Rabu, 27 Juli 2016

Teduhan yang Membawa Kenikmatan

Teduhan yang Membawa Kenikmatan 


 

Cerita Dewasa -Aku mendapat tugas ke wilayah utara Karawang. Di sana pada waktu itu penduduknya dilanda kekurangan pangan, sampai banyak yg mengkonsumsi enceng gondok untuk makanan.

Cerita Panas -Aku belum pernah sama sekali ke daerah ini. Dari Jakarta lumayan jauh jaraknya, mungkin sekitar 100 km. Aku memang senang berpetualang, sehingga mendapat tugas ke daerah yg jauh seperti ini, bagiku menyenangkan.

Cerita Sex -Dari Jakarta aku mengendarai sepeda motor. Sekitar 2 jam baru aku mencapai Karawang. Menjelang memasuki Karawang, ada persimpangan ke kiri arah Rengkas Dengklok. Sebenarnya aku tdk punya tujuan khusus untuk di datangi, tetapi arahnya adalah Karawang Utara.

Agen Judi Bola -Aku mencoba mengarahkan tujuan ke Rengkas Dengklok. Sampai di kota kecil itu perjalanan lancar-lancar saja dan dari pengamatanku di sepanjang jalan, tdk ada tanda-tanda masyarakatnya sedang dilanda bencana kelaparan. Dari Rengkas Dengklok. hatiku membawa ke arah utara. Aku lalu menyusuri sungai aliran irigasi.

Sudah hampir satu jam aku berjalan, tetapi tdk ada tanda-tanda akan mendekati kampung. Keadaan kiri kanan jalan mulai jarang rumah. Hamparan sawah yg mengering. Saat itu waktu sudah menunjukkan jam 3 sore,.

Meski aku tdk tahu tujuanku, tetapi aku memastikan, suatu saat nanti aku akan bertemu dengan pantai. Rencanaku di sanalah aku akan beristirahat malam. Aku tdk tahu seperti apa situasi kampung di depanku. Namun aku yakin pasti ada desa nelayan, dan di situ pasti ada warung yg buka 24 jam. Di daerah nelayan memang biasa terdapat warung-warung yg buka 24 jam. Paling tdk di situ aku bisa istirahat.

Sambil aku berpikir mengenai tujuan di depanku, tiba-tiba cuaca berubah menjadi mendung berat. Kupercepat laju kendaraan, tetapi hujan sudah mendahului dengan rintik-rintik. Aku mencari tempat berteduh, tetapi di kiri kanan jalan tdk ada warung, bahkan rumah pun tdk ada. Aku melihat di kejauhan ada kerimbunan pohon-pohon yg dapat kupastikan di sana ada rumah penduduk.

Motor kuarahkan keluar dari jalan besar dan masuk ke jalan gang. Sekitar 100 m memang terlihat ada perkampungan. Aku segera mengarahkan motorku ke salah satu rumah yg mempunyai teras agak besar. Rumah ini memang agak terpencil dari lainnya. Aku tdk perduli yg penting aku tdk semakin basah.

Aku buru-buru meninggalkan motor dan segera berteduh. Hujan semakin deras. Pemilik rumah keluar menemuiku. Aku segera mengatakan bahwa aku numpang berteduh. Dia menyalamiku dan mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah. Aku menolak, karena terasnya cukup buat aku berteduh. Namun dia tetap menyilahkan aku masuk saja di dalam karena di luar angin sangat kencang dan agak tempias.

Aku akhirnya menuruti kemauannya. Dengan agak segan, aku duduk di ruang tamu rumahnya. Kuperhatikan rumahnya sangat sederhana, dengan lantai diperkeras semen dan dindingnya dari anyaman bambu. Pemilik rumah memperkenalkan diri Budi. Kutaksir usianya sekitar 35 tahun. Dia 14 tahun lebih tua dari aku.

Sedang kami saling mengobrol basa basi, dari dalam keluar seorang wanita sambil membawa minuman, teh hangat dan singkong rebus yg masih mengepul. Aku jadi nggak enak hati. Aku bukan bertamu, hanya numpang berteduh, tetapi diperlakukan sebagai tamu.

Bukan teh hangat dan singkong ngebul yg menarik, tetapi wanita yg membawanya. Seorang wanita yg kutaksir berumur 20 tahun, putih, mukanya cukup manis dan bodynya montok. Pak Budi memperkenalkan aku kepada wanita itu yg ternyata adalah istrinya. Dari matanya aku dapat menangkap, istri Pak Budi , kelihatan genit dan berani.

Bu Budi kemudian ikut nimbrung ngobrol. Dugaanku kelihatannya ada benarnya. Bu Budi memang lebih agresip. Dia tdk seperti ibu rumah tangga umumnya yg kelihatannya selalu dibelakang suami. Ini malah dia seperti memposisikan diri lebih ke depan daripada suaminya.

Dari cerita mereka, Bu Budi dikawin masih muda, mungkin sekitar 13 tahun. Kawin dengan Budi bukan dari gadis, tetapi dia sudah janda ketika berumur 17 tahun.. Mereka sendiri yg buka kartu. Aku tdk mungkin berani lancang mengorek hal-hal pribadi seperti itu.

Hujan makin deras, padahal hari sudah mulai gelap. Aku jadi gelisah, karena tdk mungkin meneruskan perjalanan pada malam hari. Untuk numpang tidur di rumah ini, aku tdk punya keberanian memohonnya.

“Masnya nginap di sini saja, ” kata istri Budi.

Belum sempat aku menjawab, Budi menimpali,

“ Iya temani istri saya, karena saya malam ini dapat giliran ronda.”

Aku bingung dengan tawaran itu. Masak baru kenal diminta menemani istrinya, dan sang suami pergi.

“Terima kasih, saya nanti tidur di depan saja di bale depan rasanya sudah cukup untuk saya tidur,” kata ku dengan nada malu bercampur rikuh.

Budi melarangku tidur diluar, karena dingin dan kalau hujannya deras, tempat itu basah.

“ Di dalam saja, kenapa kok mau tidur diluar, nanti masuk angin,” kata Budi.
“Ya mas nya tidur di dalam saja,” tambah istrinya.

Di ruang tengah yg merangkap ruang tamu ruangnya lapang, karena jadi satu dengan dapur. Selain seperangkat meja kursi tamu dari kayu yg sederhana, juga terdapat dipan bambu.

Rumah Budi belum dialiri listri, sehingga ketika diluar mulai gelap, di rumah ini hanya diterangi oleh lampu minyak yg tdk seberapa cerah cahayanya.

Untuk mengurangi rasa nggak enak hati, aku menarik uang 100 ribu lalu kuberikan kepada istri Budi.

“ Mbak ini untuk beli makanan malam,”

Istri Budi terkejut menerima uang ku. Dia terheran-heran dan mengatakan uang pemberianku itu terlalu banyak Aku memaksanya agar diterima saja, karena aku sudah merasa tertolong diberi penginapan. Pada masa itu uang 100 ribu memang sangat banyak, karena jika aku menginap di hotel kelas melati 3 mungkin tarifnya sekitar itu.

Istrinya dengan muka berseri-seri masuk ke kamarnya. Pak Budi lalu mendekatiku dan membisikkan aku agar tidur di kamar saja, jangan di ruang tamu ini, karena udaranya dingin.

Apakah tawaran Budi itu akibat kekuatan uang 100 ribu. Aku menduga kira-kira begitulah.

Aku terkesiap mendengar tawaran Budi. Aku jadi makin rikuh, Sebelum aku menjawab, Budi bangun dari duduknya lalu jalan kebelakang. Aku tdk jelas bisa melihat apa yg dikerjakannya..

Beberapa saat kemudian dia keluar dan minta izin akan ke warung . Istrinya keluar dari kamar menemaniku. Dia dengan gaya genitnya mengatakan kepadaku agar aku tidur di kamar saja. “ Pak Budi tadi udah bilang ama mas kan,” katanya.
Aku bingung mau jawab apa. Tadi tawaran Budi belum aku jawab, sekarang istrinya pula yg menimpali dengan nada yg sama. Aku terdiam, tdk tahu harus menjawab apa.

“Emang masnya takut ya ama saya, saya nggak gigit kok, “ kata istri Budi dengan nada menggoda.

Aku mencari kejelasan, apakah nanti aku tdk digrebek orang kampung kalau tidur di kamar

“Ah masnya nggak usah takut, di sini mah udah biasa, “ kata istrinya.

Aku membayangkan kejadian yg bakal terjadi nanti malam. Kemaluanku langsung mengembang memikirkan peluang yg ada di depanku. Aku sama sekali tdk keberatan meniduri istri si Budi. Malah jadi kayak pucuk dicinta ulam tiba.
Sama sekali aku tdk menygka begitu bebasnya kehidupan di desa yg jauh dari keramaian kota. Inilah mungkin makna yg terkandung di dalam pameo “goyang Karawang”

Budi masuk membawa tentengan dua kantong plastik, dia lalu ke dapur diikuti istrinya. Tdk jelas kulihat apa saja yg dibelinya. Mereka berdua kelihatan sibuk. Aku bengong sendirian di ruang tamu sambil menghayal.

Aku sempat tertidur di kursi entah berapa lama, sampai Budi menyapaku. Kami menyantap makanan malam dengan lauk, mi instan kuah dengan telur, telur dadar, sambal dan lalap timun. Nasi yg mengepul hangat, meski dengan lauk sederhana di cuaca yg masih hujan, rasanya nikmat . Kami makan bertiga lahap sekali.

Selepas itu aku masih dibuatkan kopi panas. Kami ngobrol sebentar, lalu Budi pamit mau gabung sama teman-temanny di pos ronda. Tinggallah aku berdua dengan istri Budi.

Dia lalu mengunci pintu dan membereskan meja makan. Sementara aku nggak tahu harus ngapain, kecuali duduk sambil ngrokok dan menghirup kopi. Istri Budi yg kemudian kutahu namanya Linda duduk menemaniku ngopi.

“Mas udah berkeluarga,” tanyanya
“Belum” jawabku.
“Lho udah cukup umur, udah kerja, dan mas kan cukup ganteng, “ katanya rada menggoda.
“ Belum ada yg mau mbak,”
“Ah masak, sayang lho kan udah cukup umur, kalau di kampung mah udah punya anak banyak kali,” katanya.
“ Saya belum berani mbak, takut nggak bisa ngurus,” kata ku berusaha mengelak.
“ Bukannya istri yg ngurus suami, lagian mas nya sayang kan masak udah mateng gitu masih dibuat pipis saja,” katanya genit.

Aku bingung sebentar, menerjemahkan apa yg dimaksud buat pipis. Linda ini berani amat menyinggung masalah yg pribadi. Aku tdk bisa menjawab, hanya senyum-senyum nggak jelas.

Dia lalu mengalihkan pembicaraan soal perjalananku dan tujuannya. Aku bercerita panjang lebar. Dari dia kudapat banyak informasi mengenai situasi di desa ini. Mereka memang sedang kesulitan pangan, akibat musim kemarau yg panjang dan terbatasnya air irigasi. Linda mengaku tdk bisa setiap hari makan nasi. Sebagai penggantinya hanya makan singkong. Jadi singkong yg aku santap tadi sore itu sebenarnya adalah makan malam mereka.

“Mas apa nggak cape dari Jakarta naik motor, jauh kan itu,” tanyanya.
“ Ya lumayan sih, pegal juga,”
“ Sini mas saya pijetin, “ kata Lindasambil berdiri dan mengambil posisi di belakangku. Aku tak mampu menolak, ketika tangannya sudah memijat pundakku.

Nikmat sekali rasanya, entah karena pijatannya enak atau aku yg terlalu lelah seharian dari Jakarta. Aku memuji pijatannya, yg memang kurasa nikmat sekali.

Dia lalu menawariku memijat seluruh badan. Aku dimintanya tidur telungkup di bale-bale di ruang tengah itu. Karena pijatannya nikmat, maka aku segera mengatur posisi tiduran sambil telungkup.

Dia memintaku membuka baju karena akan diurut pakai minyak kelapa. Aku turuti saja kemauannya. Badanku terasa nikmat sekali, diurut Linda. Dia ternyata pintar memijat dan mengendorkan urat-uratku yg kaku karena terlalu lama naik motor.

Badanku penuh dengan minyak kelapa. Tapi aku merasa lega. Linda menawarkan untuk sekalian mengurut bagian kakiku. Dia memintaku membuka celana jean. Aku agak jengah juga, sebab dibalik jeans ku hanya ada sepotong celana dalam yg tipis. Namun karena penerangannya yg remang-remang, aku sedikit punya keberanian.

Aku melepas jeans, tinggal celana dalam saja. Urutan kaki memang nikmat, meski di beberapa bagian agak sakit juga. “ Mas ototnya pada kaku nih, udah lama ya nggak dipijet,” tanya Linda.

“Saya jarang pijet mbak, abis nggak ada yg mijetin sih, “ kata ku menggoda.
“Ala si masnya bisa aja, di Jakarta kan banyak tempat pijet,” katanya.

Dia meminta aku berbalik tidur telentang. Pada posisi inilah aku tdk bisa menyembunyikan gundukan k0ntolku yg sudah mengeras sejak tadi.

Linda mulanya tenang-tenang saja dan tdk memperhatikan gundukanku. Ketika dia merambah ke bagian paha dia mulai berkomentar.

“Wah burungnya si mas bangun ya, boleh nggak dipijet juga,” tanyanya.

Aku bingung, masak kemaluan bisa dipijet.

“ Emangnya si mbak bisa mijet burung,” tanyaku.
“ Ah ya bisa dong, masak mijet badan bisa mijet gituan yg cuma sedikit nggak bisa,” katanya.
“ Boleh deh coba, pengen tahu, enak nggak mbak,” tanyaku.
“ Ya mesti dicoba baru tahu rasanya, celananya buka aja ya nggak usah malu lah orang nggak ada orang aja kok.,” katanya.

Aku berlagak bodoh dan membiarkan dia melololoskan celana dalamku. Begitu celana terlepas, batang k0ntolku langsung berdiri.
“ Wah lumayan juga burungnya mas, bentuknya bagus ,” katanya sambil meraih k0ntolku.

Awalnya di bekap-bekap dan jarinya mengurut sekitar daerah kemaluanku. Linda termasuk ahli mengurut bagian ini. Aku terangsang hebat , kepala ku terasa penuh.

“ Aduh mbak saya nggak tahan rasanya.
“ Udah mas dilepas aja kalau mau keluar, jangan ditahan-tahan, “ katanya sambil mengocok batangku.

Dalam waktu singat aku langsung ejakulasi banyak sekali.

“ Mas maninya banyak amat sih, udah lama nih kelihatannya nggak dikeluarin ya,” katanya.

Aku diam saja dan seluruh badanku terasa lemas. Namun badanku terasa risih karena penuh dengan baluran minyak kelapa.
Linda menawarkan aku mandi di belakang. Aku memang berkeinginan mandi, segera kusambut tawarannya sambil menggoda.

“ Mbak saya dimandiin dong, saya kan tdk bisa nggosok punggung saya,” kataku.
“Ala simasnya genit juga, beres deh ntar Linda mandiin,”

Dia segera berlalu kebelakang, mungkin mempersiapkan sumur untuk mandi. Agak lama juga dia di belakang sambil membawa penerangan lampu tempel. Dia kemudian memanggilku .

Aku dengan hanya mengenakan celana dalam menuju kamar mandi. Di situ Linda sudah berganti pakaian, hanya menggunakan kain batik yg dililitkan ke tubuhnya seperti kemben.

Aku disuruh jongkok dan seluruh badanku diguyur air dingin. Tangannya trampil sekali menyabuni seluruh tubuhku. Aku yg dalam keadaan telanjang seperti bayi dimandikan oleh Linda.

“Mbak ngapain sih pakai kain segala, saya telanjang mbak juga telanjang dong biar imbang. Lagian sayang tuh kain basah nanti.
“ Ih masnya genit nih ,” katanya.

Dia lalu berbalik dan melepas kainnya. Di balik kain itu sudah tdk ada apa-apa lagi, sehingga Linda juga telanjang bulat, Dari belakang kuperhatikan pantatnya montok sekali bergumpal.

Ketika dia berbalik, sepasang buah dada yg seperti membengkak menggantung kaku di dadanya. Dari putingnya kelihatan Linda belum pernah punya anak, karena putingnya masih kecil.

Aku tdk bisa menahan nafsu segera kuraih kedua buah dadanya dan kuremas. Linda diam saja dan dia mendongakkan kepalanya sambil mendesis. Putingnya aku pelintir-pelintir membuat Linda semakin mendesis. Kupeluk badannya yg montok dan lehernya kuciumi lalu kedua putingnya aku hisap-hisap. Sementera itu k0ntolku sudah bangun kembali menerjang-nerjang bagian kemaluan Linda..

Tangannya meraih kemaluanku dan dikocoknya pelan-pelan. Aku semakin bernafsu dan ingin segera menyarangkan k0ntolku ke dalam memeknya. Aku merendahkan badanku dan dia kusenderkan dia ke dinding. Kuarahkan k0ntolku ke gerbang memeknya lalu pelan-pelan aku tekan sampai tenggelam seluruhnya ke dalam saluran memeknya. Rasanya nikmat sekali dan Linda memelukku erat sekali.

Dia mulai merintih, ini membuatku semangat memompa semakin cepat. Linda mengangkat kaki kirinya dan dilingkarkan ke pinggangku. Pada posisi ini aku makin leluasa memompa memeknya. “ Mas punyanya enak banget mas, ngganjel banget rasanya memekku penuh banget, aduh mas terus mas enak banget,” kata Linda sambil terus merintih yg kadang-kadang nggak jelas ucapannya.

Aku mampu bertahan lama karena di ronde kedua biasanya aku bisa bertahan agak lama.. Aku terus memompa dan mulutku menciumi leher dan telinganya. Linda lalu mengerang-negerang dan memelukku erat sekali. Dia mencapai puncak dan kemaluannya terasa berkontraksi. Gerakanku ditahannya dengan dia memelukku erat sekali.

“Aduh mas aku puas panget, aku nggak pernah ngrasain main kayak gini enaknya, mas mainnya pinter, sampai aku bisa lemes banget. “ katanya.

Sementara itu aku sedang tanggung, lalu dia kuminta membungkuk membelakangiku. Pantatnya yg bahenol sunguh sangat mempesona , batang k0ntol ku arahkan masuk ke memeknya dari bagian belakang. Dengan mudah seluruh batang k0ntolku tenggelam. Aku kembali menggenjot dengan menabrak-nabrakkan bongkahan pantatnya yg tebal.

Pemandangan pantat yg bergetar setiap kali kutabrak membuatku makin bernafsu. Aku terus mempercepat pompaan hingga kemaluan kami berbunyi. Linda kelihatannya naik lagi nafsunya, dia memutar-mutar pantatnya sehingga batang k0ntolku seperti diremas . Aku memperpelan gerakanku menyesuaikan dengan putaran pantatnya yg sangat mengagumkan.

Aku mulai merasa akan mencapai ejakulasi maka hunjamanku kubenamkan dalam dalam dengan gerakan keras. Linda juga mulai merintih. Dalam waktu tdk berapa lama aku menembakkan spermaku ke dalam rahimnya. Kontraksi k0ntolku nampaknya menambah rangsangan di memek Linda sehingga dia menggerakkan pantatnya tdk beraturan sampai kemudian tangannya menarik badanku rapat ke tubuhnya. Dia menjerit keras sekali. Memeknya kembali berdenyut dan kali ini lebih lama dari yg pertama tadi.

Linda kembali memujiku, katanya permainanku sungguh luar biasa, karena dia bisa sampai merasakan kenikmatan dua kali. Yg terakhir kata dia nikmat sekali sampai tubuhnya hampir-hampir tdk kuat berdiri.

Kami mandi bersama dan saling menyabuni. Meski penerangan remang-remang tapi, aku masih bisa melihat cukup jelas tubuh Linda. Susunya cukup besar, rambut bawahnya masih jarang. Dan yg kurasa agak jarang ditemukan di kampung-kampung adalah bentuk tubuh Linda yg berpinggang ramping. Padahal tubuhnya termasuk subur, biasanya cewek yg subur badannya perutnya ikut membuncit. Linda tdk demikian.

Air yg tadi tdk terasa dingin, setelah mengalami ejakulasi, rasanya air dingin sekali. Aku agak menggigil. Setelah mengeringkan badan dan kami berpakaian lagi. Aku kembali ke ruang tengah dan menghisap rokok. Nikmatnya menghisap rokok setelah pertempuran rasanya tdk ada bandingannya.

Setelah sekitar setengah jam, sebatang 234 habis terbakar. Linda mengajakku masuk ke kamarnya. Aku digandengnya memasuki kamar tidur. Kamarnya tdk luas, Tempat tidur berupa dua kasur yg dihamparkan di lantai.

Aku tdk membawa persedian baju tidur, sehingga aku hanya mengenakan kaus oblong dan celana pendek sebagai pakaian tidurku. Udara di desa setelah hujan cukup dingin, sehingga aku terpaksa mengenakan sarung yg kubawa.

Kami tdk langsung tidur. Linda banyak bercerita mengenai desanya termasuk hubungannya dengan Budi. Menurut dia, Budi kurang mampu di atas ranjang, karena dia menderita sakit gula.

“ Barangnya kalau berdiri nggak bisa keras, itu pun kalau main cuma sebentar,” kata Linda buka kartu suaminya.

Dia mengaku bisa berhubungan dengan suaminya sebulan 2 kali sudah cukup bagus, sebab kadang-kadang cuma sekali. Aku jadi penasaran, apakah suaminya memberi kesempatan tidur dengan istrinya karena memang kerelaan suami, atau karena sebab lain. seksigo

“ Di sini mah biasa mas, kalau ada tamu yg rasanya pantas boleh tidur sama istrinya, sama anaknya juga biasa pak,” kata Linda tenang..

Aku tertarik ingin tahu lebih jauh mengenai kebiasaan orang di kampung ini, tetapi Linda tdk bisa menceritakan . Ini mungkin karena pendidikannya yg cuma tamat SD.

Linda tidur memelukku. Tangannya mengelus-elus dadaku dan sesekali menciumi pipiku. Dia memperlakukan ku mesra sekali. Aku jadi sulit tidur, karena terbiasa tidur sendiri, maka jika tidur dipeluk begini rasanya jadi gerah. Tapi aku tdk sampai hati menolak pelukannya, sehingga kubiarkan saja dia memeluk erat tubuhku.

Nafasnya kuperhatikan makin memburu. Aku menduga dia mulai terbakar nafsu birahinya. Tangannya tdk lagi mengelus dadaku, tetapi sudah mulai jahil meremas-remas batang k0ntolku. Batang ku yg tadinya tidur tenang, diremas-remas Linda jadi bangun lagi dan akhirnya mengeras.

Kepalang tanggung, Linda kuminta menghisap kemaluanku. Dia menolak, karena belum pernah melakukan seperti itu.

“ Mas masa itunya di masukin mulut, jijik ah,” katanya .

Aku maklum, pengetahuannya mengenai oral, belum pernah dialami. Aku mencumbuinya dan satu persatu ku buka bajunya sampai dia akhirnya telanjang bulat di balik sarung. Kedua payudaranya yg ranum kembali menjadi sasaranku. Dia menggelinjang sambil sesekali mendesis ketika putingnya aku hisap dan jilat.

Kutarik sarungnya ke bawah dan bersamaan dengan itu aku menciumi perutnya terus ke bawah menuju segitiga kemaluannya. Linda menutup kemaluannya. Malu katanya. Aku menyingkirkan tangannya pelan-pelan.

“ Ah mas jangan diciumi memek Linda, jijik mas” katanya sambil terengah-engah.

Aku tdk perduli dan sarungnya sudah lepas dari badannya. Badan Linda telentang bugil. Aku mengatur posisi merangkak di antara kedua kakinya. Aku kembali menyerang dengan ciuman ke arah kemaluannya. Linda masih menahan kepalaku, tetapi tangannya tdk sungguh-sungguh melarangku. Lidahku berhasil masuk diantara celah kemaluannya dan menemukan clitoris nya.

Dia terkejut dan menggelinjang ketika sapuan lidahku mengenai ujung clitorisnya. Geli katanya. Aku terus berusaha menyapukan lidahku di sekitar clitorisnya. Kemaluan Linda tdk berbau sama sekali. Ini menandakan dia pandai merawat bagian vitalnya.

Aku merasa cairan memek Linda sudah mulai melumasi dinding-dinding memeknya yg merupakan tanda siap di terobos. Jilatanku kembali mengarah ke clitorisnya yg sudah mulai muncul dari lipatan kulit penutupnya. Linda mengerang dan pantatnya bergoyang terus. Aku terpaksa menekan kedua pahanya agar tdk bergerak, sebab gerakannya menyulitkan aku menjilat clitorisnya.

Kepalanya bergerak seperti orang menggelengkan kepala dan kedua tangannya menarik-narik sprei. Dia mengerang dan bergelinjang jika ujung clitorisnya terkena lidahku. Clitorisnya makin menonjol dan sapuan lidahku semakin gencar ke satu titik itu.

“ Aduh enak sekali mas, mas pinter banget sih,” dia terus mendesis sambil bergumam.

Tiba – tiba diam lalu menjerit tertahan. Aku merasa kemaluannya berdenyut. Linda mencapai orgasme. Aku lalu duduk diantara kedua kakinya dan mencolokkan jari tengah ku ke dalam memeknya. Jariku meraba dinding atas liang memeknya. Ada bagian yg jika tersentuh dia menggelinjang. Aku memusatkan sentuhan ke bagian itu dengan gerakan halus dan pelan sekali. Linda seperti kesetanan mengingau dan mendesis. Tiba-tiba diraihnya bantal dan tutupkan ke mukanya. Dia menjerit di balik bantal itu bersamaan dengan kontraksi panjang di dalam memeknya.

Kemaluan Linda banjir, sampai cairannya meleleh keluar. Setelah orgasme dia membuka bantal yg menutuupi mukanya.

“ Aduh mas lemes banget, itu tadi enak banget kayak yg dikamar mandi tadi,” kata Linda.

Aku pindah duduk di samping Linda yg masih tergolek, sementara k0ntolku masih terus mengacung. Linda kuminta kembali mengoralku. Kini dia tdk lagi menolak, hanya dia masih ragu untuk memulainya. Aku katakan, akan mengajari bagaimana cara yg benar menjilat batangku. Di raihnya batangku . Aku tidur telentang dan Linda merangkak di atas ku. Mula-mula dia hanya menciumi batangku, lalu mulai berani menjilat.

Setelah mulai terbiasa dia pelan-pelan mengulum batangku. Untuk memberinya semangat aku mendesis-desis dan memuji enaknya hisapannya.

Dia terpengaruh dengan eranganku, sehingga makin semangat menghisapnya. Batangku hampir sepenuhnya masuk ke dalam mulutnya dan di hisapnya. Isapannya terlalu kuat sehingga aku merasa-seolah-olah maniku dipaksa keluar. Linda cepat sekali belajar dan sekarang dia sudah mahir, Dia juga pandai menjilat buah zakarku.

Sekitar 15 menit dia mengeluh mulutnya pegal, dan minta menyudahi oral. Aku mengangkat kepalanya dan meminta dia memasukkan k0ntolku ke memeknya. Linda menduduki kemaluanku dan tangannya mememandu k0ntolku masuk ke memeknya.

Setelah masuk seluruhnya pinggulnya berputar-putar di atas kemaluanku. Aku merasa k0ntolku seperti dilumat memeknya. Bukan aku saja yg merasakan nikmat, tetapi Linda juga mulai merasakan enaknya batangku mengaduk-aduk memeknya. Gerakannya makin bersemangat dan dia melakukannya sambil mengerang. Gerakannya jadi makin gak karuan sampai akhirnya dia jatuh menelungkup di atasku. Aku merasa k0ntolku diremas-remas oleh kemaluannya. Dia kembali mencapai orgasme.
Aku mendorongnya ke samping dan mengambil posisi menindihnya.

K0ntolku kembali menerjang masuk ke dalam memeknya dan akau melakukan kocokan pelan sambil mencari posisi yg paling nikmat. Bukan hanya nikmat bagiku, tetapi juga nikmatnya Linda. Pada satu posisi , Linda mendesis-desis. Pada posisi itulah aku terus bertahan sampai menjelang ejakulasiku. Aku mempercepat gerakanku dan Linda makin menggila menggerakkan pinggulnya. Dia menarikku dengan pelukan yg erat sekali dan kakinya merangkul pinggulku. Memeknya berdenyut-denyut. Tapi aku terus berusaha menghunjam-hunjam ke memeknya karena aku juga sudah hampir sampai ke puncak.

Aku tekan dalam-dalam k0ntolku ke memeknya dan menyemburkan sisa sperma yg masih ada ke dalam rahimnya. Badanku terasa lelah sekali. Kuambil sarung dan aku dengan bersarung lalu jatuh tertidur.

Aku terbangun, jam di tanganku menunjukkan jam 6 pagi. Sinar matahari kelihatan menerobos di celah-celah dinding bambu rumah. Kandung kemihku rasanya penuh sehingga dengan menggunakan sarung dan kaus aku bangun menuju kamar mandi. Ketika meliwati ruang tengah kulihat Budi sedang tertidur di bale-bale . Buset aku meniduri istri orang ditunggui suaminya.

Selepas membuang hajat kecil, aku kembali ke kamar untuk mengambil baju ganti. Aku mau mandi . Ketika sedang mencari-cari baju di dalam tas ku Linda bangun. Dengan hanya berkemben sarung dia tergopoh-gopoh menuju kamar mandi.
Aku berpapasan dengan Linda di pintu kamar mandi. Aku dengan tenang mulai memompa air ke dalam ember. Setelah ember penuh dan bersiap mandi dengan membuka semua baju, pintu diketok Linda. Dia katanya mau ikut mandi. Kami akhirnya mandi bersama-sama. Sementara suaminya sedang ngorok di ruang tengah.

Senin, 25 Juli 2016

Nafsu Yang Tidak Boleh Dilakukan

 Nafsu Yang Tidak Boleh Dilakukan

 
Cerita Dewasa -Bagi saya, ini adalah aib yg seharusnya tdk dibeberkan kepada orang lain. Aib yg sangat berpengaruh pada kehidupan saya jika ini terbongkar. Namun Cerita sex terbaru ini perselingkuhan dengan isitri temanku berani saya ungkapkan disini, karena kerahasiaan bisa terjaga.

Cerita Panas -Nama saya Joko, usia saya kini 29 tahun. Istri saya (yg saya nikahi 3 tahun yg lalu) bernama Susi. Kami bertemu saat kuliah, dia lebih muda dua tahun dari saya. Manis menurut saya dengan tinggi 160 cm. Saya sangat mencintai istri saya karena sangat pengertian.
Cerita Deasa Terbaru | Kami sudah mempunyai anak (laki-laki) berumur 1,5 tahun, lucunya anak saya ini, saya bisa tahan bermain dengannya sampai berjam-jam. Itulah sebabnya saya sering berkata kepada teman-teman saya bahwa kebahagiaan abadi adalah jika kamu pulang dari kantor kemudian bermain bersama anakmu.

Cerita Sex -Namanya Jason, sengaja saya namakan demikian karena saya sangat suka dengan point guard Phoenix Sun yaitu Jason Kidd. Untungnya dia juga sudah mulai suka memantul-mantulkan bola ke tanah, sebuah dasar permainan basket.

Agen Judi Bola -Saya bekerja disebuah perusahaan multinasional yg bermarkas di Jerman. Penghasilan saya lumayan, lebih dari cukup malah, sehingga saya bisa tinggal di perumahan elite di pinggir kota Jakarta. Namun saya lebih suka hidup sederhana, mobilpun hanya punya satu.
Saya punya sobat kental yg bernama Hendra. Persahabatan saya dengan Hendra sudah terbina sejak kami masih sama-sama TK. Usianya sama dengan saya, kami hanya berbeda satu bulan (saya lebih tua). Perkenalan saya dengan Hendra terjadi karena kami saling berebut kue ulang tahun yg dibawa oleh teman kami. Saat itu, seperti layaknya anak kecil kami bertengkar yg kemudian berkembang menjadi perkelahian ala anak kecil.

Hendra sempat terjengkang saat itu, demikian juga saya yg terjatuh karena kaki saya ditendangnya setelah ia terjatuh kena pukulan saya. Dilerai oleh guru, kamipun akhirnya berkenalan. Hukuman yg diberikan Ibu Yanti adalah selama satu bulan selama di sekolah, kami harus bersama terus. Ternyata hukuman seperti ini sangat efektif karena sejak saat itu pula kami selalu bersama. (Hukuman dari Ibu Yanti ini sepertinya bisa dicontoh oleh guru-guru lain…..).

Kebersamaan kami tdk hanya di TK. Ketika masuk SD, kami ingin sekali untuk tetap bersama. Kebetulan niat kami ini menjadi kenyataan. Kami masuk ke sebuah SD swasta yg terkenal amat disiplin. Seingat saya, kami hanya sekali terpisah selama SD, SMP dan SMA, yaitu kelas empat SD. Sisanya kami selalu sekelas. Hingga SMA kami selalu mempunyai prestasi di sekolah yg hampir sama. Jika Hendra dapat ranking tiga maka saya dipastikan akan berada di peringkat dua atau empat. Terhitung saya unggul lima kali dan Hendra tujuh kali.

Kedekatan saya dengan Hendra juga mengimbas ke kedua orangtua kami. Saya sudah seperti anak sendiri di depan orangtuanya demikian pula sebaliknya. Ketika kecil, kami sering bergantian menginap. Ini memang memudahkan kedua orangtua kami untuk mengontrol kami. Kalau saya menginap di rumah Hendra, maka ibunya segera menelepon ibu saya dan mengatakan bahwa saya menginap dirumahnya. Hal serupa juga terjadi pada Hendra.

Satu-satunya yg berbeda pada kami hanya sifat. Saya orang yg mudah sekali bergaul. Setiap ada pertemuan, hampir dapat dipastikan saya menjadi centre of attention karena kemampuan saya untuk berbicara. Hendra sebetulnya bukannya tdk baik berkomunikasi, ia hanya lebih pendiam, itu pula yg membuatnya tampak lebih berwibawa dibanding saya.

Hobi kamipun sama yaitu main sepakbola dan basket. Jika main sepakbola, Hendra biasa menempati posisi wingback kanan, sedang saya gelandang bertahan. Karena wibawanyalah, Hendra selalu menjadi kapten saat bermain sepakbola. Di basket, posisi yg sering di tempatinya adalah posisi small forward. Saya sendiri biasa diposisi shooting guard.

Kami memang ditakdirkan untuk bersahabat. Selain hobi dan tetek bengek lain yg sama, kami sama-sama bungsu dari empat bersaudara. Jumlah kakak perempuan dan laki-laki pun sama, hanya berbeda urutan. Keluarga Hendra, laki-laki-perempuan -perempuan- laki-laki sedang saya, perempuan-laki- laki-perempuan- laki-laki.

Tinggi kami berdua tdk berbeda jauh yaitu sekitar 180 cm, hanya saja Hendra lebih tinggi dari saya sekitar satu cm. Penampilan fisik kami, kalau boleh saya sedikit sombong, sangat OK. Banyak teman-teman wanita kami yg tertarik kepada kami.

Ketika kuliah (tempatnya juga sama di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, jurusan manajemen), kami tetap satu kost. Tapi karena namanya juga kost-kostan, kami tdk bisa memilih untuk bersebelahan kamar. Hendra mendapat kamar di lantai dua sedang saya dilantai satu.
Prestasi kami saat kuliah juga hampir mirip dengan prestasi kami di TK-SD-SMP-SMA, hanya saja kali ini karena kuliah kami tdk mungkin sekelas terus. IP kami yg selalu mirip, kisarannya sekitar 2,7-2,8. Yg ajaib, saat sebelum sidang sarjana, IPK kami sama persis yaitu 2,76. Karena malam sebelum sidang (kami sidang berbarengan) saya sibuk menjadi mentor bagi Hendra, akhirnya saat sidang sesungguhnya saya hanya mendapat nilai B dan Hendra justru A. Akan tetapi, hal ini bukanlah masalah bagi saya.

Dua tahun terakhir sebelum lulus, Hendra tertarik dengan gadis sekampus kami yg berada di angkatan dua tahun lebih muda. Nama gadis tersebut Susan. Rupanya sangat cantik, berhidung mancung, berkulit putih mulus, berdarah bule sedikit (ayahnya indo-belanda) . Tingginya sekitar 175 cm dengan berat badan yg sangat proporsional. Yg kurang proporsional menurut saya hanyalah dadanya yg sedikit kebesaran. Singkat kata Susan sangat seksi. Jujur saja, saya sempat suka dengannya.

Awal-awal pendekatan, Hendra selalu mengajak saya bila apel ke rumah Susan. Alasannya singkat saja
“Loe khan pinter ngomong…”. Karena saat itu saya juga belum punya pacar, kami sering sekali jalan bertiga.
Tak heran jika Susan kemudian dekat juga dengan saya. Kedekatan saya dengan Susan bahkan sudah melebihi kedekatannya dengan Hendra. Ini saya anggap sudah sangat berbahaya, jadi akhirnya saya memutuskan untuk tdk lagi menemani Hendra.

Pendekatan Hendra untuk mencairkan hati Susan berlangsung cukup lama, kurang lebih 1,5 tahun. Malah akhirnya saya yg lebih dahulu mendapat pacar, yaitu Susi yg saya dekati selama kurang lebih enam bulan. Dan tak lama (kurang lebih satu bulan) setelah saya dan Susi resmi pacaran, merekapun menyusul resmi berpacaran. Bahagianya hati kami saat itu.

Susan juga yg mempunyai usul agar kami mengontrak rumah bersama (maksudnya saya dan Hendra). Dan usulan ini kami anggap sangat bagus dan enam bulan sebelum lulus, kami pindah kerumah kontrakan kecil berkamar dua. Susan dan Susi sering datang dan mengurusi segala kebutuhan kami, dari mulai makan hingga keperluan kami sehari-hari. Saat itu kami merasa sebagai dua cowoq paling beruntung di dunia.
Kebiasaan kami untuk menjaga keamanan adalah sistem bawa kunci sendiri-sendiri. Setiap saat pagar rumah di gembok dan pintu rumah dikunci, ada atau tdk ada orang. Kebiasaan Hendra jika pulang kerumah adalah teriakannya yg khas
“Permisi…! “, saya tdk mempunyai kebiasaan itu. Ini pula akhirnya yg menjadi tanda siapa yg pulang.

Setelah lulus, kami sibuk mencari kerja kesana kemari. Hendra lah yg paling beruntung diantara kami. Baru sebulan lulus, dia sudah menerima panggilan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, sedang saya juga sudah sering terima surat balasan, tapi isinya kerap berisi penolakan.
Sebulan setelah dipanggil, Hendra dinyatakan diterima di perusahaan tersebut. Inilah yg membuatnya menjadi sering bolak balik Jakarta-Bandung. Saya menjadi sering sendirian di rumah, walaupun Susi masih sering datang dan menemani saya. Saya dan Hendra walaupun mempunyai pacar yg sering berkunjung ke rumah, sangat menjaga pergaulan. Saya dan Susi kerap hanya berciuman dan berpelukan jika dirumah, demikian pula dengan Hendra dan Susan. Kami juga menjunjung sopan santun yg menjadi dasar budaya suku kami.

Suatu hari, saat saya sedang sendirian dirumah, Susan menelepon. Saya katakan bahwa Hendra belum pulang dari Jakarta. Namun, rupanya Susan justru ingin berbicara dengan saya. Mulanya saya pikir hanya akan berbicara di telepon, paling nanya soal Hendra, pikir saya. Rupanya Susan ingin berbicara langsung dengan saya dan meminta ijin untuk datang. Saya ijinkan, kebetulan Susi kuliah sampai malam dan baru besok datang ke rumah kontrakan ini.

Kira-kira pukul satu, dengan mukanya yg ceria Susan datang. Setelah mengunci pagar dan pintu kami duduk di ruang tamu (kebetulan, ruangan dirumah ini selain dua kamar tidur, hanya ruang tamu ini). Susan saat itu mengenakan pakaian yg sudah menjadi ciri khasnya, jeans ketat, kaus juga ketat dengan rompi diluarnya.

Kami berbincang-bincang dan bercanda cukup lama. Kami memang sangat nyambung jika ngobrol, jadi obrolan seakan mengalir tanpa diatur. Sampai tiba-tiba Susan menundukan kepalanya dan ketika kepalanya terangkat lagi, saya llihat butiran airmata mengambang disudut matanya.

“San, kenapa…?” aku segera bertanya sambil berjalan mendekatinya.
Dengan mata merah dan airmata yg siap meleleh, Susan berkata bahwa suasana seperti ini sudah lama ia harapkan. Saya jadi bingung akan maksudnya berkata seperti itu.

“Gue sangat mengharapkan bisa ngobrol berdua sama loe sudah sejak lama Joko,” ucap Susan sambil menyeka airmatanya.
Saya berlutut didepannya sambil bertanya lagi maksudnya apa. Ia mengulangi perkataannya dan menambahkan bahwa maksudnya adalah ngobrol berdua dengan saya.

Saya masih kebingungan dan tak bisa berbicara ketika dari mulut Susan keluar pernyataan yg mengagetkan,
“Gue sebetulnya suka sama loe, Joko”. Hah? Saya terlonjak kaget dan tetap tak mampu berkata-kata.

Kemudian Susan menambahkan bahwa dirinya sangat terpukul ketika tahu bahwa saya dan Susi resmi pacaran. Harapannya musnah, impiannya melayg, angannya terbang yg berakibat ia akhir luluh didepan Hendra. Bersedianya ia menjadi pacar Hendra rupanya terdorong rasa kecewanya gagal mendapatkan saya. Atas dasar itu juga Susan memberikan usul agar saya dan Hendra tinggal dirumah kontrakan ini, maksudnya agar ia bisa setiap hari melihat saya, sekedar melihat saya.

Semakin lama berpacaran dengan Hendra, hatinya justru semakin kuat melekat pada diri saya. Ia tahan berada di rumah ini hanya untuk melihat segala aktivitas saya seharian, walaupun itu dilakukannya dalam pelukan dan belaian Hendra. Tak dipungkirinya, Hendra sangat ia sayangi, tapi cintanya tetaplah pada saya. Ia membutuhkan orang yg mampu menjadi tempat bertanya, Hendra tdk memiliki itu. Sifat dasar kamilah yg akhirnya menjadi penentu bagi Susan.

“Joko, maukah kamu peluk Susan?” Saya terdiam sejenak, sungguh tak mampu berkata-kata.
Memeluk Susan? Bagi laki-laki lain kesempatan ini tdk akan dibiarkan hilang, tapi bagi saya, memeluk Susan dengan kehangatan cinta adalah pengkhianatan terhadap Susi dan Hendra. Akhirnya segala perdebatan di kepala saya perlahan-perlahan saya singkirkan. seksigo
Pelan-pelan tangan saya mencari pinggang Susan dan mendekatkan tubuh saya kepadanya. Sejenak saya merasakan dada saya menabrak segumpal benda kenyal di dada Susan. Tangan Susan kemudian melingkar dipundak saya dan segera menarik saya agar lebih menempel pada tubuhnya. Seketika saya merasakan himpitan kekenyalan dadanya di dada saya. Susan memeluk saya dengan kuat dan mulai mencium leher saya sambil berkata pelan dikuping saya,

”Thanks Joko, I love you,”.

Saya hanya tercenung mendengar ucapannya. Kemudian sambil tetap berpelukan ia mengatakan bahwa jika ia menjadi istri Hendra, mungkin ia tdk akan pernah merasakan keindahan seperti ini. Seumur hidup ia mencari cowoq ideal buatnya dan baru kali ini menemukannya dalam diri saya. Susan memang baru sekali pacaran yaitu dengan Hendra. Sangatlah menyesal jika apa yg menjadi impiannya harus lepas walaupun sudah berada di depan mata. Mendengar penuturannya, saya hanya berkata bahwa saya juga amat sayang dengannya, tapi kata-kata saya terhenti oleh sebab yg hingga saat ini saya tdk tahu apa, dan dengan lembut saya mencium pipinya.

Susan tertunduk dipundakku sambil tersenyum dan membalas ciuman itu pada pipi kiriku. Mungkin karena terbawa suasana, Susan dengan gerak refleksnya langsung mencium bibir saya dan menahannya lama. Ketika dilepaskannya ciuman itu, ia tertunduk malu atas kelakuannya, tapi wajahnya terlihat tersenyum.

“Maaf Joko, mudah-mudahan kamu ngga marah,” ujarnya singkat.
Saya hanya diam dan baru sadar ketika Susan menarik tubuh saya dan tubuhnya direbahkan di karpet. Saya merasakan desiran hangat di sekitar kemaluan saya dan menyadari bahwa milik saya itu sudah menegang menekan perut bagian bawah Susan.

Tanpa pikir panjang, saya mencium bibir Susan dan dibalas dengan sangat panas olehnya. Sambil terus berciuman, saya melepaskan pelukan dan mulai meraba tubuh Susan yg putih mulus itu. Tdk ada dalam pikiran saya untuk berbuat lebih. Jemarinya juga tdk tinggal diam mulai menjelajahi dan mengusap-usap punggung saya.

Lama kami bergumul dikarpet ruang tamu itu, berciuman, menciumi leher masing-masing dan menjilatinya. Kurang lebih sekitar 45 menit kami bercumbu sampai akhirnya saya berinisiatif menghentikannya. Dengan nafas tersengal-sengal, Susan memandangi saya dengan wajah sedikit kesal.

“Kenapa Joko?” tanya Susan.
“Jangan San, nanti keterusan,” jawab saya.

Saya duduk di sofa dan sesaat kemudian Susan duduk disebelah saya dengan merapatkan tubuh dan menggelendot manja. Kata-kata terimakasih mengalir dari bibir ranum yg baru saja saya kulum itu. Ia merebahkan kepalanya di dada saya dan memeluk saya erat.
Sejak itu, selama sebulan, kami mengulangi perbuatan yg sama setiap Hendra harus ke Jakarta. Jadwal kuliah Susi bisa dengan mudah diketahui Susan karena mereka sekampus dan setiap hari Susan dan Susi kebagian jadwal yg berbeda.

Sikap kami didepan Hendra juga tdk berubah. Sehari-hari kami berusaha menjaga kewajaran. Semua ini dengan tujuan agar tdk diketahui oleh masing-masing pasangan kami. Didepan saya, Susan tetap manja dengan Hendra dan saya tetap mesra didepan Susi.

Dan kami mengulang lagi apa yg sudah sering kami lakukan saat Hendra ke Jakarta. Susi sudah pulang saat Susan datang. Karena saya ingin mandi dahulu, tdk saya ketahui ketika Susan sudah bertukar pakaian. Yg saya ketahui, ia sudah mengenakan bicycle pant pendek dan kaus oblong putih saat saya selesai mandi. Darah saya mendesir ketika Susan menghampiri saya. Ia tampak sangat seksi dengan lekuk tubuh yg terbayang di kausnya.

Langsung ia memeluk saya dan kami mulai lagi bercumbu. Saat itu saya juga hanya bercelana pendek. Desiran hangat mengalir deras di sekitar kemaluan saya ketika saya menindih Susan. Tangan saya mengusap-usap punggungnya juga tangannya melakukan hal yg sama. lehernya habis saya ciumi dan saya jilati. Desahnya semakin menderu.

Entah setan apa yg lewat, saya kali memberanikan diri memasukan tangan saya ke dalam kausnya. Saya raba perutnya yg indah dan perlahan-lahan mulai naik ke arah dada. Tak saya kira sebelumnya, Susan bukannya melarang malah membimbing tangan saya menuju dadanya. Seumur hidup, baru sekali ini saya merasakan gumpalan kenyal didada ceweq, bahkan milik Susi pun saya tak berani.

Tangan saya terdiam diatas dadanya dan kemudian tangannya diletakan diatas tangan saya dan mulai meremas. Tangan saya jadi ikut meremas dadanya. Wow, saya sungguh baru sekali ini merasakan lembutnya gumpalan kenyal milik ceweq. Semakin keras saya remas, Susan semakin keras mendesah.

Tiba-tiba saya merasakan ada yg meraba kemaluan saya. Saya lihat, jemari Susan mulai meraba dan juga meremas-remas milik saya yg sudah mengeras itu. Tangannya kemudian mulai menyelusup ke dalam celana saya dan juga menyelusup kedalam celana dalam yg saya pakai. Seketika aliran darah disekitar kemaluan saya bertambah deras. Tak mau kalah, saya langsung membuka kaitan bra yg dipakai Susan dan segera kembali meremas buah dadanya (Saya gambarkan sedikit, buah dada Susan mempunyai ukuran yg besar bagi ukuran ceweq indonesia. Mungkin karena perawatan yg baik, buah dadanya masih kencang).

Semakin panas permainan kami ini sampai akhirnya kami membuka seluruh pakaian kami dan saling memberikan senyuman. Tak habis-habisnya saya memandangi tubuh telanjang Susan dengan sebentuk tubuh yg seksi dan indah. Tdk mungkin cowoq tdk terangsang jika melihat tubuh indah seperti yg dimiliki Susan.

Kali ini giliran Susan yg menciumi dan menjilati seluruh tubuh saya. Milik saya sudah mengacung tegang dan jilatan berikut ciuman Susan makin turun kebawah. Saya rasa saya sudah tdk tahan lagi. Saya langsung bangun dan merebahkan Susan diranjang. Susan malah mendekap saya ketika saya bergerak akan menindihnya. Milik saya yg sudah menegang itu menempel keras di kemaluannya yg berbulu lembut disekitarnya.

Desahnya makin terdengar ketika gesekan terjadi. Nafsu sudah menguasai kita berdua dan semakin mengkungkung kami saat ujung kemaluan saya menyentuh mulut kemaluannya. Kakinya berusaha menahan badan saya agar tdk mendorong tubuhnya lebih dalam. Rintihan kesakitan terdengar saat saya mulai kembali menekan tubuhnya. Saya sama sekali tdk ingin memasukan milik saya kedalam kemaluannya, bagaimanapun itu adalah hak suaminya kelak.

Tiba-tiba tangannya meraih milik saya dan menggesek-gesekan ujung milik saya itu dimulut kemaluannya. Badan terlonjak-lonjak, sayapun merasakan sensasi yg luar biasa. Kenikmatan yg tdk ada bandingannya. Tubuh saya bergetar menahan nafsu yg semakin memuncak. Tiba-tiba tubuh Susan menegang dan terlonjak amat keras ke kasur. Saya dengar desahnya sempat sangat keras dan perlahan mereda.
“Sayangku, aku udah ngga tahan lagi,” ujarnya setengah membisikiku.

Kebimbangan segera hinggap dikepalaku. Wajahnya memancarkan kehangatan yg berbeda dan saya menjadi tdk berakal. Pelan-pelan saya dorong tubuh saya dan milik saya perlahan-lahan masuk ke mulut kemaluannya. Wajahnya meringis menahan sakit sambil terus mendorong tubuh bagian bawah saya agar perlahan terus masuk.

Mulut kemaluannya terasa sangat sempit. Saya lepas kembali dan perlahan-lahan saya masukan lagi. Begitu berulang-ulang sampai akhirnya saya sudah tdk tahan lagi dan seketika menerobos mulut kemaluannya dengan ganas. Ia terlonjak kaget dan saya lihat airmatanya meleleh tapi wajahnya tersenyum,

“Ohh…sayangku. ..,” desahnya sambil memelukku erat.
Tubuh saya mulai bergerak naik turun dan saya merasakan desiran hangat di seluruh kemaluan saya. Terasa ada yg memijit-mijit seluruh permukaan milik saya itu. Walaupun sambil menahan sakit, Susan terlihat sangat menikmati permainan kami tersebut. Permainan yg sama-sama baru kita rasakan sekarang.

Tak sampai sepuluh menit, mungkin karena masih sama-sama baru, saya merasakan nikmatnya muncratan cairan hangat dari kemaluan saya didalam rongga kemaluan Susan. Kemaluannya seketika menjadi hangat dan dipenuhi oleh cairan kental dari kemaluan saya.
Susan memeluk saya dengan sangat erat, ia sesegukan menahan tangisnya, bibirnya bergumam menyebutkan bahwa ini adalah yg pertama baginya. Kami berpandang-pandanga n dan saya kemudian bertanya apakah ia menyesal?
Kaget saya dibuatnya ketika dengan cepat ia menggeleng dan berkata,

”Susan melakukannya dengan orang yg memang menjadi idaman Susan dari dulu, Susan tdk menyesal…, ” tuturnya diiringi senyuman di bibirnya.

Mungkin karena gemas, ia mencium bibir saya lagi dan memainkan lidahnya didalam mulut saya.
Sejak peristiwa “the first time” yg kami alami itu, kami menjadi semakin terobsesi untuk mengulang kejadian itu dan mereguk kenikmatan yg tdk pernah kami rasakan sebelumnya.

Semua tingka laku kami memang tetap biasa, tdk ada yg berubah. Saya tdk ingin hubungan saya dengan Susi berantakan karena kegiatan Susan dan saya tercium, terlebih lagi terhadap Hendra, sobat kental saya yg sudah saya anggap sebagai saudara kembar itu. Tetapi semua itu akan segera berubah menjadi nafsu terpendam ketika Hendra dan Susi tdk ada. Kami melakukan lagi dan lagi dan lagi…..seperti tdk ada lagi hari esok dengan makin panas dan bernafsu.

Saya dan Susan tetap melakukan persetubuhan kami ini sampai saat menjelang mereka menikah. Bisakah anda bayangkan? Tiga hari sebelum menikah, kami masih sempat melakukan persetubuhan itu. Ditengah waktu yg sempit kami melakukannya di dalam kamar kakak Susan yg memang kosong. Letak kamar tersebut di paviliun rumah Susan. Itu kami lakukan ditengah-tengah kesibukan orang-orang mempersiapkan rumah untuk upacara perkawinan Hendra dan Susan.

Selama sebulan setelah pernikahan mereka (Saya dan Susi menikah sebulan lebih dulu dari mereka), saya dan Susan menghentikan perbuatan biadab tersebut. Sampai suatu hari Hendra menelepon saya dan memberitahu bahwa ia akan tugas ke Eropa selama seminggu sambil menanyakan titipan apa yg saya mau. Saya menjawab sekenanya karena bayangan saya segera lari ke tubuh indah Susan yg sudah sering saya reguk tersebut. Dan benar saja, sepuluh menit setelah itu, Susan gantian menelepon saya dan mengajak saya bertemu di sebuah hotel di daerah Jakarta Selatan.

Kami akhirnya melakukan perbuatan laknat itu lagi dari siang hingga sore hari seakan kerinduan selama sebulan terobati dengan tiga kali hubungan badan yg kami lakukan.

Itulah perbuatan kami yg pertama setelah Susan dan Hendra menikah. Sebulan kemudian, saya mendengar dua kabar baik bahwa Susi dan Susan tengah hamil. Saya dan Hendra terlonjak kegirangan karena Susi dan Susan sama-sama hamil satu bulan.

Kini, Jason dan Grant (anak Hendra dan Susan, diberi nama itu karena Hendra sangat mengidolakan Grant Hill, power forward Detroit Piston) sudah berumur 1,5 tahun. Keduanya lincah dan cerdas. Hobi mereka sama. Karena saya dan Hendra memang membeli rumah yg bersebelahan, otomatis Jason dan Grant menjadi dua sahabat kecil selalu rukun.

Grant dan Jason terlihat persis seperti saya dan Hendra. Saya sering mendengar Hendra memuji Grant dengan bangga sampai saya sempat kaget ketika sambil dengan muka ceria Hendra berkata,

“Mukanya mirip banget sama elo Joko, liat aja tuh, ngga salah gue punya sobat kayak elo,” seketika saya melihat Grant dan memang benar, ciri-ciri fisiknya sama dengan saya sehingga Grant dan Jason selintas seperti adik kakak.

Kemudian dengan cepat pula mata saya memandang Susan yg tersenyum dan begitu bertemu muka dengan saya, ia mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah saya…..

Itulah kisah saya yg panjang dan njelimet, mudah-mudahan tdk bosan. Saya hanya ingin cerita ini dibaca lengkap agar pembaca bisa memahami posisi saya dengan baik. Melalui forum ini pula saya ingin meminta maaf kepada sahabat saya, Hendra atas perbuatan kami. MAAFKAN AKU, SOBAT

Hubungan intim saya dengan Susan memang tdk sesering dulu lagi, tapi bagaimanapun saya adalah yg pertama untuknya dan ia adalah yg pertama bagi saya. Sulit untuk melupakan yg pertama, sebisa mungkin kami mencoba untuk mengulanginya dan merasakan keindahannya lagi.

Jumat, 15 Juli 2016

Kris Pusaka Pemuas Nafsu

Kris Pusaka Pemuas Nafsu

Cerita Dewasa -Minggu minggu ini banyak terjadi kemalingan masuk keperumahan yang kami tempati, karena was was kalau terjadi kemalingan yang sebelum belumnya maka komplek perumahan mengadakan ronda malam atau menyewa penjaga malam, kebetulan ada 2 dua yang kosong katanya sering ditempati sebagai tempat persembunyian perampok.

Malam itu aku terkena influenza berat karena kehujanan sepanjang siang.

Cerita Panas -“Aku masih menyiapkan makanan untuk penjaga malam, mas….!!”, kata istriku yang berpostur tubuh mungil dengan tinggi 155 cm, berwajah menarik seperti bintang Film Mandarin, meskipun kulitnya agak sawo matang dengan rambut pendek, sehingga tampak lebih muda dari usianya yang menginjak 40 tahun.

Cerita Sex -Malam itu udara sangat panas sehingga dia hanya memakai daster yang lumayan tipis, sehingga memperlihatkan bentuk tubuhnya, utamanya pantat bahenol nya yang empuk itu yang bergoyang saat berjalan.

Agen Judi Bola -Walaupun perutnya tidak ramping lagi, karena sudah dua kali mengandung dan model dasternya berkancing di depan sehingga payudara biarpun tidak besar, tapi padat berisi, yang berukuran 34C agak tersembul dan kedua puting susu nya tampak menonjol dari balik dasternya karena memang dia kalau dirumah hanya memakai camisole tipis saja.

“Sudah pukul sepuluh kok belum datang, ya ..!”, dia bergumam sendiri karena mengira aku sudah tertidur.

Beberapa saat kemudian kudengar dua orang bercakap-cakap di luar dan mengetuk pintu rumah pelan. Istriku yang rebahan di sampingkupun bangkit dan entah tersadar atau tidak istriku membetulkan rambutnya dan memoles bibirnya sehingga bibirnya semakin merah.

“Lho ????”, gumannya pelan ketika tersadar dia memoles bibirnya, tapi karena penjaga malam itu terus mengetuk pintu, dia pun tak jadi membersihkan bibirnya yang merah merangsang itu.
“Malam, Bu Yenni…!”, terdengar suara seseorang dan aku mengerti kalau suara itu adalah Pak Ano dan istriku sudah dikenal oleh dua orang petugas jaga tersebut karena sering istriku pulang malam seusai mengajar di kampusnya.
“Masuk dulu Pak Ano..!”, terdengar istriku mempersilahkan penjaga malam itu masuk, sementara kudengar bunyi halilintar yang cukup keras dan hujan tiba-tiba turun dengan derasnya.
“Wah hujan ? saya sama Pak Joko, Bu Yenni..!” katanya.

“Nggak apa-apa,… masuk saja … lagian hujan deras, pak….!” kata istriku.

“Selamat malam, Bu Yenni..!” kudengar Pak Joko memberi salam pada istriku.

“Sebentar tak buatkan kopi ..!” kata istriku, kemudian kudengar istriku berjalan menuju dapur di belakang rumah.

“Di, lihat kamu ngga?!” terdengar suara bisikan Pak Ano,

“Kamu kacau, No?!” balasan suara bisikan Pak Joko.

“Kamu lihat, enggak..?” suara Pak Ano lagi,

“Iya, No muncul…., kayak penghapus ?” kata Pak Joko,

Rupanya mereka berbisik-bisik mengenai puting susu istriku yang menonjol di balik dasternya, karena malam itu istriku hanya mengenakan camisole di balik dasternya.

“Pantatnya bahenol, lagi….,” lanjut bisikan Pak Ano,

“Hus istri orang itu, No..!” kata Pak Joko,

“Eeh, ini malam Jum’at, kan..? Pas kuat-kuatnya ilmuku hi hi?!!!” kudengar Pak Ano tertawa ditahan pelan,

“Dicoba aja.., yok…, siapa tahu Bu Yenni mau…!” kata Pak Ano.

Kuingat Pak Joko orangnya hitam agak tinggi dengan badan kekar dan Pak Ano orangnya tambun pendek, keduanya berumur 50 tahunan lebih, aku bergidik juga mendengar perkataan mereka mengenai istriku tadi.

Mereka penduduk asli daerah itu, terkenal sangat doyan dengan perempuan, bahkan mereka pernah bercerita saat aku jaga malam, kalau pernah membuat pedagang jamu yang bertubuh bahenol, yang sering keliling dua minggu sekali di daerah tempat tinggalku.

Pernah dibuat hampir tak dapat berjalan karena digilir mereka berdua, dimana saat itu pedagang jamu itu masih perawan dan sampai saat bercerita malam itu, pedagang jamu itu masih sering meminta kepada mereka berdua untuk menggilirnya.

Biarpun sekarang sudah bersuami, katanya tak pernah puas dengan suaminya yang masih muda, bahkan pedagang jamu itu pernah meminta mereka berdua datang ke rumahnya.
“Kalau sudah kena punya kami, pak, …. Waahhh…perempuan pasti malas dengan suaminya dan?..suaminya tak berkutik kalau kami ada, dan membiarkan kami tidur bersama istrinya dalam satu kamar bersama suaminya”, kata Pak Ano terkekeh kekeh malam itu.

Kemudian kudengar suara bisikan mereka lagi….. “Kamu jangan ngaco, NO

Sudah nanti kelewatan?!” kata Pak Joko

“Keris pusakaku.. ku bawa.. Jok…. Ini ..he he he ?!” kata Pak Ano,

“kamu jangan, gitu No…, orangnya lagian baik…, kasihan suaminya nanti, pinginnya sama kamu aja nanti .. !!” suara Pak Joko lagi.

Karena perasaanku nggak enak akhirnya kuputuskan untuk keluar dan mereka berdua terlihat kaget melihatku, tapi Pak Ano yang membawa keris langsung mencabut kerisnya dan langsung mengarahkan kerisnya padaku dan tiba-tiba gelap menyelimutiku.

Kemudian aku terjaga dan kudapati diriku di tempat tidur kembali, kutoleh pintu kamarku dan kusen kamar dan lantai pintu kulihat seperti membara.

“Eeeecch ?….eeeeccchhh. …eeeeecccchhhh …..!!!! ”

Kudengar desis istriku dan akupun turun, tubuhku terasa lemas sehingga aku merangkak mendekati pintu kamar dan…… seperti terkena listrik beribu ribu volt saat tanganku memegang kunci kamarku hingga aku tersengkur makin lemas seperti karung bersimpuh di depan pintu kamar yang sedikit terbuka itu.

Aku tak percaya melihat di ruang tamu dari pintu kamar yang terbuka sedikit itu, kulihat istriku berdiri di depan Pak Ano yang membawa selongsong keris sebesar batang kemaluan orang dewasa lebih besar dari lampu TL 40 watt yang ujungnya di arahkan kepada istriku yang berdiri.

Sedangkan tangan yang satunya seolah memelintir di ujung lainnya yang berbentuk huruf U memanjang itu. Kedua tangan Pak Ano kini memegang pangkal keris yang melengkung itu dan kedua jarinya memelintir ujung nya dan kulihat istriku yang berdiri, tubuhnya bergetas dan kembali mendesis

“Heeeggghhh ?..oooooohhhhhhh. ……ooooooohhh hhhhh…. ..!!!!!” Pak Ano bukan lagi seperti memelintir tapi menarik narik kedua ujung keris berbentuk U itu dan terlihat istriku membusungkan dadanya seperti kedua puting susu nya tertarik ke depan.

“Mmm heeeggggh ?..aaaaaaa… .aaaaduuuuuhhhhh h……!! !!!” istriku mendesis panjang dan Pak Ano langsung mengulum salah satu ujung U itu dan …. “Paaak ?.paaakkkk… .jaa…jaaangaaa annnnn ?.paaakkkkk.. ….!!!!! ” suara desis istriku memelas dan tangan kanan istriku secara refleks memegang payudara kanannya, istriku mendesis-desis kembali….. “Ummmppff?. Paakkkk….. jaaa….jaaaaang aaaannnn ? paaaakkkk ?..!!!!” istriku mendesis.

Tangan kanan Pak Ano memelintir ujung satunya dan istriku pun memegang kedua payudaranya kembali yang masih terbungkus daster dan camisole nya itu.

“EEecccchhhhhhhgggg hhhhh ??!!!!!!!” istriku mendesah lagi saat Pak Ano memutar selongsong kerisnya sehingga pangkal keris berbentuk U itu berdiri.

Sementara jari-jari tangan kanannya mengelus-elus pinggiran lubang keris itu dan kulihat pantat bahenol istriku pun bergetar dengan hebat. Pak Ano semakin cepat mengelus dan bahkan menggosok lubang keris itu dan istriku pun mengerang-erang

“Paaakk ? paaakkk….suuu. ..suuuuddaaaaahh ? paaakkk ?jangaaan diteruuuuskaaaaan ?.eeeecchghghghghghg h ??.!!!!!”, sementara pantatnya pun bergetar hebat dan kedua tangan istriku memegang pantat bahenol nya yang bergetar hebat saat Pak Ano menjilati lubang keris itu dan pantat bahenol istriku meliuk liuk tak karuan.

Kedua tangannya meramas pantat bahenol nya sendiri yang mulai maju mundur saat Pak Ano menyedot nyedot lubang keris itu dan bahkan lidah Pak Ano menjilati lubang itu dan…..

“Mmmppfffhhh hghghghgghghg ?.” istriku semakin keras mendesis desis, selangkangan nya terangkat angkat dan mendekati ujung selongsong keris ysng tengah disedot sedot dan dijilati lubangnya oleh Pak Ano.

`Paaaak ? sudddaaaah ngngngngngngng hhhheeeghghghghgh??!!!” istriku mendesis kedua matanya tertutup dan selangkangan nya tertarik ke depan hingga selangkangan nya kini mengesek ngesek sarung keris itu.

“Suudddaaaaah paaaak jangaaaaan sudaaah eeeeechghghghg ?.!!!!” istriku terus mendesis desis. Kemudian Pak Ano menghentikan aksinya.

“Diii… , elus lubang kerisku ?!!!” kata Pak Ano kepada Pak Joko yang dari tadi bengong, sementara di pangkal selangkangan nya sudah menggelembung menunjukkan batang kemaluan nya sudah berdiri tegang.

Pak Joko langsung mengelus lubang keris Pak Ano dan kembali…. “Eeeeee….. eeeeee… .eeeeehhhhh. ….eeeecccchhhg hghghg?..! !!!!” istriku mendesis.

“Enak Bu Yenni….?” tanya Pak Ano yang berdiri dihadapannya dan selangkangan istriku masih menempel di sarung keris itu.

Istriku ngga menjawab, diam saja……

“Ooooo.. kurang enak rupanya?!!!” kata Pak Ano kemudian…. .. “Jaaa….jaaaangaaa nnnn….. , paaakkkk…. ..!!!!” rintih istriku memelas,

“Singkap dastermu, Buuuu……! !!!” perintahnya.

“Paaak …..oooohhhhhh. …jaaa.. ..jaaangaaannn ….paakkkk. …..!!!! ” istriku menghiba. “Ayooo .. nggak usah malu Buuu…. atau biar dia yang mencari jalannya sendiri?!” kata Pak Ano.

Seperti diperintah sarung keris itupun menempel di selangkangan istriku saat Pak Ano melepasnya dan….

“Paak ….jaaa…jaaangaa nnnn…paaaakkkk ?.!!!!” desis istriku saat sarung itu mulai menggosok selangkangannya kembali, sehingga pantatnya pun bergetar kembali.

“Dii ?malam ini kita nonton dulu ? biar Mbah Gandul yang nyebokin Bu Yenni, malam ini punya dia?lihat Dii ? Bu Yenni menaikkan dasternya ? rupanya dia sudah kebelet….” Kulihat istriku mendesis-desis dan mengelinjang, sementara kedua tangannya memegang pantat nya sendiri dan menarik ke atas dasternya pelan-pelan, sehingga mulai tersingkap paha mulusnya.

Semakin lama pantatnya semakin bergetar cepat dan selangkangannya maju mundur oleh gosokan sarung keris yang di sebut Pak Ano, Mbah Gandul itu.

Begitu dasternya tersingkap sampai pangkal pahanya, Mbah Gandul langsung menyusup ke selangkangan istriku dan ….. “Mmmmmmpppfff ..eeecchhhh ?..bessaaaar ??oooooohhhhhh. ….!!!” desis panjang istriku.

“Sudah, Di , kita keluar biar Bu Yenni malam ini milik Mbah Gandul?!!!” kata Pa Ano.

“Bu Yenni, titip Mbah Gandul yaa, selamat menikmati, besok baru kami,… Oh… ya…., besok kan ibu pulang malam?.nggak usah pake BH dan celana dalam ya kalau pulang, nanti dibungkus dan serahkan ke saya di pos kalau pulang? biar lebih enak ?he he he….!!! ” kata Pak Ano sambil meremas payudara istriku yang berdiri tak berkutik dengan kedua kakinya yang terkangkang. Merekapun keluar meninggalkan istriku yang terbengong.

“Mmmpppff ….oooohhhhh. …beee.. ..besaaar ?aaamaaatttt. …!!!!” rintihnya saat kedua orang itu telah pergi. Istriku pun berusaha duduk di kursi panjang dan rupanya dia berusaha menarik sarung keris itu keluar tapi…..

“Mbaaaah uummppfff oooooohhh… aaammmmpuuunnn. ..mmmbaaaahhh. …. ?..!!!” istriku mendesis keras.

“ooocch masuukkk ke daalaaam eeeccchh gilaaa uummpppfff heeecchhh gilaaa ?uuuccch geliiii aaaccch koook giniiii rasanyaaaaa uumppppccchh ennnnaaaaakkkkckccc hhhh??!!!” dan kulihat istriku mencengkeram erat sandaran kursi dan pantat nya bergetar keras maju mundur di tempat duduknya dan goyangan pantatnya semakin kencang, sementara keringatnya memebanjir dan nafasnya terengah engah

“Eccchhhghghghg mbaaaaah Gaaanduuull ?. akuuuu keluaaaaar ?.!!!” istriku mengerang saat mencapai orgasme malam itu.

Tubuhnya tersungkur miring di kursi panjang dan beberapa saat kemudian kaki nya terkangkang lebar dan tubuhnya bertumpu di kedua tangannya melihat selangkangan nya yang digarap Mbah Gandul kembali itu. Kembali pantatnya bergoyang sementara mulutnya mendesis-desis kenikmatan dan nafasnya memburu keras dan….
“Mbaaah…mmmbbaahh hhh…… ..aaaa… aaaakkuuuuu. .keee…keeeelua aaar lagiiiii ?.!!!!” dia mengerang saat mencapai orgasme keduanya dan pantat nya tersentak-sentak. Kemudian dia duduk kembali dan berusaha berdiri dan berjalan menuju kamar, akupun cepat-cepat rebahan di tempat tidur….

“Mas…maaasss. … bangun,….mass. …!!!!” panggil istriku

“Kamu kelihatanya kok kumal dik, tadi… ku dengar ribut-ribut diluar…..! !!”

“Maas ?!!!!!” kata istriku tersipu-sipu, sambil memelukku..

Selang seminggu kemudian, kembali Pak Ano dan Pak Joko mendapat giliran tugas jaga Dan seperti kebiasaan yang lalu-lalu, mereka pasti akan mampir kerumahku dengan alasan untuk minum kopi.

Sudah sejak jam 7 malam aku masuk kekamar, dengan pura-pura badan merasa ngga enak. Begitulah kira-kira jam 9 malam, terdengar ketukan pada pintu depan dan terdengar istriku yang masih nonton TV diruang tamu membuka pintu depan dan terdengar suara Pa Joko dan Pak Ano…

“Selamat bu Yenni…. apa bapak masih bangun…?”

“Ohh…bapak ngga enak badan dan sudah masuk tidur sejak jam 7 tadi…!!!” terdengar sahutan istriku…..

“Oooo…maaf mengganggu, tapi saya hanya mampir sebentar untuk mengambil kopi saja…!!” “Kalau begitu silakan duduk dulu, saya akan menyediakan kopi didapur…!” sahut istriku lagi, sambil berjalan masuk kedalam.

Sesaat kemudian kudengar suara langkah kaki menyusul istriku kedapur dan…

“Bu Yenni, nggak bilang suami ibu kan mengenai kejadian yang lalu…. ?..!!!” terdengar suara Pak Joko. Tak terdengar suara jawaban dari istriku.

Tak selang kemudian terdengar suara ribut-ribut tertahan dari arah dapur dan…….

“Ooooohhhh.. ..jangan. …Jangaan paak ?!!!!!” terdengar suara menghiba

“Kenapa, Bu Yenni…? diam saja bu….ntar juga pasti enak kok….!!!” suara Pa Joko kembali.

“Jangan pak, ampuun paaak ?.!!!” istriku semakin menghiba, kayaknya Pak Joko semakin mendesaknya, kemudian dengan mengendap-edapa aku turun dari tempat tidur dan mengintip dari celah-celah pintu kamar…. dan….terlihat dengan cepat Pak Joko melompat dan berdiri diantara kedua kaki istriku yang terkangkang lebar, saat istriku akan mengatupkan kedua kakinya.

“Tutup selambunya, No…!!!” kata nya ke Pak Ano, dan Pak Ano langsung menutup selambu dan pintu rumah. “Ayo?emut kontolku Bu Yenni..” kata Pak Joko tiba-tiba sambil mengeluarkan penisnya yang agak kecil lemas tapi panjang berbintil- bintil seperti buah pace mendekati mulut istriku.

“Jaaa….jaaangaann nn paaak?.aaampun paaak ??!!!!” istriku terisak sambil memegang pergelangan tangan Pak Joko yang menyambak rambutnya dan pantat Pak Joko maju dan batang kemaluannya yang panjang berbintil-bintil semakin dekat dengan mulut istriku.

“Lepas rambut saya paaak…!!!” isak istriku dan Pak Joko melepas jambakannya dan istriku membuka mulutnya yang sudah dekat dengan penis Pak Joko dan istriku mengulum penis berbintil Pak Joko.

“Sedot Bu Yenni ?.wwwuhhh Ano Bu Yenni pinter nyedot kontolku ?!!!” kata Pak Joko ke Pak Ano yang juga mendekati istriku dan “Sudaaah nanti biar Bu Yenni sendiri…!! !” katanya, aku tak mengerti maksud kata-kata Pak Ano.

Kemudian Pak Joko mencabut penis berbintilnya dari mulut istriku dan mendorong istriku untuk duduk dibangku panjang yang ada di dapur, sementara dia duduk di kiri istriku, sedang Pak Ano dikanan istriku.

“Bu Yenni? gosok punyakmu sendiri ?!!” kata Pak Ano sambil memegang tangan kanan istriku ke selangkangan nya sendiri.

“Ayooo ?.!!!” kata Pak Ano lirih dan mulailah istriku masturbasi menggosok dan mengocok bibir vaginanya sendiri sampai akhirnya bunyi kecepak terdengar dari selangkangannya. ..

“Itilmu Bu Yenni…!!!” kata Pak Ano dan istriku mengerang sendiri saat memepermainkan kelentiitnya.

“Paaak ?!!!!’ istriku mendesis

“Kenapa, Bu Yenni…?” tanya Pak Joko “Paaaak ?.!’ istriku hanya mendesis

“Ano Bu Yenni mulai naik niih…. ,!!!” kata Pak Joko dan Pak Ano pun berdiri dan menuju pintu dan membukanya dan masuk kembali memegang tali dan betapa terkejutnya aku saat Pak Ano menarik Tarzan.

Kontol herdernya yang setia, yang selalu menemani mereka jaga. Istrikupun terkejut sepertiku dan Pak Ano mengunci pintu kembali dan Pak Joko memegang istriku yang akan lari.

“Diaam ?” bentak Pak Joko “Jangaan paaak ?..” istriku akan mengatupkan kakinya tapi Pak Ano sudah berdiri di depan istriku dan menahan kaki istriku dan Tarzan.

Langsung menyusup di antara kaki Pak Ano yang menahan kaki istriku dan “Aaaaaauuuuwwwwwww. ……Paaaak ?..!!!!” suara istriku mengerang saat selangkangan nya yang gundul dijilati Tarzan.

Rupanya si Tarzan sudah terlatih merangsang wanita karena istriku memegang pinggang Pak Ano yang berdiri di depan istriku menahan agar kaki istriku tetap terkangkang lebar

“Eeeccch eeh eeeeeecchchh ?..wwwuuucccggghhh paaaaak aaaahhcchhchchc ?”

istriku mengerang ddan mendesis keras karena jilatan Tarzan di selangkangan nya.

“Gimana Ibu Yenni? Enak Ibu Yenni?” kata Pak Ano terkekeh kekeh

“Paaak ampuuunn adduuuuuuccch aaduuucchh mmmppfsss paaaakkkkzzzzz ? eeh eeh eeeh eh eh?.paakk akuuu wwwwwwuucccch ngngngngngng? ..’ istriku mengerang keras dan memegang erat pinggang Pak Ano sedangkan pantat bahenol terangakt angkat saat orgasme ketiganya malam itu meledak dan Tarzan dengan ganasnya terus merangsang kelentit.

Bibir vagina istriku dan hanya terpaut beberapa menit istriku mengerang kembali saat mencapai orgasmenya yang ke empat dan tubuh istriku pun terjatuh di kursi nafasnya mendengus dengus keringatnya mengalir deras tetapi Tarzan

Kontol herder itu terus merangsang istriku dengan jilatan jilatan mautnya di bibir vagina istriku dan kelentit istriku dan istriku pun mengejang dan mengerang kembali saat oergasmenya ke lima meledak.

Tubuh istriku benar benar lunglai dan Pak Ano membalikkan tubuh istriku yang terkapar di kursi panjang dan menarik kedua kaki istriku yang tertelungkup di lantai dan bertumpu di kedua lututnya sehingga istriku menungging dan Tarzan rupanya sudah siap dan batang kemaluannnya yang merah sudah membesar dan menegang langsung melompat di punggung istriku dan Pak Joko mengarahkan batang kemaluan Tarzan ke liang vagina istriku

“MMmmppppfffh paaak jangaaaaan akuuu mnmmmn nn nggaaak mauuu mmmmppfffff .

uuuucccch ucccchhh ?!!!!!” istriku mengerang saat batang kemaluan Tarzan menerobos masuk ke liang vagina istriku dan kulihat begitu cepatnya Tarzan mengenjotkan pantatnya sehingga istriku tak lagi dapat mengerang hanya mendesis

“wwwhhh wwwwhhhhhw wwhwhhhwhw ?..!!!!” dan bunyi kecepak-kecepak di selangkangan istriku semakin keras “”wwwwhhhhcchh wwwccchhhh ngngngngng ?.!!!” istriku mengejan saat orgasme dan terus entah sampai orgasme yang keberapa hingga tampaknya istriku hampir pingsan.

Saya sekarang sendirian di ruang elektronik, lampu sudah saya hidupkan kembali, sambil merokok dan menunggu Yenni kembali ke ruang ini, saya termangu-mangu. “Aduh, sekarang dia panggil saya Mas, padahal saya bossnya, belum lagi kalau dia hamil”.

Kamis, 14 Juli 2016

Kegalakan dan Keganasan Ibu Kost Dewi

 Kegalakan dan Keganasan Ibu Kost Dewi

Cerita Dewasa,Cerita Panas,Cerita Sex,Agen Judi Bola,Terpercaya,Terupdate
Cerita Dewasa -Di hari dengan angin yang kencang ini aku akan menceritakan pengalaman sex dengan ibu kostku yang galak tapi menggairahkan. Namanya Ibu Dewi, dia sudah berumur 42 tahun dan dia juga galak kalau aku telat membayar kost. Tetapi tampak marah pada wajahnya itu bisa membuat dirinya yang cantik tampak lebih menggairahkan.

Cerita Panas -“Tok tok tok” sura pintu kamar kosku yang diketuk dari luar. Pagi itu aku masih tertidur ketika ada yang mengetuk. Aku mencoba bangkit dari tidurku untuk membukakan pintu kamarku yang sedari tadi diketok terus menerus. Baru aku membuka pimtu kamar kosku aku sudah terdengar ocehan dari tante Dewi menagih uang kos padaku, “He bayu udah tanggal berapa ini? Km kok belum bayar uang kos” ocehan tante Dewi menagih uang kos padaku. “Maaf tante, bayu belum dapat kiriman dari mama” ujarku memberi penjelasan pada tante Dewi. “Telat lagi! Telat lagi! Sudah berapa kali km telat membayar uang kos” cerocos tante Dewi selanjutnya.

Cerita Sex -Aku hanya terdiam mendengarkan mulut tante Dewi yang sedari tadi nyerocos tanpa ada spasinya. Seperti ditusuk ribuan pedang tubuhku kali ini mendengar ocehan tante Dewi yang tiada henti. Mulut wanita 42 tahun ini memang terkenal tajam seperti pisau dikalangan anak2 yang kos dirumah tante Dewi. Sebenarnya tante Dewi adalah sosok wanita yang termasuk cantik dengan kulit sawo matang tinggi badan kira2 163cm dan berat 67kg. Suami tante Dewi adalah purnawirawan TNI namanya pak jono yang usianya sudah berkisar 75 tahun. Memang jauh sekali usia tante Dewi dengan pak jono.

Agen Judi Bola -Setelah kenyang dengan sarapan omelan yang diberikan tante Dewi padaku aku langsung bergegas mandi dan berangkat ke kampus. Oh iya aku lupa mengenalkan diriku, namaku bayu usiaku baru 22tahun tinggiku 172cm berat badanku kira2 68kg. Aku adalah salah satu mahasiswa disebuah universitas negri di surabaya. Aku berangkat ke kampus dengan menggunakan motor butut pemberian orang tuaku. Sesampai dikampus aku langsung nyelonong aja kekantin karena males mengikuti kelas pada waktu itu karena masih teringat ocehan dari tante Dewi. Sampai dikantin aku hanya duduk bengong tidak memesan apa2. Tiba2 ada suara yang membuyarkan lamunanku.

“Eh curut ngelamun aja km dari tadi” suara itu terdengar cukup keras membuyarkan lamunanku.
“Ada apa sih ndah? Demen banget bikin orang kaget” jawabku kepada indah salah satu sahabatku dikampus.
“km sih ngelamun aja bay dari tadi” indah mencoba mengajaku ngobrol.
“Ngelamun itu enak tau” jawabku sedikit sewot.
“Emang lagi ngelamun apaan sih km bay?” Tanya indah mencoba mengintrogasiku.
“Mau tau aja sih km ndah” aku menjawab pertanyaan indah sambil pergi beranjak dari kantin.
“Loh malah pergi dasar curut!” Celoteh indah yang tampak kesal karena aku tak menjawab pertanyaannya.
Setelah pergi dari kampus aku memutuskan untuk pulang lagi ke kosan, walaupun sebenarnya males juga pulang karena bakal bertemu si moster cewek itu yang selalu menyerangku dengan lidah tajamnya. Tapi rasa kantuk memaksaku untuk segera pulang jd kupacu aja motor bututku ke kosku. Ternyata benar belum sampai aku memarkir motorku si moster itu udah memberiku hidangan dengan ocehannya lagi.

“Bayu sini!” Ujar tante Dewi menyuruhku untuk mendatanginya.
“Ada apa tan? Aku belum sempat mampir ke atm tadi” jawabku sedikit takut.
“Lagu lama itu bay, emang tante Dewi ini orang bodoh? Yang bisa km tipu begitu aja” oceh tante Dewi mulai menyerangku.
“Bayu gk bohong kok tan” jawabku singkat.
“Halah udah tante udah bosen denger alasanmu yang selalu sam tiap bulan” celetus tante Dewi yang tidak menerima alasanku.

“Tante gak mau tau pokoknya nanti jam 8 malam km sudah harus membayar uang kos! Kalau tidak km harus angkat kaki dari sini!” Lanjut tante Dewi sembari meninggalkanku.
Waduh uang dari mana kalau deadlinenya jam 8 malam padahal uang aku sudah mehubungi orang tuaku katanya mereka belum bisa mengirim uang dalam jangka waktu deket ini. Aku semakin pusing memikirkan bagaimana cara untuk membayar uang kos. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur daripada malah pusing memikirkan gimana caranya membayar kos. Lama aku tidur tak terasa sudah pukul 8 malam terdengar pintu kamar kosku digedor lagi dan seperti biasanya belum sempat kubuka tante Dewi sudah nyerocos gak karu2an.

“Bayu jangan sembunyi km cepet keluar” kata tante Dewi dibalik pintu.
“Iya tan sebentar” jawabku sambil membuka pintu kamarku.
“Mana uangnya sekarang udah jam 8″ ucap tante Dewi ketika pintu baru saja kubuka.
“Maaf tan bayu ketiduran tadi untung tante Dewi bangunin barusan kalau tidak mungkin bayu udah keblabasan hehe” jawabku mengelak dengan senyum kecut.
“Jangan nyelimur km bay mana uangnya” kata tante Dewi.
“Iya2 tan ini bayu mau ke atm ngambil uang” jawabku dengan nada kesal.
“Cepetan iya awas kalau km bohong lagi” ucapnya dengan nada keras.

Setelah cuci muka aku langsung pergi dari rumah kos yang menyeramkan itu. Seperti biasa aku mengendarai motor bututku, aku berhenti disebuah kedai kopi. Kulihat dompetku hanya tersisa selembar uang 20 ribuan. Sial umpatku dalam hati. Aku langsung masuk ke kedai kopi itu dan memesan sebuah kopi hitam dan sebatang rokok eceran. Tak butuh waktu lama menunggu kopi sudah diantar dimejaku. Sekali lagi aku mencoba menghubungi orang tuaku tapi tetap saja jawaban orang tuaku kalau mereka belum bisa mengirim uang malam ini. Pikiranku semakin kacau karena jawaban dari orang tuaku. “Waduh gmn kalau aku sampai diusir dari kos tante Dewi? Aku harus tidur dmn?” Aku terus memikirkan hal itu. Akhirnya setelah hampir 1 jam aku tidak menemukan jawaban sama sekali akhirnya kuputuskan untuk menghadapi omelan tante Dewi dan menerima apabila benar2 diusir dari situ. Kubayar kopiku lalu kutancap gas motorku untuk segera menemui tante Dewi. Aku memarkir motorku dan langsung naik kelantai 2 memang kamarku berada dilantai dua. Belum selesai aku melangkah menaiki tangga ternyata tante Dewi sudah menungguku pas didepan tangga.

“Sial” umpatku dalam hati.
“Bayu akhirnya km datang juga iya? Mana uang kosnya” tante Dewi langsung to the point.
“Maaf tante ………” Jawabku.
“Maaf2 katamu, jangan bilang kalau km belum dapat kiriman lagi” ucap tante Dewi memotong ucapanku.
“Iya tan” jawabku dengan kepala menunduk takut.
“Sudah kuduga itu. Sekarang km kemasin barang2mu dari kosan ini!” Ucap tante Dewi dengan nada yang sangat keras.
Seperti disambar petir kata2 tante Dewi membuat tubuhku lemas. Kulangkahkan kaki menuju kamarku walaupun sebenarnya berat untuk kulangkahkan kakiku. Segera kukemasi barang2ku dan moster itu masih menungguku didepan pintu. Belum selesai aku mengemasi brang2ku dia udah menyerocos lagi. “Lama amat sih beresin barangnya?” Ucap si moster itu. Aku hanya diam tidak menjawab kata2 tante Dewi. Rupanya tante Dewi tidak sabar menungguku membereskan barang2ku dia pun bergegas masuk dan membantuku membereskan barang2ku.
“Sialan wanita ini” aku berbicara dalam hati.
“Tampaknya perlu juga dikasih pelajaran wanita tua ini” sambungku sambil melihat lekuk tubuh tante Dewi.

Aku bangkit dari tempatku dan langsung menutup pintu kamarku. Tante Dewi hanya melihat hal yang kuperbuat. Setelah menutup pintu aku langsung berjalan menuju tante Dewi. Habis itu langsung kupeluk tubuh tante Dewi dan kuciumi lehernya.
“Rasakan pembalasanku ini tan” ucapku kepada tante Dewi.
“Eeehhhh…… Eeeehhhhhh….” Tante Dewi hanya mendesah tak membalas ucapanku.
Kini kuarahkan tangganku meremas2 payudarah besar milik tante Dewi dengan kasar. Terdengar tante Dewi suara mendesah tante Dewi semakin keras. Aku tidak menghiraukan desahan tante Dewi dan terus meremas2 payudaranya yang berukuran 40b itu. Memang besar payudara tante Dewi. Aku terus meremas payudara tante Dewi tanpa ampun.

“Terus bay terus puaskan tante malam ini” racau tante Dewi.
“APA???? Tante Dewi malah menikmati remasanku ini” gumanku dalam hati yang kaget mendengar kata2 tante Dewi.

Setelah puas meremas2 payudara tante Dewi aku mencoba meloloskan kaus yg dipakai tante Dewi waktu itu, tente Dewi diam saja dan terus menuruti kemauanku. Setelah berhasil meloloskan kaus dari tubuhnya kini giliran celana pendek selutut itu yang kupelorotkan kebawah. Kini tubuh tante Dewi hanya terbungkus bh dan cd yang berwarna hitam. Seperti orang kesetanan melihat tubuh tante Dewi hanya terbungkus bh dan cd saja aku langsung memeluk tubuhnya kusergap mulut tante Dewi dengan ganas tante Dewi pun membalas ciumanku malah lebih ganas dari aku dan tangganku pun tak mau kalah dengan meremas2 payudara tante Dewi yang masih terbungkus bh. Kira2 10 menit aku dan tante Dewi berciuman akhirnya tante Dewi membuka obrolan.

“Bayu km duduk gih sekarang giliran tante Dewi yang akan melayani km” ucapnya kepadaku. Aku sudah tidak tahu, setan mana yang bisa membuat kami berdua berbuat kenikmatan seperti yang terjadi ini. Sungguh nikmat luar biasa ternyata melayani dan dilayani oleh tante setengah baya. Karena kepuasan yang kami alami inilah aku berusaha membagikan cerita sex paling hot kami berdua.
Aku hanya menganguk tak berbicara apapun. Aku langsung duduk ditempat tidurku lalu dengan telaten tante Dewi membuka celana jeansku dan memelorotkannya kebawah. Segera tante Dewi meremas2 penisku dibalik celana dalamku. Aku pun juga tak mau kalah kuremas2 juga payudarah tante Dewi. Setelah puas meremas2 penisku dibalik celana dalam kini tante Dewi membuka celana dalamku dan “ttuuiiiingg” keluarlah si otong dari sarangnya. Tante Dewi tampak terperangah melihat batang penisku yang cukup besar.

“Gede banget bay senjatamu?” Tanya tante Dewi padaku.
“Masak gede tan?” Tanyaku balik padanya.
“Iya ini udah termasuk big zise bay” ucap tante Dewi memperjelas.
“Ah biasa aja tan, emang punya paka jono gk segini?” Tanyaku kepada tante Dewi.
“Enggak bay, punya pak jono kecil gk bisa berdiri lagi” ujar tante Dewi.
Haaaahhhhh ternyata pak jono impoten pantas tante Dewi sering marah2 gk jelas mungkin karena dia tidak pernha mendapatkan kebutuhan biologisnya.
“Eh tan janggan dilihat aja tuh si otong kasihan” ucapku pada tante Dewi.
“Oh iya maaf2 bay” jawab tante Dewi agak sedikit kaget.

Lalu mulailah tante Dewi menjilat2 penisku dari ujung penisku hingga buah zakarnya tidak lepas dari sapuan lidah tante Dewi. Nikamat sekali rasanya, tampaknya wanita ini pintar sekali dalam melayani laki2. Setelah asik dengan jilatan2nya kini tante Dewi mulai mengulum penisku awalnya anya kepalanya saja yang dikulum dan disetai olkeh sedotan2 pelan. Enak sekali rasanya aku belum pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Tante Dewi memang sangat handal dalam melayani laki2. Setelah lama menyedot2 kepala penisku akhirnya tante Dewi mencoba memasukan seluruh penisku kemulut mungilnya. Ohhh enak sekali rasanya ketika mulut mungil itu berhasil menelan semua kepala penisku. Tidak hanya mengulum seperti td tante Dewi juga menyedot2 penisku hingga terasa linu sekali hingga aku tidak kuat lagi menahan lahar putih kentalku akhirnya keluar dan memenuhi mulut tante Dewi hingga mbleber dibibirnya. Tante Dewi tampaknya sangat menikmati spermaku tampak dari wajahnya yang merem melek merasakan pejuku yang berada didalam mulutnya.

Setelah itu tante Dewi langsung mencopot bh dan cdnya kemudian dia langsung berbaring dikasurku.
“Ayo bay sekarang giliranmu untuka mainin vagina tante” ucapnya menyurhku untuk memainkan vaginanya.

“Oke tan siap” jawabku sembari mendekatkan mulutku pada vaginanya.
Kuciumi vagina tante Dewi bau menyengat yang sangat khas itu tercium dihidungku menambah nafsuku untuk mengobok2 vaginanya. Kusedoti vagina tante Dewi hinga dia menjerit kecil tak lupa kusedot juga keletit tante Dewi. Setelah puas menyedot kini kujilati memek dan keletitnya hinga tante reni meracau tak karuan karena merasakan nikmat yang tak terhingga. Setelah lama menjilat kini kucoba untuk meneroboskan lidahku keliang segamanya. Terus dorong lidahkukedalam menerobos liang segamanya dan mengaduk2 kedalam vaginanya. Tante Dewi menggerang kenikmatan matanya hanya merem melek tak bisa menahan geli. Aku terus mengobok2 vaginanya denga lidahku sampai pada akhirnya “sseeeerrrrr” keluarlah cairan putih bening keluar dari dalam vaginanya terasa hangat sekali dilidahku dan tak terasa cairan itu membasahi mulutku. Tante Dewi menggejang kenikmatan merasakan orgasmenya yang pertama.

“Ayo bay sekarang masukin penismu kledalam vagina tante, tante udah gak tahan” ucap tante Dewi.
Aku hanya mengangguk dan menuruti perintah tante Dewi. Kukangkangkan paha tante Dewi dan kearahkan penisku ke vagina tante Dewi. Tapi aku tidak tergesa2 memasukan penisku kedalam vaginanya tapi aku cuman menggosok2an penisku pada vaginanya.

“Aaahhhhh eeeehhhhh aaayyyoooo dong bay udah gak tahan nih. Jangan siksa tante lebih lama lagi dong” ujar tante Dewi yang sudah gk tahan pengen disetubuhi.
“Iya tante Dewi sayang” jawabku sambil tersenyum.

Aku segera memasukan penisku ke vagina tante Dewi walaupun vaginanya sudah sangat basah tapi tetap saja sulit sekali aku menerobos vaginanya. Lubang tante Dewi sangat sempit sekali mungkin karena pak jono sudah tak pernah memasukan penisnya ke vagina tante Dewi. Dengan susah payah aku akhirnya memasukan penisku kedalam vaginanya. Terasa hangat sekali kala kepala penisku berhasil meyeruak masuk kedalam vagina tante Dewi. Aku mulai menggerakan pinggulku maju nundur berulang2 kali hingga akhirnya dengan satu sentakan aku berhasil memasukan seluruh batangku masuk kedalam vagina tante Dewi. Mata tante Dewi membelalak seketika penisku masuk seluruhnya kedalam vagina tante Dewi. Aku terus memaju mundurkan pinggangku dengan cepat.

“Jangan cepat2 bayu sakit, kontolmu itu terlalu gede” ucap tante Dewi sambil merem melek.
“Iya tante maaf2″ jawabku tapi aku tetap tidak menurunkan tempo genjotanku.
Aku terus memompa penisku didalam lubang vagina tante Dewi. Tante Dewi hanya mendesah menahan nikmat yang kuberikan padanya. Sampai 10 menit berlangsung aku meminta untuk berganti gaya dengan gaya dogie style. Tante Dewi hanya menganguk seraya membalikan tubuhnya dan mengambil posisi nungging. Terpampang nokahan pantatnya yang padat tepat didepan mataku. Segera kuarahkan penisku ke vagina tante Dewi. Sekarang kuserang tante Dewi dari belakang, kuserang terus vagina tante Dewi. Dia seprti kenikmatan sekali terlihat dari tikahnya yang mengigit bibir bawahnya kala itu. Akhirnya setelah 10 menit mengenjit terasa ada sesuatu yang menjoba keluar dari ujung penisku.

“Tante kayaknya bayu mau keluar nih” ucapku.
“Tahan dulu bay tante juga mau keluar rasanya” jawab tante.
“Tapi bayu udah gak tahan nih” lanjutku.
“Yaudah sekarang kita keluar bersamaan yuk” ajak tante Dewi.
Dan “croott croott creett creeet” amunisiku bertarung dengan amunisi tante Dewi didalam vaginanya. Kam berdua sekarang tidur terlentang berdampingan dengan kepuasan yang terpancar pada wajah masing2. Akhirnya tante Dewi memakai klembali bajunya dan keluar dari kamarku.

Inilah caraku membayar kos sekarang. Jadi tiap awal bulan tante Dewi selalu mengetuk kamarku jam 9 malam keatas untuk menagihku agar membayar kos dengan cara melayani dia dengan berhubunga sex. Sekarang sifat tante Dewi jadi berubah 180 derajat dari yang dulu sering marah kini jadi seseorang yang murah senyum. Dari situ aku tahu kebutuhan biologis itu bisa membuat orang mudah marah.Bahkan bukan hanya setiap bulan saja, tapi setiap kami berdua saling menginginkannya kami pun melakukan hbungan sex yang kami inginkan. Memang di luar kami kelihatan saling sopan, tapi di dalam sms kami berbicara mesum dan sayang-sayangan. Kebutuhan sehari-hari akupun dsering dibelikan oleh tante Dewi.

Senin, 11 Juli 2016

Gairah Sex Yang Tak Terbendung


Cerita Dewasa,Cerita Panas,Cerita Sex,Agen Judi Bola,Terpercaya,Terupdate

redwinbet.com

Cerita Dewasa-Aku kini benar-benar terbangun setelah mendengar dengkuran Mas Har beberapa lamanya. Kuperhatikan dada dan perutnya yang padat lemak itu naik-turun seirama dengan suara dengkur yang makin menjengkelkanku. Aku turun dari ranjang dan berjalan menuju cermin besar di kamar tidur kami. Simak kelanjutan cerita dewasa selengkapnya berikut ini.

Cerita Panas-Kupandangi dan kukagumi sendiri tubuh telanjangku yang masih langsing dan cukup kencang di usiaku yang tigapuluhan. Kulitku masih cukup mulus dan putih, payudaraku tetap bulat dan kenyal, pas benar dengan bra 37B warna pink favoritku saat kuliah. Dan wajahku masih halus, semua terawat oleh kosmetik yang aku dapatkan dari uang Mas Har.

Cerita Sex-Ah, aku masih sangat menarik. Tentu saja, tanda-tanda ketuaan tak bisa dihindari, namun tubuhku belum pernah melar karena hamil, apalagi melahirkan. Aku masih ingin meniti karierku, aku ini wanita yang menikmati kekuasaan.

Agen Judi Bola-Dan menikah dengan Mas Har membuka lebar-lebar kesempatan untuk meraih ambisi itu. Kualihkan pandangan pada sosok lelaki tambun di ranjangku. Mas Har yang dulu tampil sangat jantan, bisa sangat berubah dalam waktu 12 tahun.

Rambut halus di dada dan perutnya dulu yang selalu membuatku bergairah bila dipeluknya, kini tumbuh makin lebat dan liar, sedangkan Mas Har tidak pernah mau mencukurnya.
Perutnya yang kokoh dulu kini ditutupi oleh selimut lemak yang sangat tebal. Memang otot dada dan tangannya yang kekar masih bertahan. Namun kalau aku bercinta dengan Mas har sekarang, rasanya aku sedang ditiduri oleh seekor gorilla. Memuakkan.

Meski begitu, hasratku akhir-akhir ini makin tak tertahankan. Seringkali, akulah yang meminta duluan ke Mas Har untuk memuaskan nafsuku. Namun gara-gara stamina Mas Har yang loyo di usianya yang setengah abad lebih, aku hampir pasti tidak terpuaskan dan kebanyakan aku sendiri yang menyelesaikan “tugas” Mas Har. Sama seperti yang terjadi sore ini, tinggal sebentar lagi aku merasakan orgasme, tiba-tiba Mas Har keluar, dan dengan napas tersengal-sengal ia membelai-belai tubuhku kemudian tertidur lelap di sampingku. Lagi-lagi harus jari-jariku sendiri yang memuaskanku.

Aku sudah tak tahan. Aku tidak peduli lagi pada nilai dan norma yang berlaku bagiku sebagai perempuan. Kubulatkan tekadku, kemudian aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari bekas cumbuan suamiku yang memuakkan.

Selesai sarapan Mas Har pamit padaku dan mengatakan betapa menyesalnya dia harus meninggalkanku akhir pekan ini ke Singapura, demi kepentingan lobby perusahaannya. Mas Har memang pernah menawarkan padaku untuk pergi bersamanya, tapi aku menolak dengan alasan aku lelah dengan pekerjaan kantorku dan sedang tidak ingin pergi begitu jauh hanya untuk berbelanja.

Dan kesempatan ini akan aku gunakan sebaik-baiknya. Sore ini aku akan punya kegiatan yang lebih menarik dari sekedar berbelanja, di Singapura sekalipun. Supir kami mengantar Mas Har pergi dan 30 menit kemudian aku pergi menuju kantor membawa sedanku sendiri.
Setelah makan siang aku kembali ke kantor dan menyelesaikan sebagian pekerjaanku hari itu dan dua jam sebelum waktu pulang, aku menyerahkan sisa pekerjaan itu ke bawahanku. Mereka tidak terlalu senang dengan tugas mendadak itu, tapi nampaknya mereka sudah terbiasa dengan perangaiku.

Mereka paham bahwa aku tidak ingin menjadi lelah, karena sepulang kerja nanti aku akan pergi bersama teman-temanku, eksekutif wanita muda yang lain. Hanya saja mereka tidak tahu kalau hari itu, aku sudah membatalkan acara jalan-jalan kami.
Kukemudikan sedanku ke arah rumahku, namun kemudian berbelok menuju tempat lain. Sekitar 15 menit kemudian aku berhenti di samping sebuah lapangan basket di dalam suatu perumahan. Di sana sejumlah remaja SMU sedang bermain.

Aku turun dari mobilku dan duduk di samping lapangan tempat tas-tas mereka diletakkan, lalu menyaksikan permainan mereka. Salah satu dari mereka, mengenakan kostum basket warna merah, yang kemudian melihatku, tersenyum dan melambaikan tangannya.

Aku membalas dengan cara serupa. Dia adalah Angga, anak salah satu bawahanku yang sedang kutugaskan pergi ke luar kota selama beberapa hari. Hubunganku dengan keluarga mereka cukup akrab untuk mengetahui bahwa Angga mengikuti latihan basket dua kali seminggu di sana.

Sepuluh menit kemudian permainan berakhir dan sejumlah remaja itu menuju ke tas mereka, yaitu ke arahku. Aku berjalan menuju Angga membawa sebotol minuman yang sudah kusiapkan pagi tadi.
“Ang, minum dulu nih. Ternyata tadi di mobil Tante masih ada sebotol”, tawarku.
“Oh iya, Tante, makasih”, jawabnya tersengal.

Nampaknya ia masih kelelahan. Angga mengambil botol dari tanganku dan segera menghabiskan isinya. Kami berjalan menuju tasnya. Dan ia mengeluarkan handuk untuk menyeka keringatnya. Aku mengintip sebentar ke dalam tasnya dan bersyukur aku memberikan botol minumanku kepada Angga sebelum ia sempat mengambil minuman bekalnya sendiri.

Sebagai pemain basket, Angga cukup tinggi. Dari tinggi badanku yang 168 cm kuperkirakan kalau tinggi Angga sekitar 180-an cm. Bisa kuperhatikan tangan Angga cukup kekar untuk anak seusianya, sepertinya olahraga basket benar-benar melatih fisiknya.

Figur badannya menunjukkan potensinya sebagai atlet basket. Aku beralih ke wajahnya yang masih nampak imut walau basah oleh keringat. Dengan kulit yang kuning, wajahnya benar-benar manis. Aku tersenyum.

Setelah menyeka wajahnya, Angga memperhatikanku sebentar dan berkata, “Tante Nia dari kantor? Kok pake ke sini?”
“Nggak, males aja mau ke rumah, enggak ada temannya sih. Om Harry lagi ke Singapura. Jadi tante jalan-jalan.. terus ternyata lewat deket-deket sini, sekalian aja mampir..” ujarku setengah merajuk.

Ia beralih sebentar untuk ngobrol dan bercanda dengan temannya.
“Sama dong Tante, Angga lagi males nih di rumah, nggak ada orang sih”
“Nggak ada orang? Ibu sama adik kamu ke mana?”
“Nginep di rumah nenek, besok sore pulang. Aku disuruh jaga rumah sendirian”. Angga menaruh handuknya dan duduk di sampingku.
“Oh, kebetulan banget ya..” kata-kata itu tiba-tiba terlepas dari mulutku.

Yang dikatakan Angga benar-benar di luar dugaanku, tapi justru membuat keadaan jadi lebih baik. Aku tidak perlu bersusah payah untuk mencari tempat ber..
“Kenapa, Tante? Kebetulan gimana?”
“Iya, kebetulan aja kita sama-sama cari teman..” Angga tersenyum.
“Sebenarnya.. Ehh.. Tante ada perlu sih ke rumahmu. Ada file laporan penting yang harus diambil segera, padahal papa kamu masih di luar kota. Kira-kira bisa nggak ya, tante ke rumahmu ngambil file itu? Tante sudah bilang kok sama Papa kamu, katanya tante disuruh ngambil aja di rumah..”
“Oh, nggak apa-apa kok. Cuma mungkin agak lama ya, Tante. Soalnya aku musti cari-cari kunci
cadangannya lemari papa. Biasanya selalu dikunci sih, kalau pergi-pergi. “
“Nggak masalah, Tante nggak buru-buru. Kita pergi sekarang?”.

Angga mengangguk lalu kami berjalan menuju mobilku. Angga melambaikan tangan pada teman-temannya dan meneriakkan kata-kata perpisahan. Kuperhatikan teman-teman Angga saling berbisik dan tertawa-tawa kecil melihat kami pergi.
“Di rumah benar-benar nggak ada orang yah, Ang?”
“Cuma aku doang, Tante. Untungnya sih Mama ngasih uang lumayan buat cari makan.”
“Aduh.. Kaciann..” kataku manja. “Tapi biasanya seumuran kamu pasti ada pacar yang nemenin kemana-mana kan..”

Angga menoleh dan tersenyum padaku. “Wah, Angga nggak punya Tante. Belum ada yang mau”
“Ah, masa? Cowok keren kaya kamu gini loh
” Kutepuk pelan lengannya, mencoba merasakan sejenak kekokohannya. “Kalau Tante sih, sudah dari dulu Angga tante sabet”

Angga hanya tertawa ramah, ia sudah biasa dengan gaya bercandaku yang agak genit itu. Padahal sebenarnya, sosok Angga benar-benar sudah mempesonaku saat ia diperkenalkan padaku dan Mas Har setahun yang lalu.
Perjalanan ke rumah Angga memakan waktu sekitar 30 menit karena jalanan sudah penuh oleh mobil-mobil orang lain yang menuju rumah masing-masing. Dalam perjalanan aku tetap memperhatikan Angga.

Aku ingin tahu apakah minuman yang tadi Angga minum sudah menunjukkan reaksinya. Biasanya aku menggunakan obat itu untuk memancing nafsu Mas Har dan mempertahankan staminanya.
Aku mungkin sudah gila.. Mencoba untuk tidur dengan bocah SMU anak pegawaiku sendiri.. Tapi biarlah.. Gelegak di diriku sudah tak mampu lagi aku bendung.
Tadi pagi aku memberikan dosis ekstra pada minuman yang kuberikan pada Angga, dan sekarang aku penasaran akan efeknya pada tubuh muda Angga.

Bisa kulihat sekarang napas Angga mulai naik-turun lagi setelah sempat tenang duduk dalam mobil. Duduknya juga nampak sedikit gelisah. Aku menepi. Kami sudah sampai.
Ia membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk. Aku duduk nyaman di sofa ruang tamu dan ia menuju dapur untuk menyiapkan segelas minuman buatku. Rumah Angga tidak besar, sekedar cukup untuk tinggal empat orang.

Sekali lagi aku menanyakan pada diriku sendiri, apakah aku ingin melakukan hal ini.. Dan sedetik kemudian aku menjawab: aku memang benar-benar menginginkannya..
Kutanggalkan jas dan blazerku, menyisakan sebuah tank-top putih untuk melekat di bagian atas tubuhku. Tadi pagi aku sudah mematut diri di kaca dengan tank-top ini. Sebenarnya ukurannya sedikit lebih kecil dari ukuranku, hingga cukup ketat untuk memperlihatkan dengan jelas bentuk payudaraku, bahkan puting susuku.

Aku tersenyum geli ketika meihat diriku di cermin pagi itu. Rok miniku kutarik sedikit lebih tinggi, dan kusilangkan kakiku sedemikian rupa hingga Angga yang nanti kembali dari dapur akan memperhatikan pahaku yang mulus.

Angga keluar beberapa menit kemudian membawakan segelas sirup dengan batu es. Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan langkahnya menuju meja di depanku.
“Panas banget, Ang. Makanya Tante copot blazernya”, kataku setengah mengeluh.
“Iya, memang di sini nggak ada AC seperti di rumah Tante”.

Suara Angga sedikit terbata, nafasnya naik-turun, dan mencoba tersenyum. Kulihat Angga juga berkeringat, tapi aku tahu hal itu bukan hanya karena panas yang ada di ruang tamu ini. Aku mengambil gelas yang dingin itu dan menggosokkannya pada bagian bawah leherku yang berkeringat. Segar sekali..
“Ahh.. Seger baget Ang. “
Angga menelan ludahnya. Kuminum sedikit sirup itu.
“Uhh.. Top banget. Enak, Ang”, ujarku setengah mendesah.
“Hmm.. Tante.. Angga.. Angga cari kunci lemarinya papa dulu ya..” kata Angga. Anak ini pemalu juga, kataku dalam hati. “Oh, iya deh, Tante tunggu. ” Angga kemudian bergegas menuju satu lemari besar di samping sofa dan mulai membuka laci-lacinya.

Aku bersabar sedikit lebih lama. Aku tahu dari tingkah laku Angga yang makin gelisah, kalau obat itu sebentar lagi akan benar-benar memberi efek. Setelah 10 menit mencari dan belum menemukan kuci itu. Aku berjalan ke arah Angga yang masih membungkuk, mencari kunci itu di salah satu laci.
“Ang.. Apa nggak lebih baik..”

Angga lalu berdiri dan membalikkan badannya menghadapku. Aku tahu dia sempat mencuri pandang ke arah dadaku sebelum melihat wajahku. Ia menelan ludahnya. Aku mendekat padanya hingga jika aku melangkah sekali lagi tubuhku akan langsung bersentuhan dengannya. Angga mencoba mundur, tapi lemari besar itu menghalanginya.
“Kenapa..? Tante..?”, nafasnya terasa menyentuh dahiku.
Aku mendongak sedikit, menatap wajahnya.
“Lebih baik kamu..”
Tanganku meraba otot bisepnya, padat..
“Mandi dulu..”

Tanganku yang satu menyentuh tepi bawah kostum basketnya..
“Terus ganti baju..”
Kedua tanganku mulai mengangkat kausnya..
“Kan, kamu keringetan gini..”

Tanganku setengah meraba otot-otot perutnya yang keras sambil terus membawa kausnya ke atas..
“Nanti.. Kuncinya.. Dicari lagi..”

Dadanya cukup kokoh, dan terasa sekali paru-parunya mengembang dan mengempis semakin cepat, jantungnya berdegup kencang.. Wajahku terasa panas, jantungku ikut berdetak cepat. Angga mengangkat lengannya dan berkata, “Ya Tante..”

Tapi suara Angga lebih mirip desahan berat. Kuangkat lagi kausnya ke atas dan Angga dengan cepat meneruskan pekerjaanku dan kemudian melemparkan kausnya ke samping. Angga sekarang bertelanjang dada, dengan celana selutut masih dikenakannya. Aku merapatkan badanku padanya namun tiba-tiba aku berhenti setelah merasakan sesuatu mengenai perutku. Aku mundur sedikit dan melihat ke arah dari mana sentuhan di perutku berasal.