuh cewek ? siapa gitu namanya, Yamin-yamin blot gitu”.Cerpen Sex
“Amin bolot mah penjaga Mushola…udah sono gi dah, gua mau tidur tutup kios !” usir Tuken galak, tak ingin si pemuda tahu lebih jauh, apalagi rencana mesumnya.
Pria copet yang dipanggil “john-john” itu pergi, setelah menghitung uangnya yang tak seberapa dibanding “harta” Donna yang akan diperas.

Menjelang langkah kepergian pemuda tersebut, Tuken utak-atik isi HP. Seringai mesum tergores di wajah jeleknya saat buka salah satu folder, dimana berisi adegan syur Donna dengan berbagai macam style. Baik itu ke pacar, ttm, Sutradara, Produser sampai Pejabat Teras.
“Non Donna…tak lama lagi, vaginahmu akan jadi tempat penampungan mani-kuu, Huak hak…Huak hak hak hak haaaak hak hak hak hak”.
SLAVERY IS BEING SIGNED
“Eh Non Donna, udah lama ?” sapa Tuken. Dia baru dari kamar mandi, saat kembali sudah ada Donna duduk termenung di bangku pembeli.
“…………….”.
Artis remaja itu membisu, tidak menjawab sepatah kata pun. Tuken senyum-senyum sendiri, tentu hal ini sesuai dengan rencananya.
“Non Donna ga usah sediih…pan uangnya banyak, bisa beli lagi nyang kayak gitu ?”.
“Bukan masalah itu……”, Donna diam sesudahnya, tak mungkin dia cerita bahwa isi HP aib.
“Penting yah Non isinya ?” pancing Tuken, mulut Donna terkunci rapat.
“Kalo Bapak bisa balikin HP Non nyang ilang ntu…ada hadiahnya “ga ?”.
“Haah, yang bener Pak ? ada..ada..ada…mana Pak HP-nya ? Bapak mau berapa Juta ? ko Bapak bisa dapet ? dari mana ? gimana caranya ?”, Donna langsung memberondong Pak Tuken dengan segala macam pertanyaan.

“Adaa, ada…tenang aja, urusan gimana Bapak bisa dapetin HP Non itu “gak perlu, nyang pentiing…kita setujuin dulu hadiahnya ?” tukas Tuken dengan senyuman mesum, entah kenapa tiba-tiba Donna dag dig dug.
Sebenarnya ia tidak ingin berprasangka buruk, namun wajah Tuken menyampaikan maksud tersebut. Terutama matanya, menatap dengan lapar bergairah. Donna kontan saja membeku, banyak pikiran melintas di-otaknya teringat aib.

“Kok diem Non ? Hadiahnya Bapak sebut yah, sini deh Bapak bisikin bentaran…”.
Tuken mendekat, jantung Donna berdebar menanti apa yang dikehendaki pria di hadapannya dari dirinya.
“Gimana kalo hadiahnya kaya nyang di Hp Non !”, mata Donna terbelalak, apa yang ditakutkan menjadi kenyataan.

Tuken meniru salah satu gerakan kemudian tertawa cekikikan. Pipi Donna merona, malu rekaman nakalnya ditonton orang. Ia berpikir, bagaimana cara Tuken dapat HP-nya, sedang dia tidak mengejar kala itu.
“Balikin Pak tolong, aku kasih berapa aja Bapak minta…”.
“Gimana kalo Bapak nyang kasih …berjuta-juta sperma, Huak hak hak hak”.
Lengan Donna dirabanya, membuat bulu kuduk merinding disentuh makhluk yang lebih seram dari makhluk halus.

“Jangan Pak…nanti saya bilangin Mamah lho !”, Donna coba menggertak.
“Ya silahkan Non…nanti video bokepnya Bapak sebar Huak hak hak hak”,
Jantung Donna makin berdegup keras, bisa hancur karirnya yang baru dibangun. Geram, panik dan takut menjadi satu di dalam dirinya.

“Atau mau ke polisi boleeh…palingan Non dipake juga ama Pak Polisi, Huak hak hak !” gertak balik Tuken.
Dengan santai, tua bangka itu berjalan keluar. Memasukkan bangku luar ke dalam hendak menutup kios. Donna melalui keadaan tegang tersebut sedikit bingung. Tuken kembali masuk lewat pintu samping, berbalik badan menatap Donna lalu berkata.
“Mau HPnya dibalikin gak….”
“mau pilemnya aman gak ?”

“tapi ngikut ke dalem diginiin”. Tuken menunjukkan jari jempol terjepit disambung tawa terbahak-bahaknya.
Donna membatu. Ia bingung, apa yang harus dilakukannya, apakah memberikan tubuh ? atau…ceklek !, pintu kios terbuka selang beberapa menit. Tuken tersenyum menang melihat wajah Donna pasrah dibaliknya.
“Tutup pintu, terus ksini !”, dengan gaya angkuh dia menekuk jari telunjuk.
Donna menuruti perkataan orang yang hendak memeras keindahan tubuh. Sejak memutuskan untuk masuk kios, ia sudah pasrah. Menerima segala bentuk perintah seks, hinaan dan lecehan.

Donna merasa inilah dosa penebus atas kemunafikan, sebagaimana seluruh artis Indonesia yang sok suci. Ia mendekat dengan langkah ragu. Setelah cukup dekat, mata Tuken menjelajahi seluruh lekuk tubuh. Dari ujung rambut, hingga ujung kaki. Saat itu Donna mengenakan kaos tanpa lengan U can see warna hitam dan rok sekolah putih. Tuken bangkit dari tempat duduk, bergerak menghampiri Donna yang beringsut mundur.
“Di dalem sarung Bapak ada yang mau kenalan Non .hehehe, Sluurph !”.

Donna takut melihat bentuk kejantanan Tuken yang menonjol di balik sarung. Apalagi membayangkan jika vagina mungilnya disuruh menelan seluruh batang itu, pasti akan ada paksaan pelebaran liang. Tangan Donna refleks menutup kedua alat vital yang sedang diburu pria dihadapannya.
“Tuing !”, Tuken melepas sarung, penis konaknya menginginkan “sarung khusus”.
“Po ame-amek…belalang kupu-kupuu…Bapak dapet vaginah…Non Donna dapet peju, Huak hak hak hak…Huaaaaaak hak hak hak hak hak”,

Tuken menertawakan reaksi pucat pasi Donna yang sudah tersudut. Mulutnya banjir liur, semakin dekat meruncing ke wajah hendak mencium, jari membentuk cakar seakan ingin menerkam.
“JANGAN PAK, JANGAN…” Donna menggeleng kepala dalam ketidak berdayaannya.
“TIDAAAAAAAAAAAKKK !!!”,.
“HUAAAK, HAK HAK HAK HAK HAAAAAK…”.Cerpen Sex

Seharian itulah, awal Donna jadi pemuas nafsu Tuken. Insting binatangnya maksimal. Keluar kios, jalan Donna mengangkang lebar. Didera rasa sakit dan perih di kemaluan, lantaran kontol membor vaginah gila-gilaan. Donna sempat pingsan dua kali dibuatnya sebelum diizinkan pulang. Selesai itu, Pak Tuken licik dan ingkar janji. HP O2 Donna memang dikembalikan, tapi Memory Card berisi banyak file penting yang seharusnya dihapus malah disita. Kini jika dia sedang sange, tinggal menghubungi nomor Donna. Vaginah harus siap pakai sepuas-puasnya, sampai haid tak boleh jadi alasan. Mulut kemasukan penis, wajah sasaran tembak mani. Kedekatan yang bertranslasi menjadi perbudakan, kepercayaan rukun bertetangga yang ternoda oleh pengkhianatan,

“Non, Non…kok bengong sih ?”
“Denger gak ? Kalo Bapak pengen vaginah…Non kudu harus ngasih, ngarti ?” ujar Tuken dengan tatapan tajam, membuat Donna tersadar dari lamunannya.
Melihat Donna diam karena takut, Tuken segera bertindak. Dia jongkok dibawah jok tempat Donna duduk. Dengan liur menetes deras, menyingkap rok dan merenggut celdam secara perlahan namun pasti. Pemandangan indah itu dinikmatinya detik demi detik. Donna memalingkan wajah, malu vaginanya ditatap nanar secara bebas. Sayang nafasnya yang menderu tak bisa sembunyikan diri horny dilecehkan demikian. Segitiga pengaman yang gagal melindungi keindahan di dalamnya, dihirup Pak Tuken dengan penuh perasaan.

“Hmmh…coba angin wangi kayak gini semuanye, jangan deh…nti ngaceng terus gak bisa tidur lagi, Huak hak hak hak”, benda itu dikenakannya di kepala serasa topi.
“Ngengkangin lebaran, cantiiik !”.
Walaupun benci, Donna terpaksa menuruti perintah. Tuken tersenyum, mendekatkan wajah hingga berjarak 3 cm saja dari vagina. Donna merasakan hembusan nafas penuh nafsu birahi menerpa kewanitaan.
“Ja-jangan diliat Pak !” pinta Donna sia-sia, pipinya merona ketika belahan kemaluan miliknya direntang lebar.

“Jangan apa maniiis ? Hmm…?” *endus-endus*,
“ga usah malu cantik…Hmmmhh, wangi beneer. Jangan-jangan tapi kok becek gini sih Huak hak hak hak” ejek Tuken, menusuk-cabut liang vagina dengan jari tengah.
“Aaaaaahh…Jang-aanh…”.
“Jangan gini, Leeeeepph ! Huak hak hak hak”, Pak Tuken menjilat tiba – tiba, Donna mendesah nikmat ber-volume keras.
“Selamat makan Sobiriin, Hmmh. Sluurp…Sluuuuuuuuuuurpp ! Cup cup cup cup cup Sruuuuuuuuuuuuuuupph !!”.


Mulut Donna megap-megap, lidah terjulur merasakan nikmatnya dilalap lelaki tua lapar vaginah gadis. Ia menjambak minta ampun karena terlalu enak dirasa gadis seusianya. Pak Tuken makin tertawa gila di selangkangan. Tak tahan dengan cara mulut mengerjai kewanitaan, tubuh Donna melengkung. Pangkal pahanya mengapit kepala Tuken. Desahan panjang memenuhi mobil itu, desah singkat orgasme. Donna takluk oleh pria yang tak jelas asal usul serta masa depannya. Vaginanya diseruput bagai orang kehausan di padang pasir, gairahsex.com kenikmatan berganda di dapat dari perlakuan udik tersebut. Pantat Donna terangkat dari jok mengejat-ngejat, tanda ia sangat menikmati orgasme yang sedang dirasakan. Sebuah lengkingan mengakhiri klimaks seksnya.

“Vaginah Non Donna, eenak beneeerr ! Artis emang beda yak, Non suka juga pan Bapak jilatin vaginahnya ?”. Donna pasrah menerima ejekan, cemoohaan dan sindiran dari Pak Tuken. Mulut bisa berbohong, tetapi tidak tubuh.

Bukan hanya itu, Donna juga tidak berontak saat Tuken bangkit mengarahkan penis, ia sudah pasrah disenggamai. Sambil menyeringai penuh bangga, Tuken menggesek bibir vagina dengan penisnya.
“Buka Non ! kontol Bapak kepengen masuk !”.
Donna merentang mulut vaginanya sendiri, hingga terlihat liang kecil penuh gemerintil daging merah muda janjikan surga. Dengan bernafsu, Tuken menekan kejantanannya untuk singgah di liang tersebut.
“ Zleeb !.”

“Woow…enyak, enyak, enyaak…Enggh” celoteh Tuken saat kepala penisnya berhasil terjepit.
Penjual pulsa eceran itu terus mendesak masuk, ingin batangnya kebagian jepitan daging super legit juga. Wajah Donna mendongak, mata sayunya menatap langit-langit mobil. Kuku jarinya yang panjang dan berkutek hitam, hanya mampu mencakar perut Tuken lantaran tubuh serasa dibelah dua.
Semakin lama penis terbenam kian dalam, betis Donna dicengkram dan direntang lebar, agar serasa berkuasa layaknya Raja diraja.
“AAAAANNGHHH !!” erang Donna, sewaktu penis menghujam untuk sebuah tusukan final hingga menancap sempurna.

Tuken sendiri tak bisa bicara karena sesak nafas, jepitan vagina Donna terlampau surga untuk pria setua dirinya, terlalu beruntung. Wajahnya yang hitam jadi memerah lantaran nikmat. Tuken menarik keluar batang yang terjepit dengan susah payah. Betapa legitnya vagina artis, tak heran seorang Menteri  sampai berburu harta karun, yang tak lain untuk modal berkencan di hotel berbintang 5.
“Oooohh…enak bener vaginahnya Non, Enngkh…” celoteh Tuken.

Mendorong masuk penis hingga tenggelam lagi di vagina Donna. Cairan Cinta berceceran, Tapi gilanya liang tetap liat, Tuken keasyikan jadinya. Terus tarik-ulur-tarik-ulur hingga tak tahan mau muncrat. Dengan rasa tak rela cepat keluar, dia menarik penis tersisa kepala yang terjepit. Lalu dihantamnya itu vagina sekuat tenaga hingga tergenjot turun sambil meracau jorok.
“Gila vaginah lu !!”, CROOOOOOOTTT…

Tuken kelojotan bagai orang ayan, Donna sudah pasrah. Liang vaginanya terasa sekali semburan-semburan kencang cairan kental. Tuken ber-ejakulasi sambil menatap Donna yang jelita, sungguh nikmat surga berkali-kali lipat. Dia melenguh berulang kali, liurnya sampai menetes. Meresapi rasa enak menggenjot vaginah pesinetron muda cantik yang namanya tengah berkibar di per-film-an Indonesia, Donna Anjani.

1 komentar: