Sabtu, 20 Agustus 2016

Suara Merdu Dalam Bercinta

Suara Merdu Dalam Bercinta

Cerita Dewasa,Cerita Panas,Cerita Sex,Agen Judi Bola,Terpercaya,Terupdate
Cerita Dewasa -Namaku Nani dan sudah setahun lebih aku tinggal di New York Amerika Serikat, setelah aku tinggalkan kelas 1 SMA-ku di Bandung. Hidup di sini bersama abang memang cukup nikmat, paling tidak di sekitar apartemen kami lokasinya aman dan bersahabat, dan tidak perlu khawatir jika kebetulan aku jalan sendirian di malam hari. Sekolahku adalah SMA publik, dan murid-muridnya keren-keren, datang dari berbagai ras.

Cerita Panas -Hari-hariku biasanya diisi dengan sekolah, pergi ke tempat-tempat nongkrong anak SMA, biasanya toko Fast Food, kerja sambilan sebagai pelayan di restoran Oriental dekat rumahku (yang kadang-kadang juga tempat nongkrong anak-anak seusiaku), kerja sukarela sebagai pengawas perpustakaan, serta kegiatan ekstrakulikulerku sebagai anggota klub sepakbola wanita dan kelompok drama. Ada beberapa anak dari Indonesia juga di SMA-ku, hanya aku jarang bertemu dengan mereka di sekolah.

Cerita Sex -Baru-baru ini kelompok drama sekolahku mengadakan kunjungan wisata ke Ibukota di Washington DC. Seorang gadis baru bernama Susan baru saja mengikuti kegiatan ini. Aku sebenarnya sudah beberapa kali melihat Susan di sekitar sekolah dan sudah lama merasa cukup iri dengan kakinya yang panjang serta matanya yang tajam dan seolah selalu penuh gairah.

Agen Judi Bola -Susan adalah seorang Latina, sebab kedua orangtuanya berasal dari Puerto Rico. Saat pertama kali kulihat Susan di sekolah, aku jadi teringat dengan acara-acara TV minggu siang yang sering disaksikan oleh pembantu dan supir di tempat kostku dulu di Bandung seperti Maria Mercedes dan sebangsanya.
Nah, saat perjalanan wisata ke Washington di atas bis dan kebetulan duduk sebangku, kami berdua segera menjalin persahabatan baru. Bercakap-cakap dengan Susan benar-benar menarik sebab dia benar-benar supel dan pintar berbicara.

Di tengah diskusi mengenai simpatinya terhadap kondisi Indonesia, kusempatkan diriku untuk mengamati rupa teman baruku.
Sepertiku, Susan berbadan semampai. Rambut lurus dan alisnya berwarna coklat muda, rambutnya sedikit lebih panjang dan kulit Susan jauh lebih pucat dari kulitku yang kuning. Bibirnya yang berbentuk mungil berwarna merah muda dengan hanya polesan sedikit lipstik saja dan bergerak-gerak secara menawan saat Susan berbicara dengan logat latinnya yang nikmat didengar.

Seperti murid-murid keturunan Spanyol lainnya di sekolahku, gaya berpakaian Susan benar-benar santai, seperti celana pendek, dan kaos oblong tangan panjang, namun potongan depannya pendek yang berakhir di atas bagian pusar, sehingga dadanya yang membusung membuatnya tampil benar-benar feminin dan eksotik.
Kaus kaki Miki Tikus warna putih menutupi sebagian betis Susan, sepatunya model santai seperti Converse, dan Susan mengenakan seuntai kalung perak sebagai aksesoris. Sementara telinganya ditindik tiga dengan giwang-giwang kecil diatur artistik.

Namun yang bikin aku benar-benar seperti terhipnotis adalah tatapan mata biru jernih Susan yang menyorot tajam, mengundang, dan benar-benar hidup. Jika ada yang mengamati, mungkin kami berdua akan tampak cukup menarik sebab aku sendiri menjaga penampilanku cukup konservatif walaupun di Indonesia mungkin lumrah saja melihat gadis remaja delapan belas tahun mengenakan turtle neck, rompi dan rok selutut dan rambut kuncir kuda. Tak lama setelah kami mulai berbicara, hilanglah sudah minatku terhadap kunjungan wisata ini.

Sementara waktu berlalu, kami mulai saling menyentuh tangan atau kaki satu dengan lainnya saat ingin menekankan apa yang kami bicarakan. Sentuhan-sentuhan yang mulanya tanpa niat apapun ini lama-lama mulai menelantarkan diri, sampai akhirnya, kami mulai berbicara mengenai seks.
Kami saling bertukar pengalaman, dan aku benar-benar terpesona oleh perbedaan kebudayaan dan latar belakang kami berdua. Kata Susan, dalam masyarakat Hispanik (ras keturunan campuran Spanyol dengan penduduk asli Amerika) sudahlah menjadi standar bagi remaja mereka untuk kehilangan keperawanan atau keperjakaan pada umur sekitar 15 tahun.

Setahun di Amerika, banyak pandangan mengenai seks dan hubungan romantis yang dulu kupunyai di Indonesia berubah menjadi sedikit lebih santai.
Walaupun aku masih belum sampai sejauh bersanggama, pacarku di sini kadang-kadang menelusuri bagian-bagian tubuhku yang tadinya kuputuskan ‘off-limit’ bagi pacar. Biar bagaimanapun, toh aku masih orang Timur.

Di kota seperti New York, walaupun kebudayaan Barat lebih toleran terhadap hubungan kelamin pranikah, toh umumnya remaja hanya berhubungan dengan satu pasangan saja sekitar paling tidak enam bulan, mungkin karena kewaspadaan terhadap penyakit.

Mendengar penjelasanku mengenai norma masyarakat di Indonesia, Susan mengangguk-angguk, dan menyatakan bahwa pandangan seperti itu ada baiknya juga. Dia pun kemudian mulai bercerita mengenai pengalaman-pengalaman masa lalunya, sentuhan-sentuhan nyasar kami semakin sering.
Kami mulai saling menggoda secara fisik, dan sebelum bis kami bergulir memasuki batas kota Washington DC setelah hampir seharian perjalanan, hanya ada satu hal dalam benakku: untuk berhubungan intim dengan Susan.

Saat memasuki hotel, kami mengatur untuk membagi ruangan yang sama. Senja itu, kami berkeliling dan melihat tempat-tempat bersejarah terkenal. Selesai mandi dan makan malam, bersama sekelompok dari murid-murid, aku dan Susan pergi menyaksikkan sebuah film berjudul “Scream”.
Ketika di layar ditunjukkan sebuah bagian film yang menakutkan, kami berdua saling berpegangan tangan dan Susan memelukku erat. Selesai bagian tersebut, Susan meletakkan tanganku ke pahanya yang tak tertutup.

Kami berdua kebetulan memakai rok pendek, dan beberapa menit kemudian Susan mencoba merubah sikap duduk dan merenggangkan kakinya, serta membimbing tanganku di antara kedua kakinya. Lalu ia bergerak dan secara perlahan mengusapkan tangannya ke bagian dalam pahaku. Kulepaskan pekikan kecil ketika Susan menemukan apa yang diinginkannya.

Sementara kami berpura-pura menonton film, kumain-mainkan rabaanku di celana dalam bagian depan milik Susan sampai kubuat dia basah sementara ujung jarinya bergeser naik dan turun di bagian yang sama dari celana dalam milikku, mendorong kain yang tipis itu ke dalamku. Tidak mengambil waktu lama sebelum kami berdua mulai saling mencari satu sama lain.

Kami mulai bernafas kencang dan berat, dan tak bisa disangkal lagi, di udara mulailah muncul bau kewanitaan basah yang cukup jelas tercium. Salah seorang gadis satu sekolahku duduk di deretan belakang kami. Ia menggeser diri di antara bahu kami dan berbisik,

“Kalian berdua merpati cinta sebaiknya mulai berhenti sebelum semua orang mulai menonton kamu dan bukan film ini!” Gadis itu betul, kami benar-benar mulai terbawa situasi. Secara ogah-ogahan kami pun berhenti. Pada menit yang sama Susan menarik jarinya keluar dariku, kusadari bahwa aku benar-benar menginginkannya kembali di dalamku. Setelah mengatur nafas, Susan mendekatiku dan berbisik, “Nanti!”
“Aku tak sabar menunggu”, bisikku balik, sedangkan hidungku menghirup aroma intim Susan yang membalut jariku. Kujilat bersih jariku dan kugenggam tangan Susan sampai pertunjukan berakhir. Pada saat itu aku sudah benar-benar menjadi terangsang, sisa film yang kami tonton itu tidak ada yang kuingat barang sedikit pun.

Kembali ke hotel, kami praktis berlari ke kamar kami, benar-benar tak sabar untuk melanjutkan perbuatan yang terpaksa kami tinggalkan. Bergegas-gegas aku berganti mengenakan kimono katun tidurku yang berwarna gelap dengan corak tradisional Flores sementara Susan menanggalkan kaos oblong dan rok pendeknya. Baru kusadari bahwa selama ini Susan tidak mengenakan bra.

Sementara aku bengong menatapi dada Susan yang betul-betul mulus dan berbentuk sempurna, Susan memuji keindahan corak kimono katunku dan memintaku untuk membawa oleh-oleh seperti itu jika aku kembali dari Indonesia. Kutunjukkan sebuah cincin yang kubeli dari toko suvenir Indonesia di dekat kedutaan sore hari itu pada Susan. Direbutnya cincin itu dan dia berkata,
“Hahah… dapat!”
“Hey, kembalikan!”
Kukejar Susan mengitari ruangan sampai akhirnya kutangkap dia di pojokan. Tiba-tiba dibalikkan badannya dan di mukanya muncul raut nakal sementara tangannya bertolak pinggang.
“Mana cincinnya?” tanyaku.
“Entah. Coba saja periksa sendiri”, kata Susan sambil menunjukkan kedua telapak tangannya yang kosong sambil tertawa-tawa kecil.

Karena Susan saat itu bertelanjang kecuali untuk celana dalam model bikininya, hanya ada satu tempat untuk mencari. “Kamu ini benar-benar nakal”, seruku sambil menatap matanya yang bersinar-sinar bandel, benar-benar menikmati permainan kecil kami.
Pandanganku menyapu wajahnya yang karena berkeringat dan merona merah terlihat benar-benar spektakuler, dengan ujung hidungnya yang runcing dan lesung pipitnya yang molek. Lalu kuturunkan pandangan melewati lehernya yang jenjang, dan dadanya yang naik turun.
Sedikit gerah setelah berlarian dalam kamar hotel yang bertemperatur sejuk itu membuat puting Susan yang berwarna merah muda segar menegak penuh. Kutatap kembali wajahnya sementara kutautkan jariku ke bagian atas celana dalamnya, menarik tali elastis di situ sampai nampak rambut-rambut lembut lurus kecoklatan berjarang-jarang di bawah pusar Susan.
“Di bawah situ, mungkin?” tanyaku.
“silakan mancing ikan.”

Susan melangkah mendekati, cukup dekat untuk membuat dada kami bergesekan. Perlahan kugerakkan tanganku lebih jauh ke bagian bawah dari perut Susan yang betul-betul rata dengan sedikit lengkungan feminin dan menyelipkannya ke balik celana dalam Susan. Ujung-ujung jariku menyentuh rambut-rambut lembutnya dan gelitikan lembutku membuat postur berdirinya lemas, menengadah dan mendesah.
“Apakah ini cukup hangat?” tanyaku.
“Betul, betul.”

Dipejamkannya kedua mata dan kepalanya semakin menengadah saat jari-jariku bergeser lebih jauh ke bawah sampai seluruh permukaan kelamin Susan terlindung oleh telapak tanganku. Ia masih cukup lembab hasil dari perbuatan kami di cinema. Cincinku yang hilang tentu saja tersembunyi di celana dalamnya, namun aku tetap berpura-pura mencari-cari benda tersebut.
“Dimana, sih cincin ini?” Kunikmati reaksinya terhadap sentuhanku, kudorong selangkangannya ke dalam telapak tanganku.
“Sepertinya perlu diselidiki lebih dalam, nih…” godaku. “Lebih dalam lebih baik”, Susan menyahut sambil mengerang.
Kubiarkan jemariku menerobos lipatan-lipatan lembutnya dan segera kurasakan sumber kebasahannya. “Mungkin bersembunyi di sini”, lanjut godaanku. Kedua dada kami saling menekan dan mulut kami hanya terpisah jarak seinci. Benar-benar kuingin menciumnya, dan kurasakan badanku bergetar, tak pernah dalam hidupku aku sedekat ini dengan seorang gadis lain. Tapi kuputuskan untuk memperlambat permainan kecil ini,
“Itu sih terlalu mudah”, kata Susan.
“Perlu cari tempat persembunyian yang lebih bagus, nih.”
“Contohnya dimana?” kataku sambil menyengir lebar.
“Kira-kira berapa panjang lidahmu?” tanyanya.
Kuleletkan lidahku. “Kira-kira sejauh itu dalam vagina saya”, katanya dan kami berdua tertawa keras.
“Susan, kamu ini benar-benar mesum. Kamu bakal menjadikan kita berdua sepasang lesbian lipstik!”
Secara lembut diremasnya bagian dada kimonoku, dan dibisikannya, “Oh, kau pikir itu benar-benar hal yang jelek? Akui saja Nani, kau sebetulnya benar-benar ingin mencobanya, kan?” Bisa kurasakan kehangatan nafasnya menghembus wajahku saat kami berdua saling bertukar pandang. “Well….” Ujarku malu-malu, bermain ’susah dijerat’.

“Sepertinya sih sudah pernah kupikir hubungan lesbian mungkin satu atau dua kali.”
“Biar bagaimanapun”, kata Susan,
“Semua orang tahu bahwa adalah wajar bagi cewek-cewek untuk bereksperimen satu sama lain. Di samping itu, hampir semua cewek yang saya kenal melakukannya setiap waktu. Tahu tidak?” ujarnya sambil mempelajari rautku. “Apa?” kataku.
“Kau benar-benar cantik. Unik. Kau punya mata yang hitam benar-benar menarik. Apalagi kau datang dari tradisi yang cukup kekolotan. Bikin kau lebih mengundang. mm… apakah rata-rata cewek Indonesia payudaranya langsing seperti ini?”
“Uh, iya”, kataku, tak sadar kulonggarkan tali pinggang kimonoku, mengakibatkan terbukanya bagian dadaku. Perlahan Susan memijit kedua puting payudaraku, dan kurasakan memanasnya di bagian antara kedua pahaku.
“Toh lagi pula kita berdua perempuan, jadi nggak mungkin hamil. Sama seperti kegiatan menggesek vagina sendiri…” lanjut Susan.

Susan memperkeras pijitannya, dan napasku mengencang, kuhirup udara dengan tersendat-sendat, sementara untuk berdiri tegak aku mulai tak mampu.
“Oh, kalau masturbasi, sih, aku benar-benar suka”, kataku.
“Bagus, sebab dengan cewek lain, masturbasi jadi jauuuuh lebih menarik dibanding sendirian.”
Disambarnya ikat pinggang kimonoku yang sudah memang longgar, menjadikan seluruh tubuhku terekspos. Dengan penuh gairah dirangkulnya pinggangku sementara kakiku menggeser, menyentuh langsung selangkangan Susan yang lembab.

Tangan Susan mulai melingkar, menjelajahi bagian belakangku. Diiringi senyum nakalnya, Susan menarik bagian belakang celana dalamku, membuat bagian selangkangan celana dalamku menjadi tertarik lebih ke dalam.

Tekanan yang dirasakan oleh klitorisku yang mulai membengkak hampir membuatku orgasme di tempat, sementara kurasakan kedua badan kami seolah meleleh, bercampur satu sama lain. Tak lama kemudian Susan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, dan kulumat dengan erat lidah kekasihku yang baru ini.
“Masih ingin main sembunyi cincin?” tanya Susan menggoda.
“Fuck the ring!” (Persetan dengan cincin itu!) semburku sementara tanganku kembali menyelinap ke dalam celana dalamnya.

“I’d rather you fuck me instead”, sahut Susan, suaranya menyerak seksi, nafasnya panas di telingaku.
“Lalu tunggu apa lagi?” kataku sembari meraih tangannya.
Kami pindah ke sebelah ranjang dan menanggalkan apa yang tersisa di badan kami (kecuali celana dalamku). Susan benar-benar terangsang, cairan-cairan kelembaban mulai menetes dan bergulir di pahanya. Seluruh tubuhku mulai bergetar penuh antisipasi, terlebih saat kubayangkan betapa lezatnya jika kuletakkan kepalaku di antara kedua pahanya.

Susan naik ke atas ranjang dan menyandarkan diri ke dinding. Lalu dengan kedua jarinya dipisahkannya kedua bibir vaginanya, dan dengan penuh nafsu kusaksikan jarinya yang lain menerobos masuk. Setelah mengaduk-ngaduk beberapa saat jari lentiknya benar-benar basah, dan Susan mengeluarkan jarinya, mengacungkannya di depan mukaku, membuat isyarat ‘mendekatlah’.
“Ayo, kita bersenang-senang malam ini”, undang Susan seraya mengangkat kaki kirinya ke dekat wajahku dan memain-mainkan jemari kakinya yang mungil. Ketika kutanggalkan celana dalamku, kusadari bahwa bagian selangkangan celana dalamku ternyata sudah kuyup.

Tadinya hendak kulempar begitu saja celana dalamku itu, namun Susan berseru, “Tunggu Nani, kesinikan kau punya celana dalam itu!” Kulemparkan celana dalamku, dan segera setelah menyambutnya Susan mendekatkan celana dalam itu ke hidung mancungnya sembari menghirup dalam-dalam aroma sekresi kewanitaanku. “Ooooh, bau kamu betul-betul sedap!”
“Memangnya sudah kebiasaanmu, yah, menciumi celana dalam milik cewek lain?” tanyaku seraya tersenyum lebar.

“Oh, cuma mereka-mereka yang bakal saya entot”, katanya sambil mengedipkan sebelah mata.
Susan mengusap-usapkan bagian selangkangan celana dalamku yang basah kuyup ke hidung dan mulutnya sementara matanya mengawasiku, yang mulai mengecupi jari-jari kakinya. Kususupkan lidahku di antara setiap jari, kukulum, dan Susan mulai tertawa-tawa geli campur nafsu.

Lalu mulailah kutelusuri kakinya yang panjang dengan bibirku, dan berhenti ketika aku sampai di bagian dalam pahanya. Kujilat, kukecup, dan kugigit lembut kulitnya yang putih mulus. Ya ampun, Susan betul-betul lembut! Kuciumkan kecupan-kecupan kecil mengitari kelaminnya, dan dengan susah payah kutekan keinginanku untuk langsung menyelami kelamin Susan dengan mulutku.

Dalam pikiranku, Susan adalah perempuan pertama dalam hidupku yang kujilat kemaluannya, maka ada baiknya kupastikan bahwa kami berdua benar-benar terangsang dulu sebelum kukubur mukaku di selangkangannya. Aku bergerak mendekati mulutnya. “Aku benar-benar butuh kamu”, kataku. Susan melingkarkan tangannya dan kami pun French kissed.

Lalu Susan perlahan mengangkatku, memposisikan kedua susuku di depan wajahnya. Dikulumnya salah satu puting susuku di antara kedua bibirnya dan mulutnya yang hangat menyedoti putingku, mengirimkan gelombang-gelombang kenikmatan ke seluruh tubuhku. “Saya punya ide”, katanya sambil terus menjilati.
“Bagaimana kalau kita bolos saja dan tidak usah ikut tur besok? Kita bisa mengunci diri di kamar ini dan berasyik-asyikan seharian penuh.” Untuk membujukku, Susan menyelipkan tangannya di antara pahaku dan mulai mengusap-usap celahku.

Kusongsongkan pinggulku menyambut dua jari Susan ke dalamku. Ia melanjutkan menghisap payudaraku sekaligus jarinya menjalari vulvaku, sedangkan aku hanya mendesah-desah mendorong-dorongkan kemaluanku menyongsong tangannya.

Kupejamkan mata dan kurasakan cairan kental kewanitaanku menyemprot keluar saat ujung-ujung jari Susan menjepit klitorisku. Orgasme yang kurasakan betul-betul intens, sumpah mati saat itu aku menyaksikan bintang-bintang.

“Kalau kita tinggal di ranjang sepanjang hari”, ujarku setelah pada akhirnya berhasil mengatur napas kembali,
“Kapan kita makan?”
“Kalau kamu lapar, kamu bisa lahap vagina saya saja.” jawab Susan,
“Ah, kamu ini memang benar-benar nakal!” seruku dan kami berdua pun tertawa-tawa.
Kemudian aku pun kembali menciumi tubuhnya, menelusur kembali ke bagian bawah. Harum keringatnya membalut badannya, dan aku benar-benar menikmati rasa keasin-asinan leher dan celah dadanya.
Puting payudaranya yang merah segar berbeda dengan milikku yang berwarna coklat, dan saat kusedot kedua pentilnya, warna mereka berubah menjadi gelap dan mengeras. Puting dada Susan terlihat persis seperti karet penghapus merah di ujung sebuah pensil, dan tampak kecil dibanding ukuran dadanya yang paling tidak 36C.

Pentilku sendiri kira-kira sebesar uang 25 logam, dan menurutku pas untuk ukuran 32B-ku. Kurasakan kedua ujung dadaku mulai menegak karena bersentuhan dengan perut lembut temanku ini. Susan merangkapkan kakinya mengitari pinggangku, dan menyodor-nyodorkan selangkangannya, klitorisnya berusaha mendapatkan sebanyak mungkin gesekan.
“Ya ampun. Nani, kamu betul-betul membuat saya senewen”, kata Susan terengah-engah. Susan mencoba menurunkan tangannya untuk mengelus-elus kelentitnya sendiri, tapi segera kucegah.
“Sabar”, kataku.
“Yang satu itu akan kutangani sebentar lagi.”
“Saya benar-benar perlu kau ewe sekarang”, mohonnya.
“Jangan terlalu terburu-buru”, balasku seraya menyembulkan lidahku ke dalam pusar Susan, dan meninggalkan kecupan-kecupan basah menuruni perutnya. Susan mengangkat pantatnya mencoba membimbing mulutku ke arah gerbang perempuannya.

“Eat me, please!” jeritnya tak sabar. Kurebahkan diri di antara kedua paha Susan, kugunakan tanganku untuk membuka lebar labianya. Kugunakan hidungku untuk membelah lipatan kelaminnya dan menghirup dalam-dalam.
Keharuman kelamin Susan menyengat inderaku. Aromanya jauh lebih terasa dibandingkan dengan bau cairanku sendiri. Bibir dalam dari kemaluan Susan yang berwarna merah muda menyelinap keluar, dan sekresi kewanitaannya menjadikan bibir tersebut benar-benar kontras dengan bibir luar kemaluannya yang berwarna merah gelap. Lalu perlahan kutarik kulit pelindung kelentitnya, menjadikan klitorisnya yang bengkak mencuat keluar, dan kucolek dengan menggunakan jari telunjuk.
“Kau ini benar-benar centil tukang goda. Saya benci, deh”, rintih Susan.

“Pembohong”, sahutku. Kelentitnya betul-betul keras dan tegang, dan berdetak kencang saat kusentuh. Kutiup tonjolan ini, dan pinggul Susan terangkat, menyambut mulutku. Ia benar-benar basah, dan kuusapkan seluruh wajahku di sekujur kelaminnya.

Pipi, hidung dan mulutku berlumuran cairan hangatnya. “Nani, please”, minta Susan, jemari tangannya menelusuri rambut kepalaku. “Vagina saya butuh sekali.” Akhirnya kuputuskan untuk memenuhi. Menarik napas panjang, kupejamkan kedua mataku. Lidahku menelusur sepanjang garis celah kelamin Susan.
Bibir-bibir lembut Susan membuka dan kukecup tempat paling rahasia di dunia, surga kecil di belahan paha seorang gadis. Kucicipi sari vagina Susan, dan rasanya ternyata lebih manis lagi daripada aromanya. Kurenggangkan pahanya lebar-lebar dan kucelupkan lidahku ke dalam lubang kecil merah muda yang hangat dan lembab milik temanku.

Dinding-dinding manis kemaluannya bergerak-gerak membuka dan menutup, menjerat lidahku erat-erat. Aku menyedot dan menjilat bagaikan hidup matiku bergantung kepadanya, memberikan Susan orgasme terhebat yang pernah dia alami.

Mengunyah kelamin Susan adalah mungkin hal paling erotis yang pernah kualami. Aromanya memenuhiku dengan gairah saat kujilat, kusedot, dan kutelan air keluarannya. Aku benar-benar tersapu oleh kenikmatan terlarang dari berhubungan intim dengan seorang gadis dan saat itu kuputuskan bahwa seks dengan lelaki jatuh ke nomor tiga dalam urutan orgasmeku, setelah memakan vagina dan masturbasi.

Susan sudah hampir sampai di puncak ketika kuperintahkan, “Berbaliklah, aku ingin jilat pantatmu.” Susan segera menurut dan tak lama kemudan aku menyaksikan kelaminnya yang indah dari belakang, seluruh bagian kemaluannya merebak, dan sari-sarinya menetes berjatuhan. Seperti seekor anjing, kuendus-endus Susan dari belakang.

Kukecup gundukan-gundukan padat milik temanku, lalu kulebarkan keduanya, dan kujilat pertengahannya dari atas ke bawah. Campuran dari keringatnya yang keasinan, sirup liang surganya yang manis, dan rasa keasaman dari anusnya adalah rangsangan yang tak ada duanya. Kuselipkan kembali lidahku ke dalam kemaluannya, dan kumasukkan ujung hidungku ke celah pantatnya yang terlihat berkerut.

Menjilat habis Susan memberikanku dorongan yang kuat, namun juga terasa sungguh lembut dan manis, sungguh feminin. Susah kubayangkan sesuatu yang lebih indah dari dua wanita saling bercinta. Saat itu kutemukan rahasia cinta-wanita dan aku pun ketagihan, rasanya ingin merangkak ke dalam celah milik kawanku ini dan tinggal di situ selamanya.

Sementara kulumat dengan ganasnya, kumasukkan jari tengahku ke dalam vaginaku sendiri. Lalu dengan mulut penuh menampung air liurku dan cairan sekresinya kubasahi anus Susan. Perlahan jari tengahku yang basah terbalut pelumasku sendiri kudorong melalui kerutan lubang pantatnya yang mungil.
Susan terasa benar-benar hangat dan lembut di dalam dan aku bisa merasakan otot-ototnya berkontraksi untuk menahan jariku di situ. Kudengar partnerku mengerang-erang dalam bahasa Spanyol yang walaupun tak kumengerti namun ekspresi universal seorang gadis di ambang orgasme bisa kupahami.
Susan menutupi mukanya dengan sebuah bantal dan tak bisa berhenti merintihkan jeritan-jeritan kenikmatan. “aah, Dios Mio!” serunya ketika jari-jariku yang lain bergulir di klitorisnya. Dielus, dijepit, dan diperah seperti itu membuat kelentit Susan menjadi betul-betul sensitif. Mengetahui bahwa kami berdua benar-benar dekat dengan puncak,

Susan dengan cepat melempar bantal yang menutupi mukanya, dan mengerang, “Seb… sebentar.” Kuhentikan gerakanku dan didorongnya tubuhku, menjadikanku telentang di ranjang dengan kedua kakiku terkangkang lebar. Dengan gerakan cepat tangan kiri Susan meraih pergelangan kaki kiriku dan mengangkat, meletakkan kakiku di pundaknya sementara dengan tangan kanannya mendorong lutut kananku, melebarkan labiaku.

Memposisikan bagian bawah dari tubuh langsingnya di antara kedua pahaku, Susan berkata, “Itilku dan itilmu.” Dengan dua jari kutarik ke atas kulit depan klitorisku sementara Susan melakukan hal yang sama dengan klitorisnya sendiri, lalu Susan pun bergeser sehingga kedua kemaluan kami bertemu.
Perasaanku saat itu tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Melalui kerimbunan hitam rambut kelaminku kulihat coklat lembut rambut kelamin Susan sementara dadanya yang putih mulus dan memerah karena gairah terlihat kontras bergesekan dengan betisku yang kuning langsat. Kedua vagina kami, dengan labia yang basah saling menghempas, saling menjalin, dan saling melelehi menjadi satu.

Susan bergerak memutar-mutar selangkangannya dan kedua kelentit kami yang mencuatpun saling bergesekan. “aah, ahh, yess.. yess”, kupejamkan mata dan perlahan kuremas-remas dadaku dengan tanganku yang bebas.
“Ooooh, ngh… aakh”, kurasakan cengkeraman tangan Susan meninggalkan pergelangan kakiku saat ia menengadah dan tubuhnya mulai terkejang-kejang. Kurasakan bagian bawah tubuhku bergerak-gerak seperti kehilangan kontrol, maju mundur naik turun bagaikan piston.

“Ooooh… yeeee… eesssh…!” seru kami bersamaan saat kedua kelentit kami saling bergesekan dengan kencangnya. Tubuhku menggelinjang hebat, Susan mengejang dan terasa waktu pun menghilang saat secara bersamaan vagina kami menyemburkan cairan kental orgasme.

Sekali, dua kali, dan tiga kali gelombang orgasme menghempas Susan, dan bahkan saat terbaring lunglai di sisiku pun tubuh seksinya masih bergemetar. Kulingkarkan lenganku di bahunya, dan kurangkul kekasih baruku erat-erat. Kukecup pipinya lembut.

Susan membuka matanya, menyambar bibirku dan melumat mulutku. “Idih, kau berasa seperti vagina”, katanya. “Ayo kita melarikan diri saja, dan bercinta selamanya”, kusuarakan angan-angan di benakku. “Kedengarannya nikmat”, balas Susan. Kami kembali berciuman dan kurasakan tangan Susan kembali meraba-raba rimbunan hitamku yang sekarang benar-benar basah kuyup tersiram sekresi kami berdua.
Kubiarkan diriku pasif terbaring di pelukan Susan cukup lama sementara dia bermain dengan bagian bawahku. Belaian-belaiannya lembut seolah ia menghapal seluruh tonjolan dan lipatan-lipatan vaginaku. Lalu Susan menelentangkan diri.

“Ayo kita ngentot lagi”, katanya sembari menggoyang-goyangkan tubuh mengatur posisi. “Ayo duduk di muka saya”, perintahnya. Aku pun berlutut, menunggangi kepalanya, dan mulai menurunkan kemaluanku ke wajah cantik Susan.

Susan memiliki lidah yang betul-betul panjang dan aku pun mulah mendesah dan mengerang ketika ia melesakkan lidahnya ke dalamku senti demi senti. Urat-urat dalam vaginaku otomatis mencengkram erat lidah Susan sementara pinggulku bergerak melingkar dengan perlahan, benar-benar larut dalam ulasan lidah Susan. Mulutku terasa kering dan aku pun merasa betul-betul perlu melahap vaginanya lagi.

Kuputar posisiku, kurendahkan kepalaku dan kami bercinta dalam posisi enam sembilan. Kembali kulimpahkan segala perhatianku ke kelamin partnerku, menyibakkan labianya yang hangat, dan ketika kukecap pelumas Susan yang mulai mengucur kembali, kurasakan jarinya yang giliran menjelajahi pantatku. Nafasku kembali terengah-engah sementara lidah Susan membelai-belai jauh ke dalam rahimku dan jarinya menjelajahi bagian belakangku.

“Uuuuuuuuh ….. uuungh … unghh” seruku tertahan-tahan sebab mulut dan hidungku terselimut ke perempuanan Susan sementara dia pun mengeluarkan suara-suara yang serupa. “Ah! Aah! aah! Lagi…” otot-otot vaginaku menggeletar saat Susan menggigit lembut klitorisku.
“Auh!”
“Yaah!” kurasakan geliginya mengitari kacangku.
“Oooooh… yeessh.. sssh…” kulingkari kelentitnya dengan bibirku dan kusedot keras-keras.
“Yes… yes… yeee… eee.. sh!”
“Yeeeessshh…. mmh… mffffh…” ujung lidah kami berdua mengulas-ulas kedua kelentit dengan gerakan sangat cepat, kurasakan seluruh urat kedua vagina kami mengencang dan mengendur di luar kontrol dan kami pun kembali tenggelam, orgasme membanjir keluar.

Setelah kembali mengatur nafas, kulepaskan diriku dan kuhempaskan diriku di samping Susan supaya kami bisa saling bertatapan wajah. Dengan lengan dan kaki kami saling merangkum, kami bersentuhan berciuman lembut, betul-betul kehabisan tenaga dan kecapaian.

“Mudah-mudahan besok saya bangun sebelum kau bangun”, katanya setengah bermimpi.
“Memangnya ada apa?” seraya menyibakkan rambutnya ke samping, mengecupi pipi, hidung, dan kelopak matanya yang terpejam. “Sebab, hal pertama yang saya ingin kamu lihat besok pagi adalah wajah saya tersenyum di antara kedua pahamu”, jelasnya.

Oh, rasanya sekarang ini saya sudah jatuh cinta”, kataku lembut.
“Sini, saya jaga biar tetap hangat”, katanya sambil merangkum kemaluanku ke dalam telapak tangannya yang memang hangat. Kukecup kembali bibirnya, dan sementara kami berdua berpelukan erat, kunikmati kehangatan lembab semak-semaknya yang bersandar ke pahaku.

Setelah selama beberapa lama hanya desiran mesin pendingin udara yang terdengar, melalui dinding terdengar suara-suara dua orang gadis dari kamar sebelah. Tak mungkin tidak, mereka sedang bercinta.
“Kan, sudah saya bilang. Semua cewek berbuat hal yang sama”, kata Susan sambil tersenyum lebar.
“Mungkin besok kita perlu mengunjungi tetangga sebelah dan mengundang mereka untuk mampir”, sahutku setengah tertidur.

“Tapi itu artinya saya harus membagi kau dengan mereka”, kata Susan.
“Betul”, gumamku setengah bermimpi,
“Tapi ingatlah bahwa itu juga artinya kamu bakal punya tiga buah vagina yang lembek dan basah untuk dilahap ditambah tiga mulut hangat untuk melayanimu.”
“mm”, katanya sembari membasahi bibir.

“Betul juga. Mari kita beramah-tamah dengan mereka besok.”
Kami kembali berciuman lembut, dan tak lama kudengar desahan-desahan indah dari kedua gadis sebelah kamar hotel kami. Akhirnya, gadis pertama menjeritkan puncak kenikmatannya, diikuti segera dengan jeritan orgasme temannya. Aku tersenyum sendiri, dan sebelum kami berdua jatuh tertidur, kubalas merangkum kewanitaan Susan dengan telapak tanganku, menyongsong alam impian.

Diriku Sebagai Pemuas Nafsu Tante

 Diriku Sebagai Pemuas Nafsu Tante

Cerita Dewasa,Cerita Panas,Cerita Sex,Agen Judi Bola,Terpercaya,Terupdate
Cerita Dewasa -Kehidupan di kota besar memang sangat keras, hingga apapun akan dilakukan demi mencukupi
kebutuhan hidup. Banyak orang melakukan dengan cara hal yang salah, tapi kalau Cerita
ku ini cara mencari uang dengan cara mendapatkan kenikmatan tapi juga mendapatkan uang
banyak, enak kan??hehe..

Cerita Panas -Namaku Rudi, saat ini umurku 25 tahun, aku memiliki postur tubuh yang sangat ideal
dimata perempuan, karena aku di kampus sebagai tim basket utama di kampusku. Aku kuliah
disalah satu universitas terkemuka di Jakarta. Dengan face wajahku yang menarik dan
ditunjang dengan badanku yang atletis membuat aku banyak digemari wanita-wanita dikampus.
Aku mempunyai tinggi 175cm, dengan berat badanku yang seimbang 60kg. Pergaulanku
dikalangan kampus juga bisa dibilang cukup luas, akrena aku orangnya simple, ramah dan
mudah bergaul dengan siapapun, tapi kalau masalah ekonomi memang aku dan keluargaku kurang
begitu mampu. Sampai sampai aku harus melakukan semua ini.

Cerita Sex -Cerita sex ku kali ini ketika aku mulai dengan sifat buruk ku. Aku sering keluar malam,
nognkrong sampai pagi, bahkan aku sampai dikeluarkan dari team basketku. Kehidupan dalam
sekejap berubahsemenjak aku mengenal Tante Desi. Aku mengenal Tante Desi ini ketika aku
mulai nongkrong di sebuah club malam. Malam itu kalau gak salah hari rabu, aku sedang
sendirian nongkrong di club, karena aku suntuk dirumah dengan keadaan yang tidak enak.
Ayah ibuku selalu bertengkar, dan membuat aku tidakbetah dirumah. Saat aku sedang
nongkrong sambil dengerin music club dan sambil browsing cerita-cerita Sex sebagai
hiburan. Setelah aku merasa cukup baca situs tentang cerita Sex aku kemudian tengak-tengok
mencari hiburan, barang kali ada cewek cantik. Saat aku menengok kebelakang, aku melihat
segerombolan wanita setengah baya dan bisa dibilang Tane-Tante sedang berkumpul. Ternyata
saat akun melihat tante-tante tersebut salah satu dari mereka melihatku, aku pun
memalingkan wajahku.

Agen Judi Bola -Tak berapa lama setelah aku memalingkan wajahku tak melihat segerombolan tante-tante
tersebut, Tiba-tiba aku dihampiri oleh seorang wanita.

“Haaiii” suara wanita itu
“Haaiii, nyari siapa ya” jawabku
“gak nyari siapa-siapa kok, nyari kamu aja”jawab tante itu sambil tersenyum

Saat aku melihat tante tersebut, pemandangan yang sangat indah terpampang diwajahku. Aku
melihat wanita setengah baya kira-kira umurnya 45 tahunan tapi berpakaian sangat seksi.
Malam itu tante tersebut memakai gaun pendek diatas lutut berwarna merah sangat minim
sekali pakaiannya. Meski wajahnya sudah gak muda lagi tapi wajahnya masih terlihat cantik
sekali, Terpampang jelas buah dadanya yang sangat besar kutafsir sekitar 38B, Wooow mantap
banget. Sekejap aku dibuat bengong melihat tubuh dan wajah tante ini.
“Heeeh kok bengong lihat apa” Tanya tante
“Eeeehhh…gak liat apa-apa kok tante” jawabku dengan agak tergagap
“Perkenalkan namaku Desi” ucap tante sambil menjulurkan tangannya
“Aku Rudi tante, ada yang bisa aku bantu tante” jawabku sambil berjabat tangan dan
tersenyum

“Ooohh…Gak ada kok, aku hanya ingin berkenalan denganmu, dari kejauhan sosok kamu kayaknya
menarik, tapi setelah berada didepanmu ternyata kamu lebih menarik” jawab tante Desi
sambil tersenyum

“Aaaahhh…Tante bisa aja, aku biasa aja kok Tant” jawabku dengan malu
“Daripada kamu disini sendirian mending gabung aja sama tante dan kawan-kawan tante
disana, gimana”??? ajak tante Desi
“Aaaahhh..Gak aahh Tante, aku malu” jawabku
“Ngapain malu, biasa aja kali Rud” ucap tante Desi.

Tanpa menunggu aku menjawab tante Desi langsung menggeret tanganku dan mengajak aku kemeja
dimana tempat dia duduk bersama teman-temannya tadi. Dikenalkanlah aku dengan teman-
temannya. Ternyata setelah samapi meja itu semua tante disini sangat cantik sekali, aku
mengira tante-tante disini ini seumuran semuanya, kelihatan dari wajahnya. Kemudian aku
diperkenalkan satu persatu dengan teman-teman tante Desi. Meggy, tante cantik yang
memakai kemeja putih strit, dengan rok putih satu kilak diatas lutut, sungguh menggoda.
Lela, tante cantik yang memakai baju dres pendek warna pink, dengan lipstick pink yang
sangat menarik menghiasi wajahnya. Vita, tante cantik yang memakai gaun pendek berwarna
cream, sangat minim sekali pakaiannya. Dan yang terakhir adalah Syntia, tante ini
penampilannya juga gak kalah menarik dengan yang lain, dengan dres mini berwarna biru
dongkar sangat indah menghiasi tubunya.

Tante-tante ini sekilas memliki tubuh yang sama, dengan tinggi sekitar 167cm, berat
badannya sekitar 60kg dan yang pasti semuanya sangat cantik-cantik dan seksi-seksi.
Setelah perkenalan dilanjutnya dengan mengobrol bersama tante-tante ini.
“kamu kuliah atau kerja Rud” Tanya tante Meggy
“Kuliah Tante, di universitas *****” jawabku
“kamu pasti banyak disukai wanita dikampusmu ya Rud, kamu ganteng sekali” ucap tante
Syntia

“Aaahhhh…Enggak tante, biasa aja kok,bahkan gak ada yang suka tante, karena sekarang aku
jomblo tante” jawabku sambil tersenyum malu
Setelah lama berbincang panjang lebar akhirnya diselapun obrolan oleh Tante Desi.
“Kamu gak ada acara kan Rud” Tanya tante Desi
“Gak ada kok tante” jawabku
“Yaudah anterin tante yuuk, tante mau kesebuah tempat” ucap tante Desi

Dengan tanpa aku menjawab kemudian tante Desi pun langsung menarik tanganku hingga aku
berdiri dan Tante Desi berpamitan dengan teman-temannya. Teman-temanya pun gak terima
karena semena-mena aku langung diajak oleh tante Desi, sejenak menjadi ricuh mejau tante-
tante itu. Sambil membelakangi tante-tante tersebut aku mendengar tante Desi berkata
kepada teman-temanya, aku duluan ya, besok kalian-kalian kalau mau juga bisa kok, aku
cobanya dulu. Aku sangat kaget sekali dengan perkataan tante Desi kepada teman-temannya.
Lantas aku dan tante Desi menuju parkiran mobil. Disuruhnya aku menyetirnya. Dalam
perjalanan kita (aku dan tante Desi) saling ngobrol banyak dan panjang lebar. Sambil
menyetir tante Desi menanyaiku.
“kamu udah punya kekasih belum Rud”
“belum tante, kan tadi didalam aku juga sudah ngomong tante” jawabku sambil tersenyum
“kamu mau gak jadi Pacar tante Rud” Tanya tante Desi.

Aku sangat kaget sekali dengan pertanyaan tante Desi, bertemu baru sekejap, dia sudah
minta aku untuk jadi pacarnya.
“tante gak bercanda ya, kan kita baru ketemu tadi, masak iyha tante minta aku untuk jadi
pacar tante” jawabku.
“Tante Gak bercanda Rud, Tante serius, kamu mau gak Rud, nanti tante kasih semua yang
Rudi mau deeh” ucap tante Desi

“Emang suami tante dimana, kalau ketahuan suami tante aku bisa dibunuh” tanyaku
“Tenang aja Rud, suami tante gak pernah dirumah kok, dia selalu sibuk berlayar, dia kalau
pulang 6 bulan sekali kok, jadi Rudi tenang aja ya” jawab tante Desi
“Iyha deeh tante, aku mau tante, tapi tante harus jamin kalau aku aman ya” pintaku
“Iyha Rud, aku jamin kamu aman tenang aja deeh pokoknya” jawab tante sambil mencium pipiku

Sambil menyetir dengan senang hati, akhirnya aku diajak disebuah apartemen mewah milik
Tante Desi, lalu kita masuk apartemen yang ada dilantai 8 itu, kitapun lantas masuk kamar.
Malam itu jam menunjukan pukul setengah 1 malam. Sesampai dikamar tante langsung membuka
semua bajunya dengan tanpa rasa malu, dia berkata “Tunggu sebentar ya sayang tante mandi
dulu”. Saat aku lihat tubuh bugil tante Desi penisku langsung terasa keras. Aku melihat
sebuah gundukan kembar milik tante Desi sangat besar sekali, tapi heranku gundukan kembar
tante Desi masih lumayan kenceng, vaginanya sangat cantik sekali, terihat bulu-bulu halus
menghiasi vagina tante Desi yang terjepit selakangannya. Tubuhnya sangat putih sekali,
aduhai sekali body nya, birahiku langsung meningkat.
Sambil menunggu tante Desi selesai mandi aku melepas kaosku dan celana panjangku dan
sekarang aku hanya memakai boxser saja, terpampang bulu-bulu dadku, menjulur sampai
keperut yang menjurus ke panisku. Kunyalaknlah sebuah DVD music barat. Gemricik air
showeer tak kunjung berhenti Lama aku menuggu tante Desi selesai mandi akhirnya aku
menghampiri tante Desi dikamar mandi. Aku melihat tante Desi sedang mengelus-elus
vaginanya, seperti dia sedang membersihkan vaginanya. Tanpa menunggu lama lagi, karena
penisku sudah tegang banget, aku langsung menuju tante Desi yang sedang berdiri. Langsung
kubalikkan badannya, dan akupun langsung melumat bibir seksi tante Desi. “Aaaahhh kamu gak
sabar ya saying” ucap tante Desi. Tanpa menjawab aku langsung melumat lagi bibir tante
Desi, dan tante pun meresponya dengan cepat, dan akhirnya kita saling berpagutan.
Tante Desi meladeni permainan lidahku didalam mulutnya, sesekali tante Desi menggit
lidahku dengan pelan. Setelah beberapa menit kita berpagutan aku mulai menciumi bagian
wajah tante Desi, kuciumi dari leher, belakang telinga, sambil meremas kedua payudaranya
yang sanagt besar. Sesekali terdengar desahan dari Tante Desi
“Aaaahhhh….Rudddd….Aaaahhhh…”, aku terus melakukan gerilya mulutku sembari seseklai aku
mencokot putting tante Desi. Desahan desahan terus keluar dari mulut tante Desi. Dengan
ganasnya tante nira kemudian menari kepalaku dan dibukalah boxer ku yang masih terpakai
dan sudah basah.

Keluarlah penis besarku, panjangnya sekitar 19cm dan bediameter 5cm. “Besar sekali burung
kamu Rud, pasti nikmat niiih” ucap tante Desi seketika. Tanpa aku membalas langsung
dikulumlah batang penisku, “Aaaaahhhh….Tante..Nikmat…” desahku. Tante dengan ganasnya
mengulum penisku, terasa sangat nikat sekali kuluman tante Desi “pruuut…pruuut…pruuuttt..”
suara gesekan bibir tante Desi dengan penisku yang ercampur denga air liur tante Desi,
semakin lama kuluman tante Desi semakin cepat. Aku terus mengerang kenikmatan
“Aaaarrggghhhh….Tanteeeeee…” sambil terus mengerang kenikmatan aku sambil meremas-remas
payudara tante Desi, besar sekali, telapak tanganku tak cukup untuk mencakup habis
payudara tante Desi.
Setelah kira-kira 15 menit tante Desi mengulum penisku, sekarang tante Desi menciumi
putingku sembari mengock-ngocok penisku akupun mengerang “Arrrrgggghhhh….Tanteeeee…
Aaaarrggghhh….”, tapi aku masih kuat, aku belum merasakan kalu aku akan orgasme, tapi
dalam posisi ini kalau diterusin, lama-lama aku pasti akan orgasme. Lalu kutariklah kedua
tangan tante Desi, aku membopongnya dan sekarang kita berada di atas ranjang. Aku rebahkan
tubuh tante Desi, aku buka selakanganya lebar-lebar, aku mengelus-elus vagina tante Desi,
sungguh sangat indah sekali vagina tante Desi, putih bersih, ditumbuhi bulu-bulu halus
terawat, dan klitorisnya sangat besar sekali. Tak memakai lama aku langsung melumat
klitoris tante Desi “Aaarrrggg…Rudddyyyyyy….Nikmaaatttt…Sekali…Teruuuusss…Ruddd” erang tante
Desi sambil memegang kepalaku. Tanpa mempedulikan erangan tante Desi aku terus melumat
klitoris tante Desi, sambil tanganku mengocok-ngocok memek tante Desi.
Aku terus melumat habis vagina tante Desi “Slruuuupuuut…Slruuuupuuut….Slruuupuut…” bunyi
jilatanku ke memek tante Desi. Terasa gak asin rasanya, aku cuek saja. Aku terus menjilati
seluruh vagina tante Desi, desahan erangan kenikmatan terus keluar dari mulut tante Desi.
Kali ini aku memasukkan jari tengahku dan kukocoklah memek tante Desi sambil sekarang aku
melumat puting tante Desi, tak berapa lama aku mengocok memek tante Desi
“Aaahhhhh….Aaaahhhh…Rudddyyyyyy…Tanteeeee…Mau keluaaaaarrrr…..” aku menyeptkan kocokanku,
dan akhirnya “Aaaaahhhhhhh” tante Desi akhirnya keluar, terasa cairan keluar dari
memeknya. setelah tante Desi orgasme untuk yang pertama kali, tante menidurkanku, kemudian
ditindihlah badanku, dipegangnya penisku dan diarahkannya masuk ke dalam memeknya. Dan
seketika “Bleeeeeeeeesssssssss” masuklah semua penisku kedalam memek tante Desi.
Dengan sangat binalnya tante Desi menggenjotku dengan diringi dengan desahan desahan yang
tak kunjung henti dari mulut tante Desi. “Aaaaahhhh….kamu kuat banget Ruddd” celoteh
tante Desi. Aku diam saja, sambil membantu tante Desi, aku memegang pinggangnya dan
menyodokkan penisku. Semakin lama semakin cepat tak terkira “Plooookk…Ploook…ploook…”
suara benturan tubuh kita. Setalh kira-kira 15 menit tante Desi menggenjotku, aku merasa
bosan lalu aku berganti gaya. Aku memiringkan tubuh tante Desi dan kumasukkan lagi
penisku, denga posisi seperti ini penisku terasa sangat tercepit. Sekarang gentian aku
yang memompa tante Desi, “Aaaahhhh…Aaaahhhh…Lebih…kenceng…lagi…sayang..” pinta tante Desi
sambil mendesah. Aku pun mempercepat gerakanku, kupompa dengan penuh nafsu, Desahan terus
saja keluar tanpa henti, wajah tante Desi sangat menikmatinya.

Setelah sekitar 15 menit aku memompa tante Desi denga gaya memiringkan badanya, terasa
darahku mendesir sampai ubun-ubun, tanda aku akan orgasme. “Aaaahhhh….Tanteeee…Akkuuuu…Mau
keluaaaarrrr….” Erangku. Dengan sekejap aku mencabut penis besarku dan “Crooooot…
Croooottt..Crooootthh….Crrooooottttthhh….” kusemprotkan spermaku ke wajah tante Desi,
banyak sekali sperma ku menyemprot sampai sampai muncrat di payudara tante. Seluruh tubuh
tante berceceran spermaku. Kemudian dipeganglah penisku dan dikulumlah oleh tante Desi.
“Aaaaahhhhhh….” Aku masih sesekali mendesah saat penisku dikulum tante Desi. Tante Desi
membersihkan seluruh sperma yang ada di penisku dan menelannya. “I Love You Tante” ucapku,
dan lantas aku mencium bibir tante Desi dan aku terkulai lemas disamping tante Desi.


Kemudian aku mengajak tate Desi ke kamar mandi untuk membersihkan sperma yang berkececeran
di seluruh tubuh tante Desi. Kita berdua mandi bersama. Setelah selesai mandi kita pun
langsung tidur karena sudah kecapek’an. Akhirya aku dan tante Desi tidur sambil telanjang
sambil berselimutan. Paginya jam 10 pagi kita baru terbangun, baru saja terbangun penisku
sudah tegang lagi. Dipegangnya penisku oleh tante Desi, kita kembali lagi berhubungan Sex,
sampai siang hari setelah akhirnya tante Desi mengajakku untuk keluar dan memberiku sebuah
amplop yang berisi uang sangat banyak.

Kita keluar untuk bertemu dengan teman-temanya, dan ternyata setelah hari itu aku menjadi
giliran sebagai pemuas nafsu tante-tante cantik ini dengan imbalan amplop yang berisi uang
banyak karena aku sudah memuaskan tante-tante cantik ini. Sampai suatu malam aku menjadi
bahan arisan berondong oleh kelima tante ini, tante Desi, Tante Meggy, Tante Lela, Tante
Vita dan Tante Syntia. Sungguh nikmat sekali hidupku ini, sudah mendapatkan kenikamatn
dari kelima tante ini, aku juga mendapatkan uang banyak dan kehidupan yang terjamin oleh
kelima tante ini. Sekian cerita Sex ku Terima Kasih.

Rabu, 17 Agustus 2016

Kisah Cintaku Dengan Seorang Teman Kampus Bernama Juvenia

Kisah Cintaku Dengan Seorang Teman Kampus Bernama Juvenia

Cerita Dewasa,Cerita Panas,Cerita Sex,Agen Judi Bola,Terpercaya,Terupdate

Cerita Dewasa -Perkenalkan, nama ku Riko, mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi negeri terkenal di kota Bandung, dan kebetulan aku juga asli dari kota Bandung tersebut, jadi aku tidak kos. Banyak orang mengatakan sih wajahku ini pas, kadang pas jeleknya kadang pas gantengnya, hahahaha.

Cerita Panas -Pada saat Januari lalu, aku baru saja malaksanakan kegiatan KKN di kampus ku, berbeda dengan teman2ku yang lain yang sudah melaksanakannya pada bulan puasa tahun lalu. Ya maklum lah, mahasiswa dengan nilai pas-pas an, IP dari 1, 2, 3 juga udah pernah, yang 4 nya belum sih ehehehe.

Cerita Sex -Kebetulan, pada saat pembagian kelompok, aku berbarengan dengan seorang cewek yang juga sejurusan denganku, sebut saja Juvenia. Tetapi kita kenal hanya sebatas kenal karena satu angkatan dan satu jurusan. Kalo boleh dibilang sih, paras cewek sejurusanku ini Termasuk cantik lah, tingginya kurang lebih sekitar 155cm an, rambutnya panjang terurai, dengan tubuh yang tidak gemuk dan tidak kurus, pas lah menurut ku. Kalo bicara soal buah dada sih, relatif ya, tiap orang punya selera masing-masing. Untuk ukuran buah dadanya sih standar, 34a atau 34b lah.
Dari sejak awal survey lokasi desa yang akan kami tempati, kami berdua selalu bareng, jadi dengan KKN ini kita menjadi semakin dekat.

Agen Judi Bola -Pada saat survey pertama dia masih bonceng dengan teman KKN ku, namun pada saat survey ke dua, entah angin darimana dia mengajakku untuk survey Hanya berdua saja, maklum pada saat itu teman-temanku yang lain masih pada sibuk dengan urusan masing-masing dan yang biasa hanya kami. Awalnya aku sih berpikiran santai, tapi kadang terlintas di dalam pikiranku takutnya teman-temanku yang lain berpikiran yang aneh-aneh, dan akirnya aku menyarankan Juvenia untuk mengajak teman satu lagi dengan alasan agar rame.

Singkat cerita kita akhirnya berangkat dengan teman KKN ku cewek 1 lagi dengan pacarnya dan aku berboncengan dengan Juvenia. Selama perjalanan aku sedikit tidak konsentrasi karena dadanya yang selalu nempel pada punggungku, dan aku sengaja menaruh tas ku di depan karena desa yang akan kami gunakan untuk KKN lumayan Cukup dingin, selain itu karena jalan yang naik turun dan motorku yang model ayam jago yang jok belakangnya agak Sedikit naik, membuatnya selalu merosot dan buah dadanya yang lumayan dan empuk itu nempel di punggungku, dia pun aku perhatikan dari spion motorku tampak membenarkan posisi duduknya, semakin nggak karuan nyetir, dari berangkat sampai aku mengantarkannya ke kosnya, udah kemana-mana pikiranku.

Singkat cerita kita tiba di hari nya dimana kita tinggal di rumah warga yang berada di dalam pedesaan yang lumayan dingin. Selama KKN, kemanapun kelompokku ada acara atau main, aku dan temanku Juvenia ini selalu bersama, udah nggak bisa dipisah lah kalo dibilang, hehehe. Oya si Juvenia udah punya pacar juga, dan pacarnya mempercayakan Juvenia ke Saya untuk jaga doi, soalnya udah pernah ketemu juga sama pacarnya Juvenia, ya Saya sih iya-iya aja, toh paling juga gitu-gitu aja.

Selama 1 bulan lebih sedikit, kegiatan KKN ya gitu aja, selama di tempat kami tinggal, aku perhatiin si Juvenia bajunya ya baju rumahan biasa cuma kadang suka nerawang sehingga nampak BH nya yang warna warni, sering aku ngingetin juga ke Juvenia kalo BH nya itu keliatan ato sejenisnya, ya maklum sih naluri dari jaman SMA kalo ada temen cewek yang keliatan BH nya gitu suka ngingetin tapi nggak menutup kemungkinan curi-curi juga, hehehe. Kami berdua pun semakin dekat, saat kita foto, dia lebih sering ngerangkul aku, dan bodohnya aku malah pasang muka bingung, saat tanganku agak longgarpun dia nggak segan-segan untuk menggandeng tanganku sehingga aku pun merasakan tonjolan buah dadanya yang lumayan itu.

Pada saat minggu ke dua saat program kerja udah pada mulai jalan, kita sibuk dengan program kerja masing-masing sesuai jurusannya, aku dan Juvenia sengaja menyamakan agar kita bisa bareng terus gitu. Saat aku dan Juvenia sudah selesai dengan program kerja kami entah kenapa ingin pulang dulu, teman-temanku yang lain pun tanpa menaruh curiga mengiyakan saja dan kami pun pulang. Setiba di rumah, tidak ada orang sama sekali, pikirku pemilik rumah ini lagi ke warung karena memang punya warung yang tidak begitu jauh dari rumah. Akhirnya temanku Juvenia langsung ke kamar begitu juga aku untuk ganti baju dan tiduran santai karena merasa capek. Tiba-tiba Juvenia memanggilku dari atas, oya letak kamar cowok dan cewek ini atas bawah, kami para cowok di bawah sedangkan di atas kamar cewek dan toilet. Aku pun datang dan menanyakan ada apa, ternyata si Juvenia ingin ngobrol-ngobrol denganku, kita bicara macam-macam dari saat dia SMA dan kesibukannya, tetapi saat aku bertanya tentang pacarnya, doi terdiam sejenak dan tiba-tiba air matanya keluar. Bingung bukan kepalang karena aku jarang menghadapi seorang cewek yang nangis dihadapan langsung, saat kuberanikan bertanya lagi, ternyata dia lagi ada masalah dengan pacarnya dan katanya lagi putus. Iya sih, beberapa hari sebelumnya saat dia murung juga aku tanya kenapa, dan memang lagi ada masalah. Ya aku nggak bisa berbuat banyak selain menenangkannya, saat aku coba beranikan membelai rambutnya yang terurai dia hanya diam saja, lalu aku mengusap air matanya, dia tampak kaget dengan perlakuanku ini, lalu digenggamnya tanganku. Aku pun bingung ada apa, dan kami bertatapan mata lumayan lama sehingga entah siapa yang memulai bibir kami sudah bersentuhan tipis. Aku rasakan pergerakan nafasnya yang masih belum teratur akibat dia menangis tadi. Sambil aku memegangi pipinya yang agak basah, bibirku menjauh dan membisikan di telinganya “masih ada aku disini” dia pun mengangguk kecil, saat aku tatap lagi matanya dia langsung menyambar bibirku dengan halus dan perlahan. Ku ikuti pergerakan bibirnya sambil dalam hati berpikir “ganas juga ini cewek” dan aku mainkan lidahku. Dia pun merasa geli tapi menikmatinya karena bibirnya selalu nempel di bibirku sambil melenguh “mmmmhhh. . . mmhhhh . . . .”. Tanganku pun yang tadinya di pipinya sekarang sudah mendarat di pinggulnya sambil menelusuri lekuk tubuhnya. Kami melepas ciuman kami sejenak dan saling bertatapan, dia melempar senyuman dengan matanya yang sayu, membuat setiap orang seakan ingin mencumbunya, lalu aku meminta ijin untuk memegang buah dadanya yang lumayan itu, dia hanya mengangguk dengan senyuman. Kami lanjutkan lah perang bibir dan lidah kami sambil aku meremas buah dadanya yang saat itu mengenakan BH warna putih pink. Dia mendesah menikmati “aahhh. . . ahhh . .” sambil bibirku mencumbu lehernya.

Sialnya saat aku hampir mengangkat BH nya terdengar suara motor teman-temanku yang datang. Kami pun tergesa-gesa membenahi diri.

Semenjak kejadian tersebut, dia lebih sering memanggilku “pacar”, pertamanya aku pun kaget karena dia memanggil begitu di depan teman-temanku pada saat dia sedang membuatkan mie untuk ku dan teman-teman cowok yang lain. Tetapi entah kenapa teman-temanku ini tahu bahwa itu hanya bercandaan, ya aku sih terserah mau dia panggil apa asal bisa menikmatinya tubuhnya deh, hehehe.

Pada minggu ke 4, dia mendadak minta ijin pulang ke ketua ku karena ada urusan keluarga dan aku dimintanya untuk mengantarkannya bertemu dengan orang yang akan menjemputnya. Spontan di jalan aku pun bertanya “emang dijemput siapa deh? Papah mamah mu?” dia pun membalas, sama pacarnya. Agak kaget tapi nggak begitu kaget juga karena dia 3 hari sebelumnya cerita ke aku kalo dia balikan lagi. Aku pun merespon dengan jawaban santai, dia pun seolah merasa bersalah dan berkata “nggak apa kan aku dijemput pacarku?”, aku pun menjawab “ya nggak apa dong, kan pacar kamu, kalo di sini kita pacaran, kalo udah balik atau selesai KKN nya kita kembali seperti biasa”. Dia mengangguk sembari memeluk ku di jalan karena di jalan pedasaan ini sepi dan jarang kendaraan lewat, sesekali dia mengecup leherku. “Kamu mau pulang kok masih curi-curi sih”, balasku. Dia hanya cekikikan sambil memeluk semakin erat.

Skip skip skip, 2 hari kemudian sore haris saaat aku sedang santai jalan-jalan di kompleks pedesaan tempat aku tinggal bersama temanku, si Juvenia menelponku “Riko, lg sibuk nggak? Kamu lg di mana?” tanya nya, “lagi jalan-jalan santai sih bareng anak-anak, ada apa?”, jawabku. “jemput aku di tempat kemaren bisa nggak?” langsung sigap aku menjawabnya, “bisa dong kalo buat kamu”, sambil pake nada genit, “ih gombal, oke deh 10 menit lg aku sampe kok, jangan lupa lho, muuaaach”. Tut tut tut . . . baru mau dijawab udah diputus teleponnya, langsung saja berpamitan dengan teman-temanku dan aku langsung mengambil motor ayam jago standarku untuk menjemputnya.

Sesampainya di tempat dia menjemput ternyata dia udah duluan dan sendirian, “lho kamu sama siapa kok sendirian?”, tanyaku. “tadi sama pacarku, dia udah pulang duluan”, jawabnya. Dalam hati ku “buset ini pacarnya geblek amat, kalo pacarnya ditinggal sendiri gini kalo digodain orang desa gimana, payah” dan kebetulan emang si Juvenia ini menjadi primadona di kalangan pemuda desa karena paras cantiknya. Akhirnya dia langsung membonceng dan kita pun tancap gas. Di perjalanan pun kita ngobrol-ngobrol “lho waktu tadi kamu telepon pas ada pacarmu?”, tanyaku, dia menjawab cekikikan “ya nggak lah, Riko, tadi dia lagi beli cemilan aku nunggu di mobil”. “kirain pas ada pacarmu kamu pas telepon tadi”, jawabku lg, “takut ya? Hihihihi”, sambil dia nyubit pinggang ku. Anjir, malah nantangin, “bukan takut sih, cuma main bersih aja kita”. Timpalku. “alah sok-sok an huuuuu, cubit lagi nih.” Balasnya. Dan kamipun begitu sampai setibanya di posko KKN. Dia pun bergegas langsung mandi dan aku pun masih ngumpul nonton tivi bareng teman-teman yang lain.

Lusanya cuaca pun mendung, kita berencana mau ke SD sekitar tempat kami KKN untuk sosialisasi terkahir kalinya, aku bangun terlambat dan dapat jatah mandi paling terakhir karena kamar mandi di rumah ini cuma 1, ada juga temanku yang buru-buru sudah biasa mandi di tetangga sebelah posko KKN kami. Dan entah disengaja atau nggak, si Juvenia juga kesiangan dan juga baru mandi setelah aku selesai mandi. Pada saat Juvenia mandi pun aku tidak memikirkan hal yang lain selain siap-siap untu acara sosialisasi ke SD. Kami berdua ditinggal karena waktu pun sudah menunjukan pukul 9 pagi dan acara dimulai jam 9.30 nya. Sesaat aku dan Juvenia sudah siap bergegas berangkat, tiba-tiba hujan pun turun lumayan deras, kami mengabari ketuaku datang terlambat. Pertamanya ketuaku meyuruh kami untuk memakai jas hujan, namun aku teringat jas hujan ku dan punya Juvenia terbawa di motor temanku yang sudah berangkat. Ya sudah deh akhirnya ketuaku memaklumi dan mengatakan untuk tidak memaksakan kalo memang deras, kebetulan di SD nya pun juga hujan yang lumayan.

Aku dan Juvenia pun ngobrol-ngobrol biasa, bercanda kadang Juvenia suka cubit pinggangku, aku pun melontarkan pertanyaan “eh ini bapak sama ibu yang punya rumah nggak di rumah? Kok tumben pagi-pagi udah nggak ada di rumah”. “kata anak-anak tadi bapak ibunya pamitan mau ada acara di kota katanya, ada sodaranya nikahan”, balas si Juvenia. lalu duduk kami berdekatan entah ada angin apa, aku pun membelai rambut nya yang wangi serta menciuminya karena memang dia habis shampoan. Aku pegang lembut pipinya dan dia pun berkata “aku nggak nyangka kita bisa gini”, aku pun bingung apa maksud dari perkataannya “maksudmu?”, jawabku singkat, dia pun merebahkan badannya ke pelukanku dan menyandarkan kepalanya di bahu ku, “ya gimana ya, kamu baik, bisa ngertiin aku, perhatian tapi waktunya malah kaya gini, kamu itu beda banget sama pacarku yang suka ngekang aku, protektiflah, apa-apa nggak boleh”. Aku paham arah pembicaraannya, aku balas, “lho kan tinggal diputusin aja gampangkan pacarmu?”. “nggak semudah itu, orangtua ku sama dia udah deket, begitu juga sodaranya, udah 3x selama KKN ini aku minta putus tapi dia nggak mau”.

Saat itu aku memperhatikan matanya berkaca-kaca, sambil aku belai rambutnya aku pun menenangkannya dengan gaya sok cool romantis gitu  “ya udah, nggak apa, emang begini jalannya, kalo di sini kita emang gini, tapi kalo di kampus kita seperti biasa aja, kamu tahu sendiri kan aku juga udah punya pacar, semuanya pasti baik-baik aja kok, kalo jodoh emang nggak kemana”.

Dia pun makin menjadi tangisannya, tampak bedak di wajahnya luntur akibat air matanya. Aku pun mengusap air matanya dan menenangkannya. Dia menatapku dalam-dalam kemudian tanpa kita sadari bibir kami sudah bersentuhan entah ada angin apa Juvenia melumat bibirku dengan kencang. Aku pun membalas dan memainkan lidahku, dia juga nggak mau kalah “mmmmhh. . . mmmhhh . .”

tanganku pun sudah berada di buah dadanya yang masih terbungkus jaket KKN. Dia melepas ciumanku dan berbisik “di kamar aja” langsung saja aku bawa ke kamar cowok yang biasa digunakan tidur oleh temanku, aku lepas jaket Juvenia, dia mengenakan kemeja denim menurutku membuatnya tampak makin cantik. Dia nyeletuk “kok diem aja?” dalam hatiku “wah ini anak emang bener-bener deh” langsung saja aku cumbu lagi bibirnya, aku lumat, aku mainkan lidahku, dia pun tak mau kalah juga membalas lidahku dan sesekali menyedotnya. Tanganku pun sudah berada di atas balutan BH nya yang ukuran 34b (yang ini tanya ke doi akhirnya tau) dengan warna merah yang mengundang gairah. Langsung saja aku copot pengait BH nya dan nampak buah dada Juvenia dengan ukuran 34b nya, aku remas aku mainkan putingnya dia hanya melenguh “aahhh. . . enak Riko mmmhhhh” sementara bibir ku masih menciumi telinga dan leher nya. Sekitar 15 menit aku mainkan buah dadanya dia seperti nya udah di ubun-ubun nafsunya “diemut car. . . diemut mmhhhh” tanpa komando pun aku juga sudah menjilati antara buah dada nya, lalu mengemut putingnya yang kecil berwarna coklat muda sembari tangan kanan ku memainkan dan meremas puting dan buah dadanya yaang kiri “iya Rikkkoooo, enak diemut mmmmhhhh. . . geli Rikk, aaaahhhh. . . aaahh. . .”

Saat itu juga tangan ku yang kanan pun sudah mengorek memeknya yang dibalut celana jeans ketat, aku merasakan memeknya sudah basah. Aku pun langsung mencopotnya dan nampak lah celana dalamnya yang berwarna merah juga, warna ini sungguh membuat ku nafsu.

Ku lepas baju dan celana ku serta celana dalam ku sehingga “adik” ku yang tidak besar dan tidak kecil ini mencuat dengan keras. Juvenia pun langsung menyergap “adik” ku dan menjilati nya serta di sedot nya, “ahhh Rikk, enak Riko, sedot terus sayaaaang aahhh. . .” celoteh ku. Ku akui wajahnya yang cantik sambil mengemut “adik” ku ini sangat menggairahkan. Aku pun nggak diam aja, aku copot celana dalam Juvenia dan terlihat sebuah gundukan yang bersih terawat tanpa bulu sehelaipun di memeknya, hal ini membuatku semakin bernafsu. Ku jilati memeknya sehingga posisi kita sekarang di posisi 69, sungguh nikmat sedotan si Juvenia. Ku jilati gundukan kecil di memeknya yang bersama klitoris sembari dia masih mengulum “adik ku” “aaahhhh. . iya sayaaaaang, jilat terus yang situ aaahh. . . mmmhhhh. . .”

sekitar 10 menit kita berada di posisi 69 lalu aku merebahkan tubuhnya di kasur lipat yang dibawa teman ku, aku ciumi bibir nya, lehernya, emut putingnya dan meremas buah dadanya “sayaaang mmmhhhh. . . terus Rikkk. . aaahh. . .”

Saat aku gesek-gesek “adik” ku di memeknya dia menggelinjang keenakan, “ayo Riko di masukin mmmhhhh. . .” agak sempit emang memeknya si Juvenia meskipun sepertinya sudah pernah melakukan seks, tapi itulah yang menjadikan nafsu ku untuk menggenjotnya terus, aku masuk kan perlahan “pelan-pelan Rikkk, mmmhhh. . . enak Rikk aaaahh. . .”

Setelah sudah masuk semua batang “adik” ku genjot maju mundur pelan-pelan agar memek Juvenia terbiasa. Ku genjot pelan maju mundur dia pun sudah melenguh keenakan nggak karuan “Rikk terus caaar aahhh. . . punya mu mmhhhh. . .” lalu kunaikan temponya dan dia semakin mendesah, menggelinjang “aaahhh.. aaahhh. . . terus Rikk. . mmmhhh. . . enaaak aaah… aku milikmu aaahh. . .” sambil dia melingkarkan kakinya erat ke pinggangku.

Setelah itu kita berganti gaya doggy style, aku merasakan cengkeraman memeknya semakin peret semakin nikmat untuk di genjot “yaaaang. . . aaaaahh. . aaaah. . . te. . . ruuus yaaankk. . .” Desahannya justru membuat ku semakin bernafsu, ku genjot semakin kencang dan dia semakin melenguh keenakan “Rikkkkk.. . . aku mau keluaaar. . . aaaaahh…” dan akhirnya aku merasakan cairan hangat mengalir di dalam memeknya. Ternyata dia sudah keluar duluan.

Aku biarkan dulu sekitar 2 menit untuk dia menikmati masa orgasme nya, lalu sekarang giliran dia yang diatas alias WOT. Di posisi ini dia justru semakin menjadi memeknya, dengan gerakan naik turunnya dan kadang di pelintir mirip dengan film bokep Asia yang biasa aku tonton, nikmat sekali dengan cengkeraman memeknya nya yang masih lumayan seret dan kencang. “Terus pelintir sayaaang aaaah. . enaaak Rikko. . .” desahku.

Tanganku juga nggak mau kalah, keduanya Meremas dan memainkan puting coklat muda nya. “geliii Sayang.... . aaaah. . . aaah. . aaaahh. . .” dengan gaya pelintir nya tadi membuat “adik” ku seakan ingin memuntahkan maninya karena emang saking enaknya. “aku mau keluaaar yaaaang. . .” dia pun juga membalas “barengan Rikoooo. . . kontol kamu enak banget aku mau keluaaar lagiiii aaaahh. . .”

Dan selang beberapa menit kemudian aku pun udah nggak kuat menahan isi “adik” ku begitu pun Juvenia yang sudah mau keluar kedua kalinya, “Rikooo. . . terus Rikkkkk. . . aaaahh. . . mmmhhhh. . . akuuu miliik. . . muuuu. . aaaaahh…” akhirnya kami berdua pun keluar bersamaan dan Juvenia langsung lemas di pelukan ku.

Hari berganti dan terus berganti hingga tiba saatnya KKN kami selesai, semenjak kejadian itu sebelum tiba hari pelepasan dari kampus dan perangkat desa, Juvenia masih sering mengajak ku ya walau sekedar curi-curi cium, memainkan dan meremas buah dadanya. Juvenia pun memeluk satu-satu temanku, dan pada saat memeluk ku erat sekali pelukan nya. Aku sudah tidak menghiraukan temanku yang lain, nampak air matanya menetes dari wajah cantik nya dan aku pun mengusap nya.

Saat tim kami akan menuju ke kecamatan untuk upacara pelepasan aku sengaja memacu kendaraan ku pelan agar bisa ngobrol lebih kama dengan Juvenia. “sudah saatnya kita kembali ke kehidupan masing-masing, kamu yang aku kenal di kampus akan selalu aku kenal seperti kamu di sini, kita tetep usahakan komunikasi walaupun nggak se sering di sini, terimakasih untuk kebersamaan nya, semuanya yang kamu beri untuk aku”. Juvenia terdiam agak lama, memeluk ku erat, lalu dia juga membalas “terimakasih juga Sudah ngertiin aku, ngelindungin aku, kamu lebih dari yang aku duga, aku harap ini bukan perpisahan, di kampus mungkin aku nggak bakal bisa panggil kamu pacar, tapi di dalam hatiku kamu tetep pacar aku”. sambil dia mengecup leher ku saat perjalanan ke kecamatan.

Akhir cerita sampai saat ini kita masih sering ketemu di kampus karena kita sama-sama sedang menyelesaikan skripsi, meskipun kita hanya melempar senyum, ada maksud tersendiri dibalik senyuman nya, kita juga masih sering ngobrol tapi kita juga jaga jarak untuk pacar kita masing-masing.

Minggu, 07 Agustus 2016

Hubungan Sex dengan Temanku Bersama Pelatih Fitnes ku

Hubungan Sex dengan Temanku Bersama Pelatih Fitnes ku

Cerita Dewasa,Cerita Panas,Cerita Sex,Agen Judi Bola,Terpercaya,Terupdate
 
Cerita Dewasa -Aku jadi member di satu fitness center yg ada di salah satu mall deket rumahku. Ya biar bodiku tetep kenceng dan mencegah lemak tertimbun ditempat-tempat yg tdk diinginkan. Aku rutin latihan disitu, biasanya si seminggu sekali, tapi kalo lagi senggang bisa seminggu 2 kali, malah kalo lagi libur hampir setiap ari aku ke situ.

Cerita Panas, -Aku kenal dengan salah satu instruktur. Sebut saja si abang (jadi gak usah nyebut namanya kan). Dia seneng ngobrol ma aku tiap ada kesempatan. Padahal banyak member perempuan yg laen, tapi si abang slalu mencari kesempatan buat ngobrol sama aku.

Cerita Sex -Gak lama sich, sebab ngobrolnya paling setelah selesai kelas, sembari istirahat menunggu kamar mandi yg kosong. Pdkt nya meningkat, dia ngajak aku minum kopi disatu gerai kopi yg aku tau pasti secangkir kopinya gak murah, berlipetlah harganya kalo dibanding dengan ngopi di warteg.

“Lin, gak keburu pulang kan, ngopi dulu yuk”, ajaknya. Aku iyain ja,
“Emang abang mau bayarin?”
“Buat kamu apa si yg enggak”, kayanya ini jawaban standard lelaki kalo mo ngegombalin perempuan deh.

Agen Judi Bola -Kami ngobrol ja ngalor ngidul sembari minum kopi, secangkir dah abis tapi masi terus ja ngobrolnya. Si abang memang temen ngobrol yg baek, ada aja topik yg dia obrolin diselingi dengan humornya yg membuat aku terpingkel-pingkel. Gak kerasa dah larut juga, tapi kami masi belum beranjak dari kedai kopi itu.

“Lin, dah malem ni, aku anterin kamu pulang ya”. Kayanya sengaja dia ngajak aku ngobrol supaya bisa nganter aku pulang.

Tipuan standard laki-laki lagi, aku si dah paham lah kalo tipiual dan gombal standard kaya gitu. Daripada pulang ndirian naek taksi, ya gak da salahnya mau dianter, aman dan hemat uang taksi kan. Kesempatan laen, pdkt meningkat, dia ngajakin aku makan disalah satu resto yg ada di mal itu.

“abang banyak duit ya, mbayarin aku terus”, aku gak nanya lagi dia mo traktir aku gak, aku tembak langsung ja minta dibayarin.
“Aku yg ngajak ya aku yg bayar”.
“Kalo gitu aku gak mo ngajak abang minum kopi atau makan, ntar aku yg bayar”. Dia tertawa.
“Ya enggaklah, biar kamu yg ngajak tetep ja aku yg bayar”.
“abang baek banget”.
“aku tu suka ma kamu Lin”, kaget juga aku mendengar tembakan langsungnya itu.
“Kamu dah punya pacar Lin”. Aku ngangguk,
“Kalo gitu kita ttm an ja ya. Kamu mo makan apa”. Sembari liat menu dia nawarin makanan yg dia rasa enak.
“Wah abang sering ya makan disini, ma member yg mana bang”, godaku.

“Ya pernahlah, ma temen-temen ja, ma member baru ma kamu ini”.
“Masak sich”.
“Iya”. Aku gak ngedesek lebi lanjut,
“Kok suka ma aku bang, kan banyak member laen yg lebih cantik dan lebih seksi dari aku”.
“aku seneng ma wanita yg imut tapi berisi kaya kamu Lin”.
“O gitu ya”. Aku si seneng ja dipuji gitu, prempuan mana si yg gak suka kalo dipuji lelaki.
“Aku berisi bang, ya isinya jeroan, kalo gak da jeroan dah jadi mumi kan”.
“Maksud aku bodi kamu menarik diliat biar kamu imut juga”.
“becak kali ditarik”, dia tertawa.

Makanan pesanan dah dateng, kami makan sembari becanda-canda terus. Aku gak nanggepin serius gombalannya tentang suka ma aku, dah sering banget aku dapet gombalan kaya gitu dari lelaki yg pdkt ma aku.

“Cowok kamu gak marah kan aku traktir kamu”.
“Ya gak lah, kan cuma traktir”.
“Kalo lebi dari traktir?”
“Misalnya?”
“Ajakin nonton”.
“Ya gak apa lah, cuman nonton kan?” Dia terdiam.

Aku segera mengalihkan pembicaraan supaya dia gak terpojok atas jawabanku. Kami menikmati makan malem itu dengan santai, selesai makan seperti biasa dia nganter aku pulang.

“Kamu kos ya Lin”.
“iya”.
“Sekamar ndiri”.
“Gak, ada temenku, mahal bang kalo ndirian”.
“Ma cowok kamu?’
“Gak lah, ma Susi”.
“Susi gak member”.
“Gk tu, dia males suru olahraga”.
“Gemuk dong”.
“gak, justru lebi sexy dari aku”.
“wow”.
“Pengen kenal pasti ya”.
“Gak lah, kenal kamu dah cukup kok”.

“Masak?” godaku,
“belum ja liat Susi, cowokku ja ngiler liat bodinya Susi”.
“Pdahal dah punya cewek yg sexy kaya kamu ya”.
“Namanya lelaki, ibarat kucing, dah kenyg makan dirumah masi ja nyari tulang ikan di tong sampah”.
”Waduh, disamain ma kucing”.
“abis mo disamain ma anjing?” Kami tertawa. Dah sampe di kos, aku sengaja nawarin mampir”.
“Mo mampir bang, kenalan ma Susi”.
“Gak ah, dah malem, masak bertamu malem-malem″.
“nanti nyesel lo, kalo malem gini Susi cuma pake tengtop ma celpen, napsuin banget liatnya”.
“Laen kali deh”. Gak tergoda juga.

Kesempatan laen lagi, abis makan dia ngajakin aku nonton. Aku iyain ja, dibioskop dia ngelus-elus tanganku.

“Kamu mau kan jadi ttm aku”, bisiknya.
“nonton kok ngobrol, kan jadi gak ngikuti filmnya”.
“Sori, terganggu ya”. aku mebiarkan tangannya menjelajah, tangan, lengan dan lahaku dielus-elusnya.
“Bang, geli”, waktu tangannya mengelus-elus bagian pahaku yg tertutup jins ketat, soalnya tangannya makin lama makin keatas.

karena kursinya gak lebar ya aku gak bisa ngangkang, jadi cuma nyentuk pangakal pahaku ja, naek juga aku dielus-elus terus kaya gitu.

“Tangan Si abang nakal ih, baeknya kursinya sempit”.
“Kalo lebar napa”.
“Pasti deh dah ketengah”, jawabku to the point.
“Mau kan kalo ketengah juga”. Aku cuma senyum ja.
“aku pengen cium kamu deh Lin, bole ya”. Dia merangkul aku, aku menoleh kearah dia dan membiarkan bibirnya menyentuh lembut bibirku.

Pelan diisapnya bibirku, aku membalas menjulurkan lidahku kedalam mulutnya, segera dibelitnya lidahku dengan lidahnya dan tangannya mulai meraba tokedku, diremasnya dengan pelan-pelan. Aku makin naek jadinya. Sengaja kuelus selangkangannya, terasa ada sesuatu yg keras banget disitu.

“Bang cuma ciuman ja dah ngaceng si”.
“abis aku napsu Banget liat bodi kamu, toked kamu kenceng deh”.
“Tapi Gak gede kan bang”.
“Tapi proporsional ma bodi kamu”. Ciumannya dilepas karena film dah selesai.

Aku seperti biasa dainter pulang.

“Mo mampir bang, tapi Susi gak da, nginep dirumah temennya, katanya”. Kayanya dia dah napsu berat, dia ikut ja ke kamarku.

Sesampai dikamar, dia merangkulku dari belakang.

“Lin aku horny nich”.
“Kamu Begitu cantik deh malam ini”, ucapnya.
“Emangnya malem kemaren-kemaren gak cantik ya bang”.
“Malem ni lebih cantik lagi”.
“Gombal itu, pasti ada maunya”
“Kamu juga mau kan Lin”. Dia kemudian melingkarkan tangannya ke pinggangku, aku sedikit bergerak lebih mendekatkan badanku ke dalam pelukannya.

Dia menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah tokedku. Aku hanya memejamkan mata saja. Penisnya yg mengeras berhimpitan dengan pantatku. Perlahan ia mulai meremas dengan halus tokedku. Aku membiarkan telapak tangannya membelai-belai tokedku, jantungku sedikit berdebar-debar. Dia mulai menciumi bagian tengkuk leherku sambil memasukkan kebalik blusku.

Braku diangkatmya keatas sehingga tokedku terbebas untuk diremas-remas. Terutama remasan telapak tangannya terhadap pentilku. Tokedku pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut dari tangannya’

“bang, mmh.., geli...banget Bang”
“aku sayang sama kamu, Lin”, sahutnya sambil sedikit ngos-ngosan.

Ia masih saja merabai tubuhku.

“Engh..Unhhh, badanku jadi lemas semua nih”, aku berucap sambil setengah merengek.

Vaginaku pun mulai terasa hangat dan lembab. Dia masih terus meremas-remas tokedku. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam Celana jinsku.

“Sempit Sayang”. Dia mengubah panggilannya ke aku, Aku seneng ja dipanggil Seperti itu.
“Dilepasin ja ya yank”. tanpa menunggu jawabanku, dia mengangkat blusku keatas.

aku mengangkat tanganku keatas membantu dua melepaskan blusku, gak lama kemudian kaitan dari braku dilepasnya sehingga braku pun meluncur meninggalkan tempatnya. Kancing dari jinsku dilepas, resletingnya dibuka dan dia menarik jinsku kebawah sembari berjongkok. Dia mencium Bagian pantatku yg masi tertutup cd minim, aku sampe menggelinjang.

Dia bangkit berdiri, tangan satunya meremas tokedku kembali dan satunya lagi masuk ke dalam cdku. Jembutku yg halusdielus2nya, kemudian terasa jarinya menyentuh bibir vaginaku. Aku menggelinjang. Nafasku mulai tdk terkontrol. Vaginaku sudah mulai berdenyut-denyut. Aku dibaringkannya di ranjang. Ditindihnya tubuhku dengan birahi yg mulai tdk terkontrol. Segera dia mengulumi pentilku.

“Bang, mmmmppphhh.., sshh”, erangku.

Dia terus asik dengan aktivitas birahinya. Lidahnya mempermainkan pentilku dengan penuh perasaan. Mataku terpejam dan tanganku membelai kepalanya, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya. Dia akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun cdku, kemudian diapun melepas semua yg menempel dibadannya. Penisnya sudah tegak.

Dikangkangkannya kedua kakiku dengan perlahan. Penisnya dia arahkan ke dalam pangkal pahaku. “Sleep!”, setengah detik kemudian palkonnya mulai memasuki liang vaginaku. Dia mulai menggerakan pinggangnya naik turun. Napasnya semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuhku. Tokedku bergoyang-goyang karena gerakan sodokannya. Aku juga merespon gerakkan yg dilakukannya. Vaginaku berdenyut-denyut ketika penisnya terus bergerak dalam liang vaginaku. Pinggangku bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.

“Bang.., mmmppphhh enghhnak.., enghh terusshhsshh”, rintihku dalam kenikmatan.

Desahanku membuat nafsunya semakin menjadi-jadi. Konsentrasinya hanyalah pada gerakan tubuhnya yg maju mundur. Batang penisnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang vaginaku. Dia semakin mempercepat gerakannya.

“Engghh.., yg.., engghh lebihhss kerassh..sshh”, aku mendesah.

Dia semakin mempercepat gerakannya. Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Aku masih terus memeluk erat tubuhnya sambil terpejam.

“Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh”, aku mendesah-desah. aku merasa sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuhnya menjadi sangat cepat. Dia menghentakkan badannya makin keras dan lama ke dalam tubuhku. tubuhku tampak bergetar. Tanganku pun memeluk tubuhnya dengan eratnya. Aku telah sampai dipuncak kenikmatan.
“Bang, nikmatnya….” lenguhku.

Dia memperlambat enjotannya, membiarkan aku menikmati orgasmeku yg pertama.

“abang blon kluar ya”. Dia menggeleng sambil tersenyum,
“kamu makin cantik deh Lin kalo lagi nikmat gitu”, katanya sambil mengusap rambutku yg basah kringatan.
“Terusin dnk bang, kan abang Masih blon keluar”.
“santai ja, kamu atur napas dulu lah, baru Kita mulai lagi. Mo minum gak Lin, aku ambilin ya”. Tanpa menunggu jawabanku, dia mencabut penisnya dan mengambil minuman yg ada dalam lemari es ku.

Penisnya yg masi Saja keras berlumuran cairan kenikmatanku, mengikap Kilau  Terkena sinar lampu.

“abang kuat Juga ya, cowokku biasanya bareng aku ronde pertama gini”. Dia tersenyum dan memberikan minumannya ke aku.

Segera kuteguk Habis minuman itu.

“Lagi?” Aku menggeleng sambil mengatur napasku.

Aku membelai-belai batang penisnya itu dengan penuh kelembutan. Dia langsung mengulum pentilku yg sudah mulai menegang lagi itu. Tokedkupun mulai terasa mengeras lagi.

“Ssshh..”, aku mendesah penuh kenikmatan saat dia mengulum pentilku serta meremas-remas tubuhku.

Kemudian dia menjilati dengan lidahnya seluruh tubuhku.

“Enghh.., ahhng.., ahh.., nggssh”, aku mendesah. Napasnya mulai ngos-ngosan.

Di Peterkan batang penisnya ke dalam selangkanganku.

“Sleep!”, Batang penisnya pun telah masuk ke dalam lubang vaginaku. aku merasakan tubuhku dimasuki sesuatu yg terasa Sangat luar biasa enaknya.

Mataku terpejam sangat dalam. Tubuhku mulai merespon gerakan naik turunnya. Nafasku yang tdk teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yg mulai tinggi.

“Aahh.., esshh.., ahh”, aku mulai mengerang Dengan Keras Karena kenikmatan.

Aku pun memegangi pantatnya untuk membantu gerakan naik turun. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Susi masuk. Dia kaget melihat akan live show yg sedang berlangsung di ranjang.

“wah Lin, ma sapa neh, gak ngajak-ngajak ya”. Si abang kaget, dia langsung mencabut penisnya dari vaginaku.
“Ni si abang, instruktur fitenss tempat aku nge gym. Bang, ni Susi, sexy banget kan”. Memang Susi cuma pake tengtop dan jins yang ketat sehingga lekak liku bodinya sangat mengundang dari nafsu lelaki yg melihatnya, termasuk juga si abang.

Dia tampak sangat bernafsu melihat bodi dari Susi,

“ayo Sus, join, aku dah klimax neh, si abang blum ngecret juga”.

Si abang segera turun ranjang mendekati Susi, dipeluknya Susi dan diciumnya bibir Susi dengan penuh nafsu. Susi pun segera meremas penis dari si abang yg berlumuran cairan vaginaku.

“Bang, Susi mau dong”. Segera si abang melucuti semua pakaian Susi dan menyeret Susi keranjang.

Aku turun dari ranjang dan tiduran disofa, nonton adegan live show yg segera akan dimulai. Dikangkangkannya paha Susi dan segera penisnya dah menyelam kedalam vagina Susi.

“Ih si abang nafsu banget, nikmatnya….” Susi melolong keenakan. dengan penuh nafsu si abang ngentotin Susi.

Susi merepon dengan desahan-desahan. Tangan si abang memegangi paha Susi dan pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan Susi. Melihat adegan nikmat itu, aku mulai terangsang lagi. aku mendekati si abang. Kucium bibirnya waktu si abang menoleh ke aku.

Dia segera merespon ciuman itu dengan lumatan yg penuh birahi sambil terus asik dengan aktivitas maju-mundur untuk meningkatkan kenikmatannya.

“Eng.., ssh.., nikmat.., bang”, desah Susi.

Suara kecepak kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan Barang si abang kluar masuk liang vagina Susi. Aku semakin larut dengan permainan mereka. Vaginaku pun telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan asik itu. Tubuh Susi pun ikut maju-mundur seiring dengan gerakan si abang. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada si abang. Gerakan maju-mundur si abang diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Susi.

Aktivitas ini bikin Susi merasa ada sesuatu yg mendesak. Susi semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk si abang sangat erat sambil terus mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Susi menegang dan vaginanya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Dia merasa tubuhnya hancur berkeping-keping dalam kenikmatan. Susi sudah orgasme.

“Bang, terusin ma aku lagi ya, Susi udah lemas tuh”, ucapku.
“iya bang, terusin lagi ma Linda ya, Susi lemes nih”. Segera aku ngangkang disebelah mereka. Nafsuku sudah memuncak. Seluruh bagian tubuhku seperti menuntut untuk dicumbui.

Si abang pun menarik penisnya dari vagina Susi yg telah terkulai itu. Diarahkannya batang penisnya itu ke arah lubang vaginaku. “Sleep!”, penisnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya tubuhku sambil menciumi Kedua tokedku dan pinggangnya melakukan gerakan naik turun. Aku melingkarkan tangan pada punggungnya.

“Enghh....Ouhh....terusshh.., bang.., masukin terus.., enggsshh...Ennnkk bang”, desahku sambil terpejam.

Dengan perlahan si abang menarik tubuhku agar duduk di atas pinggangnya. Posisi wot ini semakin membuat penisnya lebih bisa masuk lebih dalam lagi. Tangannya memegangi Bagian pantatku. Aku juga merasa vaginaku terisi lebih penuh oleh batang penisnya.

Segera aku melakukan gerakan maju mundur diselingi gerakan memutar pantatku, meremas-Remas penisnya dengan otot dinding vaginaku.

“Nikmatnya Lin….” si abang yg skarang mendesah karena semakin merasa penisnya disedot-sedot oleh vaginaku.

Aku yg berada di atas tubuhnya terus menggerakkan badanku. Kami telah larut dalam gerakan berirama. Si abang sesekali mengenjotkan penisnya keatas mengiringi genjotan pantatku.

“Enghh.., terus.., bang.., Enghh enaahkk bang”, mataku terpejam sembari mendesah.

Si abang terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyanganku pun menjadi samakin cepat pula. Vaginaku terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan penisnya.

“Lebihh kerashh.., enghh lagi”, aku merasakan tubuhku akan meledak.

Gerakanku menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuhku menegang tanda aku kembali mencapai puncak kenikmatan.

“Bang kuat banget si, aku dah klimax lagi abang blum ngecret juga, terusin lagi ma Susi ya bang”.

Dia segera mencabut penisnya dari vaginaku dan menghampiri Susi yg masi terkapar. Si abang mencium bibir Susi. Pertama lembut namun kemudian semakin ganas. Susi membalas ciuman itu. Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Si abang meremasi toked Susi yg semakin lama makin mengeras. Kemudian si abang menciumi leher Susi dengan lembut. Tangannya yg satu mulai menggeraygi vagina Susi yg dah terbuka itu.

“Ash.., neghh, bang”, desah Susi.
“Sus dari belakang ya”, katanya.

Susi disurunya nungging, perlahan diarahkannya penisnya yg masi sangat keras itu ke vagina Susi. “Slepp!”, Barang si abang mulai memasuki lubang vagina Susi.

“Bang, nikmatnya….” erang Susi.

Lututnya seperti hampir copot ketika Barang si abang masuk ke dalam lubang vaginanya.

“Eenghh.., nikmat, terusshh”, desah Susi sambil memejamkan mata.

Si abang memegangi pinggang Susi dan terus menyodok-nyodokan penisnya ke vagina Susi.

Penisnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Dia kemudian ikut membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas toked Susi yg ranum menggantung.

Gerakan mereka makin lama makin cepat. Susi sudah tertelungkup di ranjang dengan pantat nungging ke atas dan si abang ngentotin dari belakang.

“Terusshh, bang.., enakk”, desah Susi.

Beberapa saat kemudian si abang mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Susi, pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya mengejang sambil penisnya disorongkan secara mendalam ke lubang vagina Susi. Dia telah sampai di pucak kenikmatan.

“Croot.., croot.., croott”, peju si abang menyembur dengan dahsyat membasahi lubang vagina Susi.

Susi pun bergetar menerima semburan peju dari si abang dan mengerang keenakan, tubuhnya menengang dan kemudian melemas, Susi pun sama-sama nyampe dengan Organisme yang bersamaan.


Semenjak Kejadian Malem itu Sampai Sekarang si abang masi Sering Datang dan Mengentoti kami berdua. Rupanya kegiatan fitness yg rutin membuatnya kuat ngentotin kita berdua.

dan Aku Bersama Susi dengan si Abang hanya Sebatas Teman Yang Mesra,,


Kamis, 04 Agustus 2016

Hubungan Terlarang Bersama Teman Lama

 Hubungan Terlarang Bersama Teman Lama


Cerita Dewasa -Cerita Sex ini menceritakan tentang hubungan sex yang ku lakukan bersama dengan teman lamaku yang cantik dan mempunyai tubuh mulus dan seksi yang bernama Sinta. Aku dan Sinta sudah lama sekali tak bertemu. Setelah sama-sama lepas dari pasangan masing-masing, keinginan bertemu besar sekali. Mungkin karena banyaknya kecocokan kami dahulu, dari mulai curhat sampai ML yang boleh dibilang sudah sama-sama hapal kesukaan masing-masing. Pada suatu kesempatan, kami bertemu kembali di telepon, dan langsung janjian bertemu di kantornya hari sabtu siang, yang kebetulan juga ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.

Cerita Panas -Meluncurlah aku kekantornya di sebuah building di jalan utama ibu kota. Karena hari itu hari sabtu, praktis sebagian besar kantor tutup. Demikian juga di lantai tempat kantor Sinta, hanya kantornya yang buka, itupun sudah tidak ada karyawan piket karena memang cuma setengah hari. Karenanya, Sinta sendiri yang membukakan pintu dan menyambutku dengan penuh semangat. Akupun demikian, walaupun sempat terpana sebelumnya melihat dirinya yang semakin cantik, sensual dan sexy, apalagi dengan penampilannya siang itu yang mengenakan blazer merah, rok mini ketat dan sepatu tinggi hingga menampakkan kejenjangan kakinya serta kemulusan kulitnya yang mulus, walaupun tubuhnya tetap tidak berubah, yaitu mungil dan ramping. “Aku selesai’in kerjaanku dulu ya., abis itu baru kita jalan..”, Kata Sinta sambil mengajakku ke mejanya setelah kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Sinta lalu duduk di kursinya sambil menyelesaikan pekerjaan di komputernya. “Aku pijetin yah..,” Kataku sambil berdiri di belakang kursinya berbarengan dengan mampirnya kedua tanganku di pundaknya untuk memijat. “Hmm.., enaknya.., udah lama ya kamu nggak mijet aku.., aku kangen sama tanganmu..,” katanya lagi sambil menggeliat manja. “Kangen sama bibirku juga nggak?,” bisikku kemudian yang kubarengi dengan ciumanku di kupingnya. Sinta langsung menggeliat, apalagi waktu kraag blousenya agak kusingkap dan ciumanku menjalar ke leher dan tengkuknya yang mulus.

Cerita Sex -Aroma tubuhnya yang alami kurasakan lagi setelah sekian lama tak berjumpa dengannya. “Ssshh.., kamu nggak berubah yah..,” Rintih Sinta kenikmatan sambil mematikan computernya. “Kaya’nya kita nggak perlu keluar dari sini deh.., sebentar ya, aku kunci dulu pintu depannya,” katanya lagi. Agak lama Sinta mengunci pintu depan, dan waktu balik ke ruang kerjanya, mataku terbelalak melihat Sinta hanya tinggal mengenakan blazer merahnya yang terkancing seadanya tanpa apa-apa lagi di dalamnya. Tanpa bicara, Sinta langsung menggandengku menuju ruang meeting kecil yang hanya berisi meja bulat dan beberapa kursi. “Aku kangen melihat tubuhmu,” katanya lagi. Sementara aku buka pakaianku semua, Sinta mendekatiku dan tiba-tiba melumat bibirku yang langsung kusambut dengan meneroboskan lidahku dan menari-nari di dalam mulutnya sambil kadang-kadang mengulum lidahnya.

Agen Judi Bola -Begitu aku bugil total, Sinta meyuruhku duduk di kursi meeting, sementara dia ambil posisi berdiri dihadapanku sambil pelan-pelan membuka kancing blazernya dengan gaya erotis. Setelah itu, disingkapnya masing-masing ke samping sehingga muncullah pemandangan yang amat indah. Buah dadanya yang ranum, bulat, dan padat dengan pentilnya yang merah muda itu nampak mencuat menantang, apalagi dengan tubuhnya yang makin basah oleh keringat sehingga kulitnya yang mulus makin berkilat. Belum lagi aku terkagum-kagum melihatnya, Sinta langsung duduk dipangkuanku dengan mengangkangkan pahanya bertumpu di pegangan tangan kursiku sehingga posisi buah dadanya tepat persis di mukaku. “Udah lama kamu nggak menyantap susuku, ayo dong isep”, Goda Sinta sambil meneruskan melepas blazernya dan menaruh kedua tangannya ke atas senderan kursiku dan menyodorkan dadanya hingga kepalaku terbenam di antara dua bukitnya yang kenyal itu.

Penisku mulai berdiri lagi dengan perlakuannya ini, apalagi aku bebas menghirup aroma tubunya yang bercampur antara parfum dan keringatnya itu. Muncul ideku untuk bermain-main dulu dengan menciumi lehernya yang jenjang dan terus ke belakang telinganya. Sinta menggeliat kegelian dan membuat hidung dan bibirku menjalar ke ketiaknya yang halus bersih itu, setelah sebelumnya menelusuri lengannya yang lembut. Disitu kuciumi sepuas-puasnya dan kujilat-jilat seputar ketiaknya yang merupakan salah satu kesukaannyaa juga. Kegeliannya membuat kepala Sinta menengadah kebelakang sehingga buah dadanya siap dilumat dengan mulutku yang makin liar.

Kujilati mulai dari bawah buah dadanya, terus kesamping dan berlama-lama di seputar putingnya yang makin mengeras. Sinta yang nggak sabar, mendorong putingnya ke mulutku yang langsung kusambut dengan jilatan panjang, gigitan kecil dan kemotan-kemotan halus di putingnya. Tubuhnya makin menggelinjang ketika tanganku juga beraksi mengusap-usap selangkangannya yang ternyata sudah basah dari tadi. Jariku mulai menyusup ke vaginanya dan kugosok-gosok klentitnya. Tidak Cuma itu, jari-jarikupun menerobos masuk ke vaginanya yang terbuka bebas dengan gerakan maju-mundur yang makin lama makin cepat, dan .. “Aaggh..sudah dong, sudaah”, Erang Sinta yang badannya mengejang sambil mendekap erat mukaku di buah dadanya sampai aku sulit bernafas, sementara jariku merasakan hangatnya cairan dari vaginanya. Rupanya Sinta baru saja mencapai klimaksnya dengan posisi kedua pahanya yang masih mengangkang dan masing-masing bertumpu pada sandaran tangan kursiku. Tubuhnya lalu kuangkat dari kursi dan kurebahkan di meja bulat di depanku dengan posisi kedua kakinya, dari batas lutut menjuntai ke bawah, agar Sinta bisa beristirahat sebentar mengembalikan tenaganya. Sementara beristirahat, aku yang duduk kembali di kursi mengangkat kedua kakinya, melepas sepatu tingginya, dan menaruh di pangkuanku sambil kupijat lembut dari ujung kaki hingga betisnya.

Cerita Dewasa 2016 Nafsu Binal Sahabat Cantikku – Sementara beristirahat, aku yang duduk kembali di kursi mengangkat kedua kakinya, melepas sepatu tingginya, dan menaruh di pangkuanku sambil kupijat lembut dari ujung kaki hingga betisnya.

Kupandang sejenak kakinya yang bener-bener mulus bersih dengan jari-jari kakinya yang rapi dan tanpa kutek itu serta betisnya yang ramping berisi. Sinta menikmati sekali pijatanku, bahkan waktu kugantikan tugas tanganku dengan bibirku yang menelusuri seluruh permukaan kulit kakinya. “Aawh..sshh,..geli sayang,” Rintihnya lagi namun tetap pasrah menyerahkan kakinya untuk kuciumi dan kujilati dari mulai tumit, telapak kaki hingga jari-jari kakinya. Selain kumainkan lidahku, tak lupa kukemot satu persatu jari kakinya yang kutahu paling dia suka. Sinta menikmati sekali permainanku ini sampai posisi kedua kakinya jadi tak beraturan karena menahan geli dan nikmat. Walaupun kedua kakinya masih kuciumi, pahanya mulai terbuka sedikit, sehingga satu tanganku bisa bebas menjamah kemulusan paha dan selangkangannya.

Puas dengan kakinya, kulanjutkan ciumanku ke atas menelusuri betisnya yang indah, bagian dalam lutut, dan pahanya. Sempat kukecup-kecup lembut kedua paha dalamnya sambil tanganku terus menjelajah ke vaginanya. Sinta menggelinjang, tapi tanpa sadar malah memajukan duduknya ke pinggir meja dan kedua kakinya dikangkangkan ke masing-masing ujung meja, sehingga selangkangannya makin terbuka lebar membuatku makin bernafsu. Tanpa tunggu lagi, kupindahkan mulutku ke vaginanya yang nampak basah, dan kedua tanganku menjamah buah dadanya di atas.

Jilatan-jilatan dan isepan-isepanku di vagina inilah yang paling disukai Sinta. Dari menyusuri bibir vaginanya, kuarahkan kemudian lidahku ke clitorisnya dan kumainkan dengan ujung lidahku hingga Sinta mengerang hebat. Tak cuma itu, clitorisnya tak luput juga dari kuluman bibirku yang kubarengi dengan liukan lidahku yang makin liar. “Mas, kencengin lidahnya mas”, Pinta Sinta sambil tangannya tiba-tiba menekan kepalaku lebih dalam. Aku tahu maksud Sinta yang minta lidahku dikerasin seolah penis dan ditarik maju-mundur ke liang vaginanya.

Sinta meronta-ronta, apalagi ketika clitorisnya kujilat berulang-ulang lalu kujulurkan lebih dalam menembus liang vaginanya bersamaan dengan makin cepatnya gerakan maju-mundur pinngul Sinta, dan “aghh”..aagh!” Tubuhnya melengkung dan mengejang. Kepalanya direbahkan kebelakang dan kedua pahanya dirapatkan sehingga menjepit kepalaku yang masih berada di selangkangannya sambil tangannya terus menekan kencang. Tanpa istirahat lagi, dengan cepat aku berdiri dari kursi lalu mengangkat kedua kakinya tinggi ke atas dan kutumpangkan masing-masing di pundakku, sehingga posisi penisku tepat berada di depan liang vaginanya yang persis berada di pinggir meja. “Ooowh ..,” teriak Sinta begitu penisku yang tegak keras bak meriam masuk lurus ke liang vaginanya. Langsung kugerakkan maju-mundur pinggulku yang membuat Sinta menjerit-jerit kecil karena menahan geli, setelah mencapai klimaks sebelumnya. Pinggulnya diputar-putarkan mengimbagi gerakan penisku yang makin lama makin cepat bergerak maju-mundur. Sinta makin pasrah waktu pergelangan kakinya kupegang dan kukangkangkan ke samping sambil terus menggenjot vaginanya. Baru sebentar Sinta tak tahan, dan lebih memilih melingkarkan kakinya ke pinggangku sambil terus menggoyang-goyang pinggulnya.

Kesempatan ini kupergunakan dengan merapatkan badanku ke tubuhnya yang indah itu, dan dengan tak henti menggenjot vaginanya, bibir dan tanganku ikut bekerja. Tanganku meremas gundukan buah dadanya yang ranum, dan bibirku merajalela di wajah dan lehernya. Penisku menghujam makin cepat ke liang vaginanya. Kedua tanganku kemudian menahan kedua tangannya dan bibirku kuturunkan ke putingnya untuk kujilat dan kukemot habis-habisn.., sehingga ” Aaagghh..!,” Teriak Sinta dan aku hampir bersamaan. Kedua tubuh bugil kami sama-sama menegang. Kedua kakinya kencang sekali menghimpit pinggangku, dan tangannya beralih menekan kepalaku ke buah dadanya. Kami sama-sama terdiam beberapa saat menikmati ledakan yang luar biasa. Keringat mengucur deras membasahi meja meeting itu walaupun AC terasa dingin. Kulepaskan tubuhku kemudian sambil memandangi tubuh Sinta yang indah mulus itu terlentang di atas meja. Tampangnya yang sensual itu masih tersenyum kepuasan, dan membuatku gemas. Lalu aku mulai lagi menjelajahi seluruh lekuk liku tubuhnya dengan jilatan-jilatan nakal, Sinta cuma bisa menggelinjang pasrah dan dengan manja berkata lagi, ” Coba deh kamu tiap hari ke kantorku.”

Rabu, 27 Juli 2016

Teduhan yang Membawa Kenikmatan

Teduhan yang Membawa Kenikmatan 


 

Cerita Dewasa -Aku mendapat tugas ke wilayah utara Karawang. Di sana pada waktu itu penduduknya dilanda kekurangan pangan, sampai banyak yg mengkonsumsi enceng gondok untuk makanan.

Cerita Panas -Aku belum pernah sama sekali ke daerah ini. Dari Jakarta lumayan jauh jaraknya, mungkin sekitar 100 km. Aku memang senang berpetualang, sehingga mendapat tugas ke daerah yg jauh seperti ini, bagiku menyenangkan.

Cerita Sex -Dari Jakarta aku mengendarai sepeda motor. Sekitar 2 jam baru aku mencapai Karawang. Menjelang memasuki Karawang, ada persimpangan ke kiri arah Rengkas Dengklok. Sebenarnya aku tdk punya tujuan khusus untuk di datangi, tetapi arahnya adalah Karawang Utara.

Agen Judi Bola -Aku mencoba mengarahkan tujuan ke Rengkas Dengklok. Sampai di kota kecil itu perjalanan lancar-lancar saja dan dari pengamatanku di sepanjang jalan, tdk ada tanda-tanda masyarakatnya sedang dilanda bencana kelaparan. Dari Rengkas Dengklok. hatiku membawa ke arah utara. Aku lalu menyusuri sungai aliran irigasi.

Sudah hampir satu jam aku berjalan, tetapi tdk ada tanda-tanda akan mendekati kampung. Keadaan kiri kanan jalan mulai jarang rumah. Hamparan sawah yg mengering. Saat itu waktu sudah menunjukkan jam 3 sore,.

Meski aku tdk tahu tujuanku, tetapi aku memastikan, suatu saat nanti aku akan bertemu dengan pantai. Rencanaku di sanalah aku akan beristirahat malam. Aku tdk tahu seperti apa situasi kampung di depanku. Namun aku yakin pasti ada desa nelayan, dan di situ pasti ada warung yg buka 24 jam. Di daerah nelayan memang biasa terdapat warung-warung yg buka 24 jam. Paling tdk di situ aku bisa istirahat.

Sambil aku berpikir mengenai tujuan di depanku, tiba-tiba cuaca berubah menjadi mendung berat. Kupercepat laju kendaraan, tetapi hujan sudah mendahului dengan rintik-rintik. Aku mencari tempat berteduh, tetapi di kiri kanan jalan tdk ada warung, bahkan rumah pun tdk ada. Aku melihat di kejauhan ada kerimbunan pohon-pohon yg dapat kupastikan di sana ada rumah penduduk.

Motor kuarahkan keluar dari jalan besar dan masuk ke jalan gang. Sekitar 100 m memang terlihat ada perkampungan. Aku segera mengarahkan motorku ke salah satu rumah yg mempunyai teras agak besar. Rumah ini memang agak terpencil dari lainnya. Aku tdk perduli yg penting aku tdk semakin basah.

Aku buru-buru meninggalkan motor dan segera berteduh. Hujan semakin deras. Pemilik rumah keluar menemuiku. Aku segera mengatakan bahwa aku numpang berteduh. Dia menyalamiku dan mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah. Aku menolak, karena terasnya cukup buat aku berteduh. Namun dia tetap menyilahkan aku masuk saja di dalam karena di luar angin sangat kencang dan agak tempias.

Aku akhirnya menuruti kemauannya. Dengan agak segan, aku duduk di ruang tamu rumahnya. Kuperhatikan rumahnya sangat sederhana, dengan lantai diperkeras semen dan dindingnya dari anyaman bambu. Pemilik rumah memperkenalkan diri Budi. Kutaksir usianya sekitar 35 tahun. Dia 14 tahun lebih tua dari aku.

Sedang kami saling mengobrol basa basi, dari dalam keluar seorang wanita sambil membawa minuman, teh hangat dan singkong rebus yg masih mengepul. Aku jadi nggak enak hati. Aku bukan bertamu, hanya numpang berteduh, tetapi diperlakukan sebagai tamu.

Bukan teh hangat dan singkong ngebul yg menarik, tetapi wanita yg membawanya. Seorang wanita yg kutaksir berumur 20 tahun, putih, mukanya cukup manis dan bodynya montok. Pak Budi memperkenalkan aku kepada wanita itu yg ternyata adalah istrinya. Dari matanya aku dapat menangkap, istri Pak Budi , kelihatan genit dan berani.

Bu Budi kemudian ikut nimbrung ngobrol. Dugaanku kelihatannya ada benarnya. Bu Budi memang lebih agresip. Dia tdk seperti ibu rumah tangga umumnya yg kelihatannya selalu dibelakang suami. Ini malah dia seperti memposisikan diri lebih ke depan daripada suaminya.

Dari cerita mereka, Bu Budi dikawin masih muda, mungkin sekitar 13 tahun. Kawin dengan Budi bukan dari gadis, tetapi dia sudah janda ketika berumur 17 tahun.. Mereka sendiri yg buka kartu. Aku tdk mungkin berani lancang mengorek hal-hal pribadi seperti itu.

Hujan makin deras, padahal hari sudah mulai gelap. Aku jadi gelisah, karena tdk mungkin meneruskan perjalanan pada malam hari. Untuk numpang tidur di rumah ini, aku tdk punya keberanian memohonnya.

“Masnya nginap di sini saja, ” kata istri Budi.

Belum sempat aku menjawab, Budi menimpali,

“ Iya temani istri saya, karena saya malam ini dapat giliran ronda.”

Aku bingung dengan tawaran itu. Masak baru kenal diminta menemani istrinya, dan sang suami pergi.

“Terima kasih, saya nanti tidur di depan saja di bale depan rasanya sudah cukup untuk saya tidur,” kata ku dengan nada malu bercampur rikuh.

Budi melarangku tidur diluar, karena dingin dan kalau hujannya deras, tempat itu basah.

“ Di dalam saja, kenapa kok mau tidur diluar, nanti masuk angin,” kata Budi.
“Ya mas nya tidur di dalam saja,” tambah istrinya.

Di ruang tengah yg merangkap ruang tamu ruangnya lapang, karena jadi satu dengan dapur. Selain seperangkat meja kursi tamu dari kayu yg sederhana, juga terdapat dipan bambu.

Rumah Budi belum dialiri listri, sehingga ketika diluar mulai gelap, di rumah ini hanya diterangi oleh lampu minyak yg tdk seberapa cerah cahayanya.

Untuk mengurangi rasa nggak enak hati, aku menarik uang 100 ribu lalu kuberikan kepada istri Budi.

“ Mbak ini untuk beli makanan malam,”

Istri Budi terkejut menerima uang ku. Dia terheran-heran dan mengatakan uang pemberianku itu terlalu banyak Aku memaksanya agar diterima saja, karena aku sudah merasa tertolong diberi penginapan. Pada masa itu uang 100 ribu memang sangat banyak, karena jika aku menginap di hotel kelas melati 3 mungkin tarifnya sekitar itu.

Istrinya dengan muka berseri-seri masuk ke kamarnya. Pak Budi lalu mendekatiku dan membisikkan aku agar tidur di kamar saja, jangan di ruang tamu ini, karena udaranya dingin.

Apakah tawaran Budi itu akibat kekuatan uang 100 ribu. Aku menduga kira-kira begitulah.

Aku terkesiap mendengar tawaran Budi. Aku jadi makin rikuh, Sebelum aku menjawab, Budi bangun dari duduknya lalu jalan kebelakang. Aku tdk jelas bisa melihat apa yg dikerjakannya..

Beberapa saat kemudian dia keluar dan minta izin akan ke warung . Istrinya keluar dari kamar menemaniku. Dia dengan gaya genitnya mengatakan kepadaku agar aku tidur di kamar saja. “ Pak Budi tadi udah bilang ama mas kan,” katanya.
Aku bingung mau jawab apa. Tadi tawaran Budi belum aku jawab, sekarang istrinya pula yg menimpali dengan nada yg sama. Aku terdiam, tdk tahu harus menjawab apa.

“Emang masnya takut ya ama saya, saya nggak gigit kok, “ kata istri Budi dengan nada menggoda.

Aku mencari kejelasan, apakah nanti aku tdk digrebek orang kampung kalau tidur di kamar

“Ah masnya nggak usah takut, di sini mah udah biasa, “ kata istrinya.

Aku membayangkan kejadian yg bakal terjadi nanti malam. Kemaluanku langsung mengembang memikirkan peluang yg ada di depanku. Aku sama sekali tdk keberatan meniduri istri si Budi. Malah jadi kayak pucuk dicinta ulam tiba.
Sama sekali aku tdk menygka begitu bebasnya kehidupan di desa yg jauh dari keramaian kota. Inilah mungkin makna yg terkandung di dalam pameo “goyang Karawang”

Budi masuk membawa tentengan dua kantong plastik, dia lalu ke dapur diikuti istrinya. Tdk jelas kulihat apa saja yg dibelinya. Mereka berdua kelihatan sibuk. Aku bengong sendirian di ruang tamu sambil menghayal.

Aku sempat tertidur di kursi entah berapa lama, sampai Budi menyapaku. Kami menyantap makanan malam dengan lauk, mi instan kuah dengan telur, telur dadar, sambal dan lalap timun. Nasi yg mengepul hangat, meski dengan lauk sederhana di cuaca yg masih hujan, rasanya nikmat . Kami makan bertiga lahap sekali.

Selepas itu aku masih dibuatkan kopi panas. Kami ngobrol sebentar, lalu Budi pamit mau gabung sama teman-temanny di pos ronda. Tinggallah aku berdua dengan istri Budi.

Dia lalu mengunci pintu dan membereskan meja makan. Sementara aku nggak tahu harus ngapain, kecuali duduk sambil ngrokok dan menghirup kopi. Istri Budi yg kemudian kutahu namanya Linda duduk menemaniku ngopi.

“Mas udah berkeluarga,” tanyanya
“Belum” jawabku.
“Lho udah cukup umur, udah kerja, dan mas kan cukup ganteng, “ katanya rada menggoda.
“ Belum ada yg mau mbak,”
“Ah masak, sayang lho kan udah cukup umur, kalau di kampung mah udah punya anak banyak kali,” katanya.
“ Saya belum berani mbak, takut nggak bisa ngurus,” kata ku berusaha mengelak.
“ Bukannya istri yg ngurus suami, lagian mas nya sayang kan masak udah mateng gitu masih dibuat pipis saja,” katanya genit.

Aku bingung sebentar, menerjemahkan apa yg dimaksud buat pipis. Linda ini berani amat menyinggung masalah yg pribadi. Aku tdk bisa menjawab, hanya senyum-senyum nggak jelas.

Dia lalu mengalihkan pembicaraan soal perjalananku dan tujuannya. Aku bercerita panjang lebar. Dari dia kudapat banyak informasi mengenai situasi di desa ini. Mereka memang sedang kesulitan pangan, akibat musim kemarau yg panjang dan terbatasnya air irigasi. Linda mengaku tdk bisa setiap hari makan nasi. Sebagai penggantinya hanya makan singkong. Jadi singkong yg aku santap tadi sore itu sebenarnya adalah makan malam mereka.

“Mas apa nggak cape dari Jakarta naik motor, jauh kan itu,” tanyanya.
“ Ya lumayan sih, pegal juga,”
“ Sini mas saya pijetin, “ kata Lindasambil berdiri dan mengambil posisi di belakangku. Aku tak mampu menolak, ketika tangannya sudah memijat pundakku.

Nikmat sekali rasanya, entah karena pijatannya enak atau aku yg terlalu lelah seharian dari Jakarta. Aku memuji pijatannya, yg memang kurasa nikmat sekali.

Dia lalu menawariku memijat seluruh badan. Aku dimintanya tidur telungkup di bale-bale di ruang tengah itu. Karena pijatannya nikmat, maka aku segera mengatur posisi tiduran sambil telungkup.

Dia memintaku membuka baju karena akan diurut pakai minyak kelapa. Aku turuti saja kemauannya. Badanku terasa nikmat sekali, diurut Linda. Dia ternyata pintar memijat dan mengendorkan urat-uratku yg kaku karena terlalu lama naik motor.

Badanku penuh dengan minyak kelapa. Tapi aku merasa lega. Linda menawarkan untuk sekalian mengurut bagian kakiku. Dia memintaku membuka celana jean. Aku agak jengah juga, sebab dibalik jeans ku hanya ada sepotong celana dalam yg tipis. Namun karena penerangannya yg remang-remang, aku sedikit punya keberanian.

Aku melepas jeans, tinggal celana dalam saja. Urutan kaki memang nikmat, meski di beberapa bagian agak sakit juga. “ Mas ototnya pada kaku nih, udah lama ya nggak dipijet,” tanya Linda.

“Saya jarang pijet mbak, abis nggak ada yg mijetin sih, “ kata ku menggoda.
“Ala si masnya bisa aja, di Jakarta kan banyak tempat pijet,” katanya.

Dia meminta aku berbalik tidur telentang. Pada posisi inilah aku tdk bisa menyembunyikan gundukan k0ntolku yg sudah mengeras sejak tadi.

Linda mulanya tenang-tenang saja dan tdk memperhatikan gundukanku. Ketika dia merambah ke bagian paha dia mulai berkomentar.

“Wah burungnya si mas bangun ya, boleh nggak dipijet juga,” tanyanya.

Aku bingung, masak kemaluan bisa dipijet.

“ Emangnya si mbak bisa mijet burung,” tanyaku.
“ Ah ya bisa dong, masak mijet badan bisa mijet gituan yg cuma sedikit nggak bisa,” katanya.
“ Boleh deh coba, pengen tahu, enak nggak mbak,” tanyaku.
“ Ya mesti dicoba baru tahu rasanya, celananya buka aja ya nggak usah malu lah orang nggak ada orang aja kok.,” katanya.

Aku berlagak bodoh dan membiarkan dia melololoskan celana dalamku. Begitu celana terlepas, batang k0ntolku langsung berdiri.
“ Wah lumayan juga burungnya mas, bentuknya bagus ,” katanya sambil meraih k0ntolku.

Awalnya di bekap-bekap dan jarinya mengurut sekitar daerah kemaluanku. Linda termasuk ahli mengurut bagian ini. Aku terangsang hebat , kepala ku terasa penuh.

“ Aduh mbak saya nggak tahan rasanya.
“ Udah mas dilepas aja kalau mau keluar, jangan ditahan-tahan, “ katanya sambil mengocok batangku.

Dalam waktu singat aku langsung ejakulasi banyak sekali.

“ Mas maninya banyak amat sih, udah lama nih kelihatannya nggak dikeluarin ya,” katanya.

Aku diam saja dan seluruh badanku terasa lemas. Namun badanku terasa risih karena penuh dengan baluran minyak kelapa.
Linda menawarkan aku mandi di belakang. Aku memang berkeinginan mandi, segera kusambut tawarannya sambil menggoda.

“ Mbak saya dimandiin dong, saya kan tdk bisa nggosok punggung saya,” kataku.
“Ala simasnya genit juga, beres deh ntar Linda mandiin,”

Dia segera berlalu kebelakang, mungkin mempersiapkan sumur untuk mandi. Agak lama juga dia di belakang sambil membawa penerangan lampu tempel. Dia kemudian memanggilku .

Aku dengan hanya mengenakan celana dalam menuju kamar mandi. Di situ Linda sudah berganti pakaian, hanya menggunakan kain batik yg dililitkan ke tubuhnya seperti kemben.

Aku disuruh jongkok dan seluruh badanku diguyur air dingin. Tangannya trampil sekali menyabuni seluruh tubuhku. Aku yg dalam keadaan telanjang seperti bayi dimandikan oleh Linda.

“Mbak ngapain sih pakai kain segala, saya telanjang mbak juga telanjang dong biar imbang. Lagian sayang tuh kain basah nanti.
“ Ih masnya genit nih ,” katanya.

Dia lalu berbalik dan melepas kainnya. Di balik kain itu sudah tdk ada apa-apa lagi, sehingga Linda juga telanjang bulat, Dari belakang kuperhatikan pantatnya montok sekali bergumpal.

Ketika dia berbalik, sepasang buah dada yg seperti membengkak menggantung kaku di dadanya. Dari putingnya kelihatan Linda belum pernah punya anak, karena putingnya masih kecil.

Aku tdk bisa menahan nafsu segera kuraih kedua buah dadanya dan kuremas. Linda diam saja dan dia mendongakkan kepalanya sambil mendesis. Putingnya aku pelintir-pelintir membuat Linda semakin mendesis. Kupeluk badannya yg montok dan lehernya kuciumi lalu kedua putingnya aku hisap-hisap. Sementera itu k0ntolku sudah bangun kembali menerjang-nerjang bagian kemaluan Linda..

Tangannya meraih kemaluanku dan dikocoknya pelan-pelan. Aku semakin bernafsu dan ingin segera menyarangkan k0ntolku ke dalam memeknya. Aku merendahkan badanku dan dia kusenderkan dia ke dinding. Kuarahkan k0ntolku ke gerbang memeknya lalu pelan-pelan aku tekan sampai tenggelam seluruhnya ke dalam saluran memeknya. Rasanya nikmat sekali dan Linda memelukku erat sekali.

Dia mulai merintih, ini membuatku semangat memompa semakin cepat. Linda mengangkat kaki kirinya dan dilingkarkan ke pinggangku. Pada posisi ini aku makin leluasa memompa memeknya. “ Mas punyanya enak banget mas, ngganjel banget rasanya memekku penuh banget, aduh mas terus mas enak banget,” kata Linda sambil terus merintih yg kadang-kadang nggak jelas ucapannya.

Aku mampu bertahan lama karena di ronde kedua biasanya aku bisa bertahan agak lama.. Aku terus memompa dan mulutku menciumi leher dan telinganya. Linda lalu mengerang-negerang dan memelukku erat sekali. Dia mencapai puncak dan kemaluannya terasa berkontraksi. Gerakanku ditahannya dengan dia memelukku erat sekali.

“Aduh mas aku puas panget, aku nggak pernah ngrasain main kayak gini enaknya, mas mainnya pinter, sampai aku bisa lemes banget. “ katanya.

Sementara itu aku sedang tanggung, lalu dia kuminta membungkuk membelakangiku. Pantatnya yg bahenol sunguh sangat mempesona , batang k0ntol ku arahkan masuk ke memeknya dari bagian belakang. Dengan mudah seluruh batang k0ntolku tenggelam. Aku kembali menggenjot dengan menabrak-nabrakkan bongkahan pantatnya yg tebal.

Pemandangan pantat yg bergetar setiap kali kutabrak membuatku makin bernafsu. Aku terus mempercepat pompaan hingga kemaluan kami berbunyi. Linda kelihatannya naik lagi nafsunya, dia memutar-mutar pantatnya sehingga batang k0ntolku seperti diremas . Aku memperpelan gerakanku menyesuaikan dengan putaran pantatnya yg sangat mengagumkan.

Aku mulai merasa akan mencapai ejakulasi maka hunjamanku kubenamkan dalam dalam dengan gerakan keras. Linda juga mulai merintih. Dalam waktu tdk berapa lama aku menembakkan spermaku ke dalam rahimnya. Kontraksi k0ntolku nampaknya menambah rangsangan di memek Linda sehingga dia menggerakkan pantatnya tdk beraturan sampai kemudian tangannya menarik badanku rapat ke tubuhnya. Dia menjerit keras sekali. Memeknya kembali berdenyut dan kali ini lebih lama dari yg pertama tadi.

Linda kembali memujiku, katanya permainanku sungguh luar biasa, karena dia bisa sampai merasakan kenikmatan dua kali. Yg terakhir kata dia nikmat sekali sampai tubuhnya hampir-hampir tdk kuat berdiri.

Kami mandi bersama dan saling menyabuni. Meski penerangan remang-remang tapi, aku masih bisa melihat cukup jelas tubuh Linda. Susunya cukup besar, rambut bawahnya masih jarang. Dan yg kurasa agak jarang ditemukan di kampung-kampung adalah bentuk tubuh Linda yg berpinggang ramping. Padahal tubuhnya termasuk subur, biasanya cewek yg subur badannya perutnya ikut membuncit. Linda tdk demikian.

Air yg tadi tdk terasa dingin, setelah mengalami ejakulasi, rasanya air dingin sekali. Aku agak menggigil. Setelah mengeringkan badan dan kami berpakaian lagi. Aku kembali ke ruang tengah dan menghisap rokok. Nikmatnya menghisap rokok setelah pertempuran rasanya tdk ada bandingannya.

Setelah sekitar setengah jam, sebatang 234 habis terbakar. Linda mengajakku masuk ke kamarnya. Aku digandengnya memasuki kamar tidur. Kamarnya tdk luas, Tempat tidur berupa dua kasur yg dihamparkan di lantai.

Aku tdk membawa persedian baju tidur, sehingga aku hanya mengenakan kaus oblong dan celana pendek sebagai pakaian tidurku. Udara di desa setelah hujan cukup dingin, sehingga aku terpaksa mengenakan sarung yg kubawa.

Kami tdk langsung tidur. Linda banyak bercerita mengenai desanya termasuk hubungannya dengan Budi. Menurut dia, Budi kurang mampu di atas ranjang, karena dia menderita sakit gula.

“ Barangnya kalau berdiri nggak bisa keras, itu pun kalau main cuma sebentar,” kata Linda buka kartu suaminya.

Dia mengaku bisa berhubungan dengan suaminya sebulan 2 kali sudah cukup bagus, sebab kadang-kadang cuma sekali. Aku jadi penasaran, apakah suaminya memberi kesempatan tidur dengan istrinya karena memang kerelaan suami, atau karena sebab lain. seksigo

“ Di sini mah biasa mas, kalau ada tamu yg rasanya pantas boleh tidur sama istrinya, sama anaknya juga biasa pak,” kata Linda tenang..

Aku tertarik ingin tahu lebih jauh mengenai kebiasaan orang di kampung ini, tetapi Linda tdk bisa menceritakan . Ini mungkin karena pendidikannya yg cuma tamat SD.

Linda tidur memelukku. Tangannya mengelus-elus dadaku dan sesekali menciumi pipiku. Dia memperlakukan ku mesra sekali. Aku jadi sulit tidur, karena terbiasa tidur sendiri, maka jika tidur dipeluk begini rasanya jadi gerah. Tapi aku tdk sampai hati menolak pelukannya, sehingga kubiarkan saja dia memeluk erat tubuhku.

Nafasnya kuperhatikan makin memburu. Aku menduga dia mulai terbakar nafsu birahinya. Tangannya tdk lagi mengelus dadaku, tetapi sudah mulai jahil meremas-remas batang k0ntolku. Batang ku yg tadinya tidur tenang, diremas-remas Linda jadi bangun lagi dan akhirnya mengeras.

Kepalang tanggung, Linda kuminta menghisap kemaluanku. Dia menolak, karena belum pernah melakukan seperti itu.

“ Mas masa itunya di masukin mulut, jijik ah,” katanya .

Aku maklum, pengetahuannya mengenai oral, belum pernah dialami. Aku mencumbuinya dan satu persatu ku buka bajunya sampai dia akhirnya telanjang bulat di balik sarung. Kedua payudaranya yg ranum kembali menjadi sasaranku. Dia menggelinjang sambil sesekali mendesis ketika putingnya aku hisap dan jilat.

Kutarik sarungnya ke bawah dan bersamaan dengan itu aku menciumi perutnya terus ke bawah menuju segitiga kemaluannya. Linda menutup kemaluannya. Malu katanya. Aku menyingkirkan tangannya pelan-pelan.

“ Ah mas jangan diciumi memek Linda, jijik mas” katanya sambil terengah-engah.

Aku tdk perduli dan sarungnya sudah lepas dari badannya. Badan Linda telentang bugil. Aku mengatur posisi merangkak di antara kedua kakinya. Aku kembali menyerang dengan ciuman ke arah kemaluannya. Linda masih menahan kepalaku, tetapi tangannya tdk sungguh-sungguh melarangku. Lidahku berhasil masuk diantara celah kemaluannya dan menemukan clitoris nya.

Dia terkejut dan menggelinjang ketika sapuan lidahku mengenai ujung clitorisnya. Geli katanya. Aku terus berusaha menyapukan lidahku di sekitar clitorisnya. Kemaluan Linda tdk berbau sama sekali. Ini menandakan dia pandai merawat bagian vitalnya.

Aku merasa cairan memek Linda sudah mulai melumasi dinding-dinding memeknya yg merupakan tanda siap di terobos. Jilatanku kembali mengarah ke clitorisnya yg sudah mulai muncul dari lipatan kulit penutupnya. Linda mengerang dan pantatnya bergoyang terus. Aku terpaksa menekan kedua pahanya agar tdk bergerak, sebab gerakannya menyulitkan aku menjilat clitorisnya.

Kepalanya bergerak seperti orang menggelengkan kepala dan kedua tangannya menarik-narik sprei. Dia mengerang dan bergelinjang jika ujung clitorisnya terkena lidahku. Clitorisnya makin menonjol dan sapuan lidahku semakin gencar ke satu titik itu.

“ Aduh enak sekali mas, mas pinter banget sih,” dia terus mendesis sambil bergumam.

Tiba – tiba diam lalu menjerit tertahan. Aku merasa kemaluannya berdenyut. Linda mencapai orgasme. Aku lalu duduk diantara kedua kakinya dan mencolokkan jari tengah ku ke dalam memeknya. Jariku meraba dinding atas liang memeknya. Ada bagian yg jika tersentuh dia menggelinjang. Aku memusatkan sentuhan ke bagian itu dengan gerakan halus dan pelan sekali. Linda seperti kesetanan mengingau dan mendesis. Tiba-tiba diraihnya bantal dan tutupkan ke mukanya. Dia menjerit di balik bantal itu bersamaan dengan kontraksi panjang di dalam memeknya.

Kemaluan Linda banjir, sampai cairannya meleleh keluar. Setelah orgasme dia membuka bantal yg menutuupi mukanya.

“ Aduh mas lemes banget, itu tadi enak banget kayak yg dikamar mandi tadi,” kata Linda.

Aku pindah duduk di samping Linda yg masih tergolek, sementara k0ntolku masih terus mengacung. Linda kuminta kembali mengoralku. Kini dia tdk lagi menolak, hanya dia masih ragu untuk memulainya. Aku katakan, akan mengajari bagaimana cara yg benar menjilat batangku. Di raihnya batangku . Aku tidur telentang dan Linda merangkak di atas ku. Mula-mula dia hanya menciumi batangku, lalu mulai berani menjilat.

Setelah mulai terbiasa dia pelan-pelan mengulum batangku. Untuk memberinya semangat aku mendesis-desis dan memuji enaknya hisapannya.

Dia terpengaruh dengan eranganku, sehingga makin semangat menghisapnya. Batangku hampir sepenuhnya masuk ke dalam mulutnya dan di hisapnya. Isapannya terlalu kuat sehingga aku merasa-seolah-olah maniku dipaksa keluar. Linda cepat sekali belajar dan sekarang dia sudah mahir, Dia juga pandai menjilat buah zakarku.

Sekitar 15 menit dia mengeluh mulutnya pegal, dan minta menyudahi oral. Aku mengangkat kepalanya dan meminta dia memasukkan k0ntolku ke memeknya. Linda menduduki kemaluanku dan tangannya mememandu k0ntolku masuk ke memeknya.

Setelah masuk seluruhnya pinggulnya berputar-putar di atas kemaluanku. Aku merasa k0ntolku seperti dilumat memeknya. Bukan aku saja yg merasakan nikmat, tetapi Linda juga mulai merasakan enaknya batangku mengaduk-aduk memeknya. Gerakannya makin bersemangat dan dia melakukannya sambil mengerang. Gerakannya jadi makin gak karuan sampai akhirnya dia jatuh menelungkup di atasku. Aku merasa k0ntolku diremas-remas oleh kemaluannya. Dia kembali mencapai orgasme.
Aku mendorongnya ke samping dan mengambil posisi menindihnya.

K0ntolku kembali menerjang masuk ke dalam memeknya dan akau melakukan kocokan pelan sambil mencari posisi yg paling nikmat. Bukan hanya nikmat bagiku, tetapi juga nikmatnya Linda. Pada satu posisi , Linda mendesis-desis. Pada posisi itulah aku terus bertahan sampai menjelang ejakulasiku. Aku mempercepat gerakanku dan Linda makin menggila menggerakkan pinggulnya. Dia menarikku dengan pelukan yg erat sekali dan kakinya merangkul pinggulku. Memeknya berdenyut-denyut. Tapi aku terus berusaha menghunjam-hunjam ke memeknya karena aku juga sudah hampir sampai ke puncak.

Aku tekan dalam-dalam k0ntolku ke memeknya dan menyemburkan sisa sperma yg masih ada ke dalam rahimnya. Badanku terasa lelah sekali. Kuambil sarung dan aku dengan bersarung lalu jatuh tertidur.

Aku terbangun, jam di tanganku menunjukkan jam 6 pagi. Sinar matahari kelihatan menerobos di celah-celah dinding bambu rumah. Kandung kemihku rasanya penuh sehingga dengan menggunakan sarung dan kaus aku bangun menuju kamar mandi. Ketika meliwati ruang tengah kulihat Budi sedang tertidur di bale-bale . Buset aku meniduri istri orang ditunggui suaminya.

Selepas membuang hajat kecil, aku kembali ke kamar untuk mengambil baju ganti. Aku mau mandi . Ketika sedang mencari-cari baju di dalam tas ku Linda bangun. Dengan hanya berkemben sarung dia tergopoh-gopoh menuju kamar mandi.
Aku berpapasan dengan Linda di pintu kamar mandi. Aku dengan tenang mulai memompa air ke dalam ember. Setelah ember penuh dan bersiap mandi dengan membuka semua baju, pintu diketok Linda. Dia katanya mau ikut mandi. Kami akhirnya mandi bersama-sama. Sementara suaminya sedang ngorok di ruang tengah.